Puisi-Puisi(nya) Cinta
Agustus 13, 2014
Ah... siapa sih yang nggak tau sama film cinta melegenda “Ada Apa Dengan
Cinta” (AADC)! Kamu-kamu yang lahir tahun 80/90-an pastinya pernah nonton, atau
paling nggak pernah denger film ini. Yah walaupun pas film ini diproduksi di tahun
2001 saya masih umur 9 tahun, dan baru nontonnya pas SMP/SMA, (dan beberapa
hari yang lalu nonton lagi, hihihi) tapi beneran deh, film ini sangat berkesan
buat saya (dan mungkin kamu juga).
Film yang melambungkan nama aktor Nicholas Saputra dan aktris cantik
(banget) Dian Sastrowardoyo ini, menjadi salah satu tanda kebangkitan perfilman
Indonesia, along with “Petualangan Sherina”. Film ini menyabet sejumlah
penghargaan dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2004, yakni kategori
Sutradara Terbaik (Rudi Soedjarwo), Pemeran Wanita Utama Terbaik, Tata Musik
Terbaik, dan Skenario Terbaik. Cerita di film AADC ini sebenernya sederhana
banget, yakni seputar cinta dan persahabatan masa-masa SMA. Tapi ke-simple-an
cerita ini yang bikin menarik dan ngena banget (menurut saya). Apalagi
“dihiasi” dengan bahasa-bahasa puitis khas sastra yang semakin menambah
keelokan film ini. Nah, di bawah ini saya udah ngutip beberapa puisi cantik
yang ada di film AADC. So, cekidots gaes...
Film ini diawali dengan adegan Cinta (Dian Sastro) dan keempat sahabatnya
lagi di kamar, lagi dengerin cerita Alya (Ladya Cherill), salah satu sahabat
Cinta juga, yang jadi korban KDRT dari ayahnya. Akhirnya, daripada
sedih-sedihan terus, Cinta menghibur Alya dengan mendemokan puisi yang bakalan
dia kirim ke lomba puisi tahunan di sekolah.
(Dari kiri ke kanan) Carmen (Adinia Wirasti),
Maura (Titi Kamal), Alya, Milly (Sissy Priscillia), & Cinta
(I want to be together, forever)
Ketika tunas ini tumbuh, serupa tubuh yang
mengakar
(When this bud grows, like a body taking root)
Setiap napas yang
terembus adalah kata
(Every breath taken is a word)
Angan, debur, dan emosi
bersatu dalam jubah terpautan
(Imaginings, sounds, emotions mingle together,
weaving one robe around us)
Tangan kita terikat.
Lidah kita menyatu
(Our hands join. Our lips form in unison)
Maka setiap apa terucap
adalah sabda pendita ratu
(Every word we say is the command of the high
priestess)
Di luar itu pasir
(The rest is sand)
Di luar itu debu
(The rest is dust)
Hanya angin meniup saja,
lalu terbang hilang tak ada
(Only the wind blows, then swirls and disappears)
Tapi kita tetap menari
(But we still dance)
Menari, cuma kita yang
tau
(A dance that only we know)
Jiwa ini tandu. Maka
duduk saja
(Our souls are like a palanquin. So just take a
seat)
Maka akan kita bawa...
(and we will take...)
semua
(all)
Karena...
(Because...)
kita...
(we...)
adalah...
(are...)
satu
(one)
Cerita pun berlanjut. Secara mengejutkan, Cinta yang (katanya) selalu
menang lomba puisi tahunan, kali ini kalah sama puisi bikinan orang lain. Tak
lain dan tak bukan, puisi itu puisinya Rangga (Nicholas Saputra). Cinta berniat
ngewawancara si Rangga ini buat mading sekolah, tapi Rangganya kelewat cuek
(kalo kata Cinta, Rangga itu “sok cool” & “sok bintang”). Alhasil, mereka
sering berantem. Namun, benang pemisah antara benci dan cinta memang
benar-benar tipis. Ujung-ujungnya, Cinta jatuh hati sama Rangga. Konflik baru pun
muncul saat Cinta harus memilih antara cinta dan persahabatan. Belum lagi
kondisi Alya yang tambah ruwet gara-gara KDRT di keluarganya. Puncaknya, Alya
melakukan percobaan bunuh diri, sementara di waktu yang sama, Cinta lagi
ngedate sama Rangga. Scene dimana
Cinta bacain puisinya Rangga di cafe, jadi salah satu adegan paling iconic di film AADC
Puisi Rangga #1
Kulari ke hutan, kemudian
menyanyiku
(I run to the forest and then I sing)
Kulari ke pantai,
kemudian teriakku
(I run to the forest and shout out loud)
Sepi...
(It is
quiet...)
Sepi dan sendiri aku
benci
(I hate being quiet and alone)
Aku ingin bingar. Aku mau
di pasar
(I want to be noisy. I want to be at a market)
Bosan aku dengan penat
(I’m bored with being tired)
Enyah saja kau pekat
(I want to get rid of you, darkness)
Seperti berjelaga jika ku
sendiri
(I feel covered with soot if I’m alone)
Pecahkan saja gelasnya
biar ramai
(Just smash the glass to make a noise)
Biar mengaduh sampai
gaduh!
