Puas menikmati suasana puncak Ijen, kami memutuskan untuk turun. Waktu itu sekitar pukul 07.00. Dan perjalanan ke bawah terasa lebih mudah daripada nanjak. Dan lebih menghibur dengan adanya insiden-insiden kepeleset. Hahahah... Sekitar pukul 09.00 kami sudah ada di Paltuding. Perut udah keroncongan banget, dan sebelum pulang kami sempatkan buat sarapan di warung (tempat kita beli minum tadi). Saya beli sepiring nasi rawon+kerupuk seharga Rp13.000,00. Udah kenyang, kami pun ngambil motor diparkiran dan cuss balik ke homestay.

Sabtu, 26 Desember 2015. Tanpa alarm, dan tanpa ada yang bangunin, pukul 00.30 saya terjaga dari mimpi-mimpi indah saya. Setelah ngumpulin nyawa, saya lantas ke kamar @rhecoo & Jimmy, dan mereka masih tertidur lelap. Saya paksa-paksa bangun dan nanyain mau berangkat jam berapa. Mereka bilang terserah—jawaban yang paling bikin kesel, wkwkwk... Mereka ngomong sambil setengah sadar. Saya juga agak nggak tega ngeliat mereka kecapekan gitu. Saya lalu ke kamar @friskadevimellan dan nanya mau berangkat jam berapa. Dia malah keliatannya agak ragu mau berangkat, haha.. Jadinya, kita sepakatlah mau berangkat pukul 01.00

Jujur, sebenernya saya pengen banget ngejar blue fire (api biru) Gunung Ijen yang tersohor itu. Secara ya, di dunia cuman ada 2 blue fire macem itu, di Iceland sama ya di Indonesia ini. Wew. Dan dari yang saya baca, api biru itu cuman muncul dini hari, maksimal sampai sekitar pukul 05.00. Tapi yah, namanya kita traveling bareng kelompok, kita mesti ngeliat anggota tim lain juga. Waktu itu, anak-anak keliatan capek banget, termasuk saya juga sebenernya. Jadi, yah untuk kesempatan kali itu, target kami cukup menyambangi Gunung Ijen dan syukur-syukur bisa mendaki sampai puncaknya. J

Di Teluk Ijo sebenernya ada jasa naik kapal menuju Rajegwesi dengan harga kalo nggak salah Rp25.000,-. Dan pastinya seru banget naik kapal melintasi Samudera Hindia. Tapi berhubung kami naruh motor di parkiran—yang mana agak jauh dari Rajegwesi—akhirnya kami urung mencoba naik kapal dan milih buat jalan kaki kembali ke parkiran. Wuh mayan juga jalan naik turun bukit, tapi yah itung-itung buat pemanasan sebelum ke Ijen besok paginya, heheh...

Setelah sampai di parkiran, kami langsung ambil motor dan melanjutkan perjalanan kami menuju destinasi berikutnya, yakni Pulau Merah!

Yah namanya lagi liburan, mesti susah kalo mau tidur. Pengennya cepet-cepet besok pagi dan langsung ngelanjutin jalan-jalan. Malam itu pun demikian. Sepulang dari Pantai Boom, saya dan mas Imron—yang mana kita sekamar—juga nggak bisa tidur. Padalah udah lumayan malem, dan saya sendiri juga belum istirahat sama sekali sejak perjalanan dari Probolinggo. Jadinya ya saya & mas Imron ngobrol-ngobrol, sampai akhirnya pukul 00.30 mas Imron pamitan mau ngelanjutin perjalanannya. Dia sama Sandra mau ke Gunung Ijen Jumat pagi itu. Sementara saya sama anak-anak rencananya mau ke Teluk Ijo sama Pulau Merah. Dan sepeninggal mas Imron itulah baru saya bisa terlelap.

