"Kerja Rodi" Jadi Penulis Online
Maret 21, 2014
Hei kawan, pada kesempatan ini saya mau
sharing pengalaman saya jadi online writer (masih amatir). Ini pertama kalinya saya nyoba jadi penulis online. Ternyata lumayan berat juga dan ujung-ujungnya cuma tahan seminggu! wkwkwk.. Mau tau kenapa? So, here’s where
the story begins...
Beberapa bulan lalu setelah
wisuda, berlokasi di rumah saya tercinta, saya sedang duduk termenung di depan
laptop meratapi ketiadakerjaan yang saya alami. Sudah sekian minggu saya lalui
dengan hanya melakukan sedikit kegiatan yang berarti, yakni makan, tidur, poop, dan buka laptop. Biasanya, dalam
keadaan normal, saya bekerja sebagai seorang “TV Guardian”. Do you know what that means? “TV
Guardian” adalah istilah yang saya pakai untuk diri saya sendiri, sebab saya
adalah orang yang bisa dibilang (hampir) tidak bisa hidup tanpa TV. Saya bukan pecandu sinetron dan pecinta gosip! Well, nonton sih !ns*rt sama Int*ns, tapi saya juga nonton acara-acara lain yang
mendidik kok. Sebelum punya laptop
juga hiburan saya cuma TV. But then,
semuanya berubah setelah perlahan tapi pasti gambar-gambar yang ada di TV saya mulai
memudar. Suara-suara di dalamnya pun perlahan menghilang. Sunyi. Yang tinggal
hanyalah kegelapan abadi. TV-nya rusak! Lebih buruk, nggak bisa dibenerin.
Lebih buruk lagi, nggak bisa beli TV
baru gara-gara bapak saya nggak dapet
bayaran dari pabrik tempat beliau kerja.
Jadi, sudah beberapa hari saya
hidup tanpa tahu (at least sangat
minim) informasi di dunia luar. Not to
mention di sini juga susah sinyal internet. Yang ada cuma T*lkomsel yang
paketan sebulannya cukup meremas kantong. Berbekal paket internet itulah, saya
mulai menyebar CV, “menjual diri”. Sudah beberapa lowongan yang saya masuki, mostly swasta, dan bagian accounting tentunya. Namun, belum ada
jawaban juga, sampai suatu hari saya menerima surel (e-mail).
Surel tersebut mengatakan bahwa
saya akan di “trial” menjadi penulis
di perusahaan publishing si pengirim. What?
Saya aja lupa kalau pernah mengirim lamaran ke perusahaan itu. Ya okelah ya, akhirnya saya putuskan
untuk mencoba “trial” tersebut, toh lagi nganggur ini juga. Sekilas
tentang perusahaan ini, namanya “Art*kelku”, dia adalah perusahaan online dan
offline publishing yang sedang
mencari penulis berbakat (resss...). Well, trialnya sendiri lumayan susah sih. Apalagi buat saya yang tidak ada
pengalaman menjadi penulis profesional. Bisa sih nulis, tapi so so
lah. Nah, trial-nya sendiri, saya disuruh membuat 8 artikel masing-masing
300-310 kata dengan keyword yang
(hampir) sama dalam waktu 1X24 jam! Lumayan berat juga, harus mencari 8 ide berbeda untuk keyword yang sama. Mana artikelnya tentang ‘mesin giling daging’. Singkat cerita, waktu pun berlalu dan saya berhasil membuat
artikel-artikel itu dan mengirim ke editor mereka. *Saya tidak berharap waktu itu*
Beberapa hari kemudian, saya
mendapat sms dari CP company itu. “Selamat, Anda akan memasuki masa pra kontrak
selama seminggu dan Anda akan mendapat fee Rp20.000 per hari”, katanya. Wew, saya nggak nyangka kalau tulisan saya bisa lolos. Seneng juga, paling
tidak, ada yang bisa saya kerjakan dan bisa menghasilkan rupiah. Masalah fee, saya tidak tau berapa fee standar untuk penulis online yang
sehari membuat 8-12 artikel dengan total 2000 kata. Apakah Rp20.000 itu worth atau tidak, saya tidak mengerti. So, I just go with that.