(Let them howl, until there is a tumult!)
Ada malaikat menyulam
jaring laba-laba belang di tembok keraton putih
(I can see an angel weaving on the wall of a white
palace)
Mengapa tak goyangkan
saja loncengnya biar terdera!
(Why not just swing the bell, until it winces!)
Atau aku harus lari ke
hutan, belok ke pantai?
(Or I should run to the forest, turn to the
beach?)
Sing: Bosan aku dengan penat
Sing: Bosan aku dengan penat
Dan
enyah saja kau pekat
Seperti
berjelaga jika kusendiri
Bosan aku dengan penat
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika kusendiri
Setelah percobaan bunuh diri yang dilakukan Alya, konflik Cinta dengan
sahabat-sahabatnya pun makin memanas. Akhirnya Cinta milih buat ngejauhin
Rangga, demi memperbaiki hubungan dengan sahabat-sahabatnya. Tapi apa mau
dikata. Mulut bisa bohong, tapi hati nggak pernah bisa. Ngeliat Cinta yang
murung terus, sahabat-sahabatnya pun “menginterogasi” Cinta. Cinta bilang kalau
dia takut kehilangan sahabat-sahabatnya kalo dia lebih milih Rangga. Tapi
nyatanya itu cuma kekhawatiran Cinta semata. Sahabat-sahabatnya nggak pernah
ngelarang dia mau suka atau pacaran sama siapa aja. Malahan mereka nyuruh Cinta
buat cepet-cepet ngungkapin perasaannya ke Rangga. Namun sayang, di waktu yang
sama, Rangga udah mau berangkat ke Amerika buat ngelanjutin studi. Adegan Cinta
ngejar-ngejar Rangga di bandara & masih pake seragam SMA itu, jadi adgean
yang iconic juga di AADC.
Untungnya, Cinta masih sempet ngungkapin perasaannya Rangga dan gitu juga
sebaliknya. Sebelum pergi, Rangga ngasih sebuah buku ke Cinta dan nyuruh Cinta
baca halaman terakhir. Mereka pun cup-cup muah-muah di pintu boarding dan
berpisah. Ternyata halaman terakhir di buku yang dikasih Rangga berisi sebuah
puisi (yang ditulis Rangga) yang intinya bilang kalo Rangga bakalan balik lagi ke
Indonesia, dan mempertanyakan kembali cintanya.
Puisi Rangga #2
Perempuan datang atas
nama cinta
(A woman comes in the
name of love)
Bunda pergi karena cinta
(A mother leaves because
of love)
Digenangi air racun
jingga adalah wajahmu
(Suffused with an orange
poison)
Seperti bulan lelap tidur
di hatimu
(Your face is like a moon
sound asleep in your heart)
Yang berdinding kelam dan
kedinginan
(Walled in by darkness
and cold)
Ada apa dengannya?
(What is the matter with
them?)
Meninggalkan hati untuk
dicaci
(Leaving one’s heart to
be scorned)
Lalu sekali ini aku lihat
karya surga dari mata seorang hawa
(And for once I witness
heaven’s work through the eyes of Eve)
Ada apa dengan cinta?
(What’s wrong with love?)
Tapi aku pasti kembali
dalam satu purnama
(And... I will surely
return when the moon is full)
Untuk mempertanyakan
kembali cintanya
(To ask again of her
love)
Bukan untuknya, bukan
untuk siapa
(Not for her, not for
anyone)
Tapi untukku...
(but for myself)
Karena aku ingin kamu
(because I want you)
Itu saja
(And that is all)
Ah... so sweet betul! Dan menurut saya pribadi, film AADC ini banyak
value-nya. Selain cerita cinta-cintaan dan persahabatan jaman SMA, film AADC
ini juga “nyentil” masalah politik & sosial. Gimana ayah Rangga yang nulis
tesis tentang kebusukan pegawai pemerintahan yang korupm mendapat teror terus-terusan
dan dituduh sebagai anggota kelompok komunis. Juga gimana perempuan harus kuat
menolak “budaya” patriarki yang menjurus ke arah domestic violence (KDRT), ya meskipun bukan dengan cara bunuh diri.
Pokoknya, film AADC ini oke banget dah! Selain memopulerkan tagline “Salah gue?! Salah temen-temen gue?!”,
film ini juga bikin kita berimajinasi apakah perjalanan kita bakal se-berliku
dan seindah cintanya Cinta & Rangga... :)
Sekian, Terima Kasih~
Thanks-List:
YOU, for reading this! :)
Thanks-List:
YOU, for reading this! :)
4 comments
puisinya di AADC memang bagus dan puitis sekali
BalasHapusIyaaa :'D
Hapuswaaaah, sekuel pertama film ada apa dengan cinta aq blum lahir hihihi.. salam kenal :)
BalasHapusseriusan? fix aku merasa tua skrg, wkwk
Hapus