Adzan Shubuh lantas membangunkan saya. Istirahat selama 4 jam rasa-rasanya udah cukup. Saya & @friskadevimellan sholat Shubuh berjamaah di musholla deket homestay, sementara @rhecoo & Jimmy masih nyenyak di kasur, wkwkwk... Sekitar pukul 06.00, kami semua udah siap-siap berangkat. Udah mandi, udah dandan, udah ganteng. Dan agar bertenaga, kami sarapan dulu dengan dimasakin oleh ibuk yang punya rumah (saudaranya mas Rahmat). Lumayan, nggak usah beli keluar. Dengan mental anak kuliahan yang masih kental, pagi itu kami pesen nasi, mi goreng, sama telor ceplok + rempeyek dikasih ibuknya. Minumnya jahe anget. Semua itu cuman dihargai Rp10.000,00 aja. Kenyang, kami lantas pamitan ke si ibuk dan cuss berangkat. Green Bay & Red Island, HERE WE COME!

(via nativeindonesia.com)

Kamis, 24 Desember 2015. Akhirnya, hari yang dinanti-nanti datang juga! Pagi itu, saya udah siap-siap packing. Awalnya sempet kepikiran mau bawa carrier—biar keliatan gawl n cool kayak anak-anak backpacker gituh, tapi rasanya kok terlalu lebay, secara saya cuman pergi 2 hari dan ke Banyuwangi pula, deket. Saya akhirnya mutusin buat bawa daypack yang biasa saya pake ke kantor.

Barang bawaan saya pun nggak banyak, cuman 3 lembar kaos (sama yang dipake berangkat), 2 celana panjang (training & convertible pants, nggak bawa jeans karena emang nggak suka pake jeans), 1 celana mini pendek, selembar kain Bali buat selimyut biar nggak kedinginan, alat mandi, alat sholat, senter (karena saya phobia gelap :P), jas hujan (ponco), obat-obatan—terlebih pas mau berangkat tiba-tiba saya batuk, botol minum, dan yang terpenting, dompet seisinya. Sama tambahan titipan tongsis & masker dari Metty—yang H-1 tiba-tiba mutusin buat nggak ikut karena ada gawe di tempat kerjanya. Hvft. Bukannya kesel, cuman sedikit kecewa aja. Awalnya udah oke oke eh pas mau berangkat tiba-tiba batal. Yah life is a choice anyway. And the show must go on.

Peron Stasiun Jember

Ah... makin hari di kantor makin butek aje. Boring. I think I need a break. Dan kalo diinget-inget, udah lama juga nggak liburan. Terakhir ke Gili Ketapang waktu itu. Dan sangat kebetulan sekali, bulan Desember ini ada libur panjang. Mulai tanggal 24, 25, 26, 27 (praise Lord!). Libur memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Hari Natal, dan nyambung weekend. Heaven! Sayang banget kalo nggak dipakai liburan. Dan akhirnya, saya dan (masih dengan) temen-temen SMA pun merencanakan perjalanan ke luar kota. And we’re gonna go to .... Banyuwangi! :D

It’s been a tough week. Volume kerjaan di kantor masih menumpuk. Bahkan, satu jenis kerjaan bisa makan waktu seharian. Seperti misalnya, pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) baru. Dua bulanan ini pendaftaran NPWP pengusaha sangat sangat membeludak, dikarenakan adanya bantuan modal yang akan diberikan oleh pemerintah yang mengharuskan penerimanya membuat kelompok usaha dan setiap kelompok tersebut harus punya NPWP. Kadang saya agak kesel dengan syarat ini. Mereka (pengusaha-pengusaha kecil) yang seharusnya belum wajib berNPWP malah sekarang diharuskan bikin. Ya, bagus sih mereka disuruh berNPWP. Hanya saja, ke depannya kami akan kesulitan dalam hal pengawasannya, sebab sebagian besar dari mereka adalah orang-orang desa (bukan bermaksud mendiskreditkan) yang kebanyakan belum paham dengan birokrasi yang se”kompleks” ini. Bahkan, ada yang nulis aja nggak bisa! Yang lebih miris lagi, masjid-masjid yang juga akan diberi bantuan pun diharuskan punya NPWP! Buat apa coba? Gila aja.

