Sebenernya udah lama banget pengen main ke Karimunjawa, secara kan destinasi yang “wajib” disambangi untuk para penggemar jalan-jalan yakhan. Cuman emang belum sempet-sempet juga. Kalau dulu kendalanya belum ada penghasilan masalah finansial, sementara kalo sekarang lebih ke masalah waktu. Sok sibuk. Sampai akhirnya, baru kemarin ini diajakin sama anak-anak kantor dan kebetulan saya ada “luang”, alhasil saya bisa join deh~
Hari Selasa, 24 April 2018 kemarin, saya ada tugas kantor ke
Jakarta, tepatnya di daerah Gatot Subroto. Sebenernya cuman antar berkas doang, jadi hari itu juga saya langsung balik ke rumah.
Acaranya selesai sekitar
pukul 14.00 dan saya langsung cus ke bandara Soekarno-Hatta. Berhubung Jakarta
di jam segitu macetnya masyaAllah subhanallah, saya memutuskan untuk ke bandara
naik kereta dari Stasiun Sudirman Baru. Itung-itung nyobain juga soalnya belum
pernah. Yang pernah saya coba itu kereta bandara di Medan (Kualanamu) and it was pretty nice, meskipun mehong (mahal) yha.
Saya berangkat dari Gatsu menggunakan jasa ojek online
favorit kita semua, Gojek. Dan kebetulan, saya mendapat bapak pengemudi yang
sepertinya mantan pembalap liar. Kemampuan beliau untuk mengebut dan bermanufer
di tengah kemacetan ibukota membuat saya ngeri-ngeri sedap. Entah berapa kali
saya menahan napas, sambil sesekali menjerit tertahan, tatkala hampir disenggol
atau diseruduk kendaraan lain. Namun syukur alhamdulillah saya bisa sampai di
tempat tujuan dengan selamat tanpa kurang suatu apa.
Sesampainya di stasiun, saya agak keder juga kerana tidak
ada papan nama bertuliskan “Stasiun Sudirman Baru” yang tertempel di sana. Saya
sampai jalan bolak-balik sambil bertanya dalam hari apakah saya ada di tempat
yang tepat? Yang ada di sana waktu itu adalah sebuah stasiun besar bernama
“Stasiun BNI City”. Dan ternyata, usut punya usut, “Stasiun Sudirman Baru” ini
telah berganti nama menjadi “BNI City”, dikarenakan Bank BNI telah bekerja sama
dengan PT Railink untuk menyematkan namanya. Jadi, jangan bingung yha twips.
Meskipun sebenernya saya wondering juga pabila perjanjian itu usai, apa namanya
akan balik adi “Sudirman Baru”? Kan ribet.
Ground floor (Lantai D) |
Anyway, di lantai paling dasar stasiun (Lantai D), kita akan
menemukan peron dengan dua buah jalur rel. Cuma itu. Untuk membeli tiket, kita
harus naik satu lantai, bisa pakai lift atau tanggal berjalan.
Sesampainya di Lantai 1, saya langsung terkesima dengan
megahnya stasiun ini. It’s really huge!
Rasanya seperti masuk ke dalam mall. Namun, saya tak kunjung menemukan si
ticket counternya. Dan setelah bertanya pada petugas yang ada di sana, untuk
membeli tiket, saya masih harus naik satu lantai lagi! Omg.
First floor to Second Floor |
Di Lantai 2, kita ngga akan menemukan counter-counter tiket
layaknya di stasiun biasa. You know, yang kita ngantri di loket, terus dilayani
sama mbak-mbak/mas-mas penjaga loket. Di sini beda! Yang ada di sini hanyalah
tiga buah mesin penjual tiket otomatis. Wew. Saya sendiri belum pernah nyoba.
Tapi jangan khawatir, ada banyak petugas yang dengan senang hati akan membantu
kita.
Ticket Machines |
Sebenernya interface mesinnya ngga terlalu rumit sih. Saya
lupa detail menu-menunya ya, tapi intinya, pertama kita pilih menu beli tiket.
Lalu, pilih stasiun tujuan. Terus masukin nomor telepon. Kemudian pilih metode
pembayaran, bisa pakai kartu debit, kredit, voucher, atau prepaid (kayak
e-toll gitu kayaknya). Dan di sini ngga ada pilihan cash/tunai lho ya!
Ticket Machine |
Setelah kita pilih metode pembayaran, mesin akan memuntahkan
2 buah lembar kertas. Yang pertama tiketnya, yang kedua bukti pembayarannya.
Tapi ini saya pakai kartu debit sih, ngga tau kalau pakai metode lain keluarnya
berapa kertas. Kita harus simpan baik-baik tiketnya, JANGAN sampai hilang! At
least, sampai kita tiba di bandara.
The ticket (Dont lose this!) |
Nah, kalau mau ke peron/tempat nunggu kereta, kita harus
turun ke Lantai 1 lagi pemirsa. Rempong yes. Kemudian petugas di depan lift ke
peron akan mengecek tiket kita. Bukan ngecek juga sih, tapi membantu kita
untuk scan kartu melewati portal. Kayak di bandara-bandara gitu.
Scanner |
Setelah melewati portal, kita mesti naik lift lagi turun ke
Lantai D. Yup, ke tempat kita datang
pertama kali! Sebab, di sanalah rel kereta itu berada. Hmm.. benar-benar sebuah
petualangan ya gaes, untuk sekedar naik kereta. Hehe..
Finally sampai di peron |
Tak lama, keretanya datang dan saya pun berangkat menuju
bandara~
Inside the train |
Pros-nya dari
kereta bandara ini dia tepat waktu sih. Jadi buat penumpang yang butuh cepet ke
bandara, daripada macet-macet di jalan, kereta ini bisa jadi solusi yang baik.
Gerbongnya juga bersih banget, dingin, kursinya empuk, pokoknya nyaman lah.
Kalau cons-nya,
tentu saja harganya yang mehong alias
mahal yah. Yaitu sebesar Rp70.000 untuk sekali perjalanan. Mungkin itu juga
yang menyebabkan railink ini sepi peminat ya. Tapi masih lebih murah daripada
naik taksi di tengah kemacetan Jakarta sih.
Sesampainya di Bandara Soekarno Hatta, kita masih harus
nyambung naik skytrain lagi buat ke
terminal-terminalnya. Dan, waktu kita keluar dari kereta bandara dan mau masuk
ke bangunan sky train, kita masih harus scan tiket kita lagi! That’s why,
tiketnya jangan sampai hilang ya gaes!
Pertama kali juga naik skytrain |
Overall, dengan adanya kereta bandara ini sebenernya bisa memudahkan para