Hari pertama, ternyata keywordnya masih sama, yakni seputar ‘mesin
giling daging’. Bedanya, kali itu saya harus membuat 12 (DUABELAS) artikel dan
harus UNIK! Puyeng puyeng dah tuh. Somehow, saya bisa melewati hari pertama
itu. Lanjut hari kedua, 12 artikel lagi dengan keyword ‘alat vakum makanan’. Hari ketiga 8 artikel keyword ‘mesin peniris minyak’. Hari
keempat 12 artikel lagi dengan keyword ‘mesin pembuat mie’. Tampaknya memang
klien si perusahaan publishing ini
adalah salah satu perusahaan mesin di Indonesia. Nah, di hari keempat ini saya sudah mulai resah gelisah. Membuat
sebegitu banyak artikel dengan satu keyword
dan harus beda ide ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Saya juga mulai
bertanya-tanya apakah fee yang
ditawarkan itu worth dengan jumlah
artikel yang harus saya buat. Akhirnya, saya mulai browsing tentang fee online
writer di internet. Hasilnya, memang tidak ada fee standar, itu semua tergantung pada kesepakatan antara si
pemberi dan penerima job. Ada di salah satu forum yang memajang lowongan online writer mematok gaji Rp500.000 per
bulan untuk 7 artikel per hari. Banyak yang komen kalau fee segitu nggak worth,
malah ada yang bilang kayak kerja rodi. Ada juga yang komen kalau dia (seorang online writer) dibayar Rp50 – Rp70 per
kata. Wow, kalau dibandingkan dengan
saya, jauh sekali. Di situlah saya mulai ragu untuk meneruskan pekerjaan ini.
Antara keraguan jumlah fee yang
kurang worth dan kelelahan mencari
ide yang saya hadapi.
Sampai pada hari kelima, saya
mendapat job membuat 8 artikel masih dengan keyword
‘mesin pembuat mie’. Melihat keyword yang sama lagi tambah membuat saya pengen berhenti. Entah lebay atau enggak tapi bayangin deh 20 artikel
(12+8) dengan keyword yang sama! Saya kurang tau juga ya, mungkin buat penulis yang udah pro
itu masalah kecil. Tapi, buat saya yang notabene baru belajar, bener-bener
kerja rodi! Sehari saya bisa mengerjakan artikel-artikel ini mulai dari jam 11
sampai habis Maghrib. Padahal, kata si
perusahaan publishing-nya, job seperti
itu bisa dikerjakan dalam 3-6 jam. Entah waktu siapa yang mereka pakai sebagai
patokan. Yang jelas, saya belum mampu.
Untungnya, hari Minggu itu libur
dari job dan fee untuk job seminggu
sebelumnya dikirim pada Minggu sore. Jadi, total saya dapat Rp100.000 untuk 5
hari kerja (dari Selasa sampai Jum’at). Dan pada waktu itu, akhirnya saya memutuskan untuk mengundurkan diri pada hari
Senin-nya. Akhirnya, saya benar-benar mengirim pesan pengunduran diri setelah
sebelumnya saya mempertanyakan mengenai fee
untuk para penulis dan tidak mendapat balasan dari pihak sana. Maybe, I just need more time to learn.
Sejak saat itu, saya berniat lagi untuk belajar menulis lagi, salah satunya
dengan menghidupkan blog ini lagi.
Pelajaran yang saya ambil dari
pengalaman ini, kadang-kadang kita merasa kalau pekerjaan yang kita miliki atau
yang kita lakukan tidak mendapat feedback
yang baik, entah itu gaji, pujian, atau apapun. But hey, inget, di luar
sana masih banyak orang yang mati-matian bekerja keras, membanting tulang, and doing everything they could untuk mencari
sesuap nasi dan bertahan hidup. Mereka tidak mengeluh meskipun balasan yang
mereka terima tidak sepadan dengan yang mereka lakukan. Saya (dan mungkin Anda)
masih beruntung bisa memilih pekerjaan mana yang mau kita lakukan & mana
yang tidak, mana yang lebih menguntungkan & mana yang tidak. Coba kalau
kita terjebak dalam situasi seperti di atas, mau tidak mau ya harus mau. So, syukuri aja lah apa yang kita punya sekarang. Yang namanya rezeki kan udah ada
yang ngatur, dan nggak mungkin
tertukar satu sama lain.
Sekian, Terima Kasih~
God bless us :)
Thanks-List:
publisher Art*kelku, for the experience
Google, for the pics
YOU, for reading this! :)
0 comments