Minggu pagi kemarin, saya nemenin bapak ngeliat sawahnya di daerah desa Sapikerep, di kaki Gunung Bromo . Kita berangkat sekitar pukul 09.00 naik motor. Cuaca waktu itu lumayan panas. Banget malah. Bahkan pas kita udah nyampe di atas pun masih tetep panas. Setelah sejam-an berkendara kita sampai lah di rumah “bapak” sama “emak”. Sepasang suami istri paruh-baya yang ngerawat sawahnya bapak. Kalo diitung-itung udah hampir setahun sejak terakhir kali kita berdua ke sini. Paling terakhir kayaknya tahun lalu, sebelum bapak saya pergi ngerantau kerja ke Timor Leste.

Middle of November! Udah nggak kerasa mau akhir tahun aja. Bulan ini kehidupan berjalan pretty much the same. Dan buat menuh-menuhin blog, Saya mau ngereview kejadian yang cukup memorable.

Day #4

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar...

Laa ila hailallahu wallahu akbar...

Allahu akbar walillah ilham...

Gema takbir menyambut pagi kami di hari ke-4 DTU. Ya, hari itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1436 H. Semua peserta tampak bergembira dan lebih segar. Terlebih karena malam sebelumnya kami sudah diperbolehkan tidur di velbet di dalam tenda. Dan kami diberi kesempatan untuk membersihkan diri. Pagi itu kami semua disuruh pakai kaos (seragam) DTU warna biru (dibagikan di hari pertama) buat sholat ke masjid. Setelah baris-baris dan sarapan, kami pun bergerak bersama menuju sebuah masjid tak jauh dari lokasi DTU untuk menunaikan Sholat Ied. Ya meskipun pas khotbah, banyak yang ketiduran gegara kecapekan, Idul Adha tahun ini bener-bener berkesan buat saya. Karena saya melaluinya dengan cara yang berbeda. Dengan nuansa ‘kemenangan’ yang benar-benar terasa. Hehe..

Alhamdulillah. Satu lagi fase menuju PNS DJP ‘yang "seutuhnya" telah saya lewati. Dan fase ini merupakan fase yang paling berat, secara fisik! Ya, karena memang semua kegiatannya adalah pembinaan fisik, plus mental. Namanya DTU (Diklat Teknis Umum) Orientasi. Acara ini diselenggarakan selama 10 hari bekerja sama dengan para pelatih dari Kopassus (Komando Pasukan Khusus).

And here where the story begins…

Udah sebulanan nggak nulis, karena emang lagi nggak ngerti mau nulis apa. Kebanyakan aktivitas saya kemarin cuman kayak setrikaan. Senin sampe Jumat membusuk di kantor. Jumat sore pulang ke Probolinggo (kegiatan yang paling saya ditunggu-tunggu). Minggu sore balik lagi ke Jember. Dan hari-hari membosankan di kantor pun berlanjut lagi.

Satu acara yang spesial palingan waktu 17 Agustusan kemarin. Seperti biasa, di lingkungan rumah saya diadain lomba-lomba khas 17an, yang pesertanya tahun ini dikhususkan buat anak-anak aja. Dan pas malem 17-nya di RT kita ada tasyakuran kecil-kecilan dan ada panggung hiburannya. Selain memang untuk menghibur warga, khususnya RT 04 (RT saya) sekaligus bagi-bagi lomba buat anak-anak yang udah ikut lomba, acara tasyakuran ini juga kita manfaatkan sebagai ajang silaturrahmi antar warga ya dimana kita bisa kumpul-kumpul, duduk lesehan bareng, terus makan, ketawa-ketawa, sambil juga tentunya sebagai wujud rasa syukur atas apa yang telah kita peroleh dan doa agak bangsa ini, negara ini, ke depannya bisa lebih makmur lagi, lebih aman lagi, lebih bahagia lagi.

Penampilan yang paling asik pas panggung 17an itu sih waktu ibuk-ibuk PKK (termasuk mama saya) nyanyi dan joget dangdut pake seragam PKK. Semua langsung pada heboh, dan minta lagi, lagi, lagi. Hahha..

Well. untuk kerjaan di kantor sih tetep kayak biasa. Boring. Setiap harinya saya menanti-nanti, kapan pulang, kapan pulang, kapan Jumat. Pffffttt… Dan keadaan makin nggak enak buat saya, makin bikin nggak nyaman, karena makin hari, saya makin ngeliat ‘jeroan’ dari instansi ini yang makin bikin saya nggak betah dan pengen cepet-cepet keluar dari sini. It breaks my heart setiap kali saya tahu ada praktik-praktik yang menurut saya (yang awam ini) kurang bener tapi tetep dijalanin DEMI tercapainya target.

Kadang kesel juga sama pusat yang seenak udelnya bikin peraturan tanpa ngelihat kondisi real di lapangan. Mereka pikir Indonesia = Jakarta. Yang kondisi masyakaratnya sebagian besar udah maju. Yang sarana dan prasarananya udah maju. Dan nggak perlu naik turun gunung buat pergi dari satu tempat ke tempat lain.

Kabar yang menyejukkan hati pun akhirnya tiba. Saya dapat SMS dari SIKKA kalau saya dipanggil Diklat Teknis Umum (DTU) Orientasi tanggal 21-30 September. Kalau temen-temen yang lain males buat ikut diklat ini (which is isinya full bully pelatihan dari Kopassus), saya malah menantik-nantikannya. Ya. Saya anggap ini jadi liburan singkat buat saya (biarpun agak ekstrim ya) buat ninggalin sejenak rutininas kantor.

Awalnya sih saya kira bakal lanjut Diklat DTSD (diklat full pelajaran pajak), jadi kan enak DTU nyambung DTSD. Liburannya jadi panjang. Tapi lagi-lagi, nggak jelas alasannya, DTSD tahun ini katanya ditiadakan dan bakal dimulai lagi tahun depan -_-

Dan yang bikin kesel lagi, pengumuman resmi pemanggilan DTU saya nggak keluar-keluar sampe jam setengah 5 sore hari Jumat (18 September)! Bayangin lah, sampai detik-detik hari terakhir di kantor itu pengumuman belom turun juga dari kantor pusat. Pengumuman ini penting buat bikin Surat Tugas (ST) dari kantor, which is harus ditanda-tangani Kepala Kantor (yang yah kita nggak bisa nebak beliaunya hadir/pulang dari kantor jam berapa). Saya udah ketar-ketir nungguin pengumumannya buat keluar soalnya takut Pak Kepala Kantornya pulang duluan, apalagi hari Jumat kan. -_- Akhirnya waktu pengumuman itu keluar, langsung buru-buru saya minta dibikinin ST sama Kepegawaian, terus dimasukin ke Sekretariat. Saya tungguin bener-bener itu surat sampe ditandatanganin Pak Kepala!

Saya berangkat ke Jakarta Hari Minggu ini (20 September), naik Sriwijaya turun di Cengkareng. Awalnya pengen nyari yang turun di Halim (soalnya mau numpang nginep di kosan temen di Priok) tapi mahal-mahal semua. Wkwkwkwk… Akhirnya milih Sriwijaya karena jadwalnya yang enak, ditambah saya belom pernah naik maskapai ini

Dan DTU saya kali ini akan sangat berkesan karena bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha (24 Agustus)! Nggak ngerti gimana deh nanti jadinya Hari Raya ditengah pelatihan sama Kopassus. I’m so excited! :D

  

Kami merencanakan perjalanan ini seminggu sebelum hari-H. Waktu itu, saya lagi ‘pulang kampung’, melarikan diri dari rutinitas harian yang membosankan di Jember. Seperti biasa, saya menyempatkan diri ketemuan sama kawan-kawan lama semasa sekolah. Kita nongkrong di salah satu café (cieh) di kota Probolinggo. Dan seperti biasa pula, kami membicarakan tentang kegiatan sehari-hari, tentang hal-hal yang tidak terlalu penting, dan yang pasti nggak ketinggalan menggunjing membicarakan teman-teman lain. Di tengah asyik menikmati obrolan penuh dosa itu, munculah ide buat mengunjungi salah satu destinasi wisata di daerah kami. Pulau Gili Ketapang. And that was a great idea! Secara kalau dipikir-pikir, selama 19 tahunan saya hidup di Probolinggo, saya belum pernah mengunjungi pulau kecil itu. Padahal deket banget. Akhirnya, jadilah kami merencakan perjalanan ini dan merealisasikannya di weekend berikutnya.

Minggu kedua di kantor baru, diawali dengan kejutan kecil bahwa saya akan dimutasi (lagi). Ya, mutasi, tapi internal kantor. Hari Senin (kalau nggak salah), sesaat sebelum pulang kantor saya dipanggil ke ruangan Kepala Seksi (Kasi) Pemeriksaan. Setelah saya masuk dan berbincang sejenak, beliau mengatakan bahwa penempatan saya di Seksi Pemeriksaan ternyata adalah sebuah ‘kesalah(paham)an’.

Seminggu sudah saya bekerja di kantor baru, KPP Pratama Jember. Hari-hari menjadi “anak magang” pun kini tlah berlalu. Tak ada lagi waktu-waktu santai yang berlimpah. Tak ada lagi bikin-bikin kesalahan ala-ala anak magang. Tak ada lagi bermalas-malasan karena kurang kerjaan. Yang ada sekarang adalah dunia kerja yang sesungguhnya. Kerja! Kerja! Kerja! (prett).

Pertama-tama, izinkan saya mengucap Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436H. Semoga amal ibadah yang telah kita lakukan selama Ramadhan kemarin diterima oleh Allah SWT. Dan semoga pula Ramadhan tahun ini bukan jadi Ramadhan terakhir kita semua. Amin.

Tidak seperti hari Jumat kemarin yang merupakan hari terakhir saya magang di Kantor Pajak Pratama Probolinggo~

Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu datang juga! Hari yang dinanti selama sembilan bulan oleh 1500 lebih alumni STAN dalam instansi Direktorat Jenderal Perpajakan. Hari yang menentukan akan kemana kaki-kaki kami melangkah. Hari yang menentukan dimanakah tempat kami mengabdi…

PE NEM PA TAN!

Tahap terakhir dari rangkaian kegiatan Diklat Prajabatan adalah Evaluasi. Di sini kita dinilai gimana presentasi kita tentang aktualisasi yang udah kita lakuin selama dua minggu di kantor. Evaluasi dilaksanain mulai tanggal 22 (aktualnya 23) sampe 25 Juni. Kita dikasih pilihan mau balik ke Jakarta tanggal 20/21/22 pagi, soalnya tanggal 22 sore udah harus check in di asrama LPMP lagi. Ane sama anak-anak milih tanggal 22 pagi dengan pertimbangan biar sorenya kita bisa langsung ke asrama, jadi nggak perlu nyari tempat nginep lain. Akhirnya berangkatlah kita ke Jakarta dari Bandara Juanda, Surabaya, bersama geng Jatim lain sekitar pukul 9 pagi. Dan kembali, perjalanan kami didukung oleh Citilink Indonesia.

Hari Selasa, 2 Juni, ane sama anak-anak Prajab balik ke rumah lokasi OJT masing-masing. Ane sama anak-anak yang turun di Juanda, Surabaya, dapet satu pesawat barengan. “Dapet” lho ya bahasanya (tiketnya dibeliin panitia, hehe). Dan lagi, perjalanan kita didukung oleh Citilink Indonesia, penerbangan pagi sekitar pukul 7/8. Itu pesawat udah kayak punyanya anak STAN. Bayangin aja sepesawat isinya sekitar 100an anak STAN semua. Singkat cerita, ane udah nyampe rumah (Probolinggo) sekitar tengah hari, terus langsung tepar. Sedih. Kenapa esok hari langsung masuk kantor. -_-

Assalamualaykum, gimana agan-agan puasanya? Semoga lancar yah. Ane sekarang kebetulan lagi menikmatin long weekend pasca melalui rangkaian Diklat Prajabatan selama kurang lebih sebulan kemarin. Ya, akhirnya setelah pengumuman fiktif penempatan yang telah digembar-gemborkan tertanggal 8 Mei lalu, ternyata pemanggilan Diklat Prajab datang lebih dulu. Hanya beberapa hari sebelum pelaksanaannya!

Awalnya, ada temen sekantor OJT ane yang bilang kalo dia dapet giliran Prajab berikutnya. Ane pun terkejut dan sempet nggak percaya. Sampe nanya-nanya ke temen-temen yang lain tapi hasilnya nihil. Ane curiga, kalo temen sekantor ane dipanggil Prajab, logikanya ane pasti juga dipanggil. Dan ternyata, berita itu benar adanya! Pengumuman pemanggilan Prajab itu pun keluar di SIKKA.

Ane jadi salah satu dari ratusan peserta Diklat Prajabatan Golongan 2 Gelombang 3. Pelaksanaannya dari tanggal 18 Mei sampe 25 Juni 2015. Diklat Prajab tahun ini konsepnya beda sama tahun-tahun sebelumnya. Kali ini, Diklat Prajab dibagi jadi tiga tahap. Pertama Internalisasi tanggal 18—29 Mei 2015 di tempat diklat, Aktualisasi tanggal 1—19 Juni 2015, & Evaluasi tanggal 22—25 Juni 2015. So, here’s the first episode of my Prajab’s Diary…

Ahh... akhirnya... ane ada kesempatan buat ngeluh eh nulis lagi :D Kalo waktu mah ada ya sebenernya, tapi niatnya itu lho yang akhir-akhir ini agak kurang. Penyebabnya? Capek. Mm.. lebih ke males sih kayaknya. Pulang kantor pengennya langsung mandi, makan, duduk manis depan leptop nonton film, terus bobok cyantix, hha.. Tapi entah kenapa ini tetiba gatel pengen nulis lagi meski isinya teteup cuma keluhan-keluhan bocah ingusan.

Bulan Desember kemarin, pas baru-baru masuk magang/OJT, ane jadi kepikiran buat nyari kerjaan sampingan. Soalnya waktu itu, kerjaan ane yang yaah tau sendiri lah anak magang disuruh ngapain aja, kebanyakan ya nganggur di kantor, hehe... Ane pengen nyari sampingan yang sekiranya bisa dikerjain di rumah dan nggak gitu menyita waktu. Ane jadi keingetan dulu pernah kerja freelance nulis artikel buat salah satu publisher, meskipun waktu itu cuma bertahan seminggu gara-gara beban kerja yang nggak sebanding ama penghasilan! Tapi, dari rekomendasi salah satu kawan ane which is dia juga sekarang jadi freelance writer, ane akhirnya ngirim lamaran ke publisher dia yang kata dia sih publisher-nya ini enak lah masalah job sama penghasilannya, hehe...

Wah udah lama banget nggak ngebelog lagi. Maklum sok sibuk. Tapi, beneran kok sok sibuk, wkwkwk.. Jadi sekarang ini OJT saya udah kelar. Udah abis jadwal rolling-nya minggu kemarin. Dan sekarang waktunya yang paling males menyenangkan! Bikin laporan...  *heft -_-

Holaa Amigos!

Jadi tanggal 5 sampe tanggal 16 kemarin, masih di acara magang, ane di-rolling ke Seksi Pelayanan. Udah agak telat ya baru di ceritain sekarang, abisnya ane sok sibuk sih, hehe.. Pulang kantor nyampe rumah Maghrib, terus ngerjain terjemahan novel (kerjaan sampingan ane, ntar diceritain sendiri) sampe malem, terus ngantuk, terus tidur. Nggak sempet nulis jadinya.

HAPPY NEW YEARRR! Selamat tahun baru kawans. Semoga tahun ini jadi tahun yang lebih baik, lebih menyenangkan, dan lebih BERKAH tentunya!

So, masih dalam acara OJT, dua minggu kemarih ane ditempatin di seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI). Dan seperti judulnya, di seksi inilah ane baru merasakan yang namanya ... kedamaian.

Jadi mulai tanggal 22 Desember kemarin, ane di-rolling ke Seksi PDI setelah sebelumnya di Seksi Waskon. Nah, seksi PDI ini, seperti namanya, berhubungan banget sama yang namanya komputer, software, intranet, and stuffs. Dulu waktu PKL, ane pernah ditempatin di seksi ini juga. So, sedikit banyak ane tau-lah kira-kira apa yang bakalan dikerjain.

Kalo kata ane, PDI ini satu seksi yang punya endless job alias kerjaannya nggak abis-abis. Adaa aja pokoknya. Secara, kerjaan utamanya ... merekam ... merekam ... dan merekam. Bukan rekaman suara, tapi ngerekam SPT alias Surat Pemberitahuan. SPT sendiri adalah surat yang oleh WP dipakai untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak, dan/atau bukan objek pajak, atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Nah, pegawai-pegawai di PDI ini nantinya akan meng-input data dari SPT ke Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP). Tapi, menurut peraturan yang baru, katanya, perekaman SPT ini bakalan di pindah ke Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (PPDDP). Jadi, kemarin ini kita nyelesaian SPT-SPT jaman baheulak yang belum kerekam.

Ya gitu deh garapan ane di PDI ini. Tiap hari rekaman, haha...  Tapi, biarpun keliatannya monoton, nggak ngerti kenapa yah dua minggu kemarin ini ane bener-bener ngerasain damai, tenang, santai, meskipun tangan tetep ngetik-ngetik komputer.

Don't know why. Mungkin karena orang-orang di PDI juga kali. Mereka kocak-kocak sih, hahaha... Total pegawainya ada 6 orang, 4 cewek, 2 cowok. Dua orang lelaki ini termasuk Pak Kepala Kasi yang juga nyantai banget orangnya, sama satu lagi—dan satu-satunya di KPP ini—yang jadi Operator Console (OC). Agak kasian juga sih sama mas OC ini, udah sendirian, kerjaannya berat juga. Ya bayangin aja, yang mengatur semua lalu lintas intranet dan internet, terus ngurusin juga software & hardware yang ada di kantor, ya dia ini. Salut dah sama mas OC.

Pegawai-pegawai yang cewek juga orangnya asik. Rame. Heboh. Dan yang paling ane seneng, ada ibu-ibu baik hati yang sering bawain makanan, haha.. Jadi kalo di PDI ini dijamin nggak bakal kekurangan cemilan. Most of the time. :9

Tapi menurut ane yang bikin ane damai di sini sih gara-gara kerjaan juga kali. Setelah kemarin, ane (kita) ngerjain pekerjaan yang membebani hati nurani a.k.a. the devil’s work, dua minggu kemarin ini ane ngerjain kerjaan yang istilah kata... less-worry gitu. Ato kalo kasarnya, ane ngerjain kerjaan yang insyaAllah lebih 'bener', nggak bo’ongin orang, apalagi negara. Ane cuma ngerekam / nginput data. Nothing more. Ya kalo salah-salah dikit, it’s a human error lah, hehe... :P

Anyway, sebenernya kalo diitung-itung, ane di seksi PDI ini ngga begitu lama. Soalnya kepotong sama libur Natal, which was mulai tanggal 25 sampe tanggal 28. Ditambah lagi libur tahun baru tanggal 1. Tapi yang bikin nyesek, tanggal 2-nya kita masuk kantor! Pffftt...

Well, nothing much to tell. Pokoknya dua minggu kemarin ini bener-bener saat-saat yang penuh kedamaian dan ketenangan. Apalagi akhir tahun kemarin berbarengan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan alhamdulillah tahun ini ane bisa ngerayain di rumah, bareng keluarga ^^

So, ‘till next episode then! :)

Spoiler for the next episode:At the end of the peaceful week was ruined pas ane ditarik ke pelayanan lebih cepat dari waktunya—which was emang minggu beikutnya ane dapet rolling ke seksi pelayanan. Gara-garanya ada satu pegawai pelayanan yang cuti sampe tanggal 11 dan ane yang disuruh gantiin pekerjaan beliau. Ohmigod, sumpah itu bikin pusing, bahkan sebelom ane ngerjain itu kerjaan...

Thanks-List:

YOU, for reading this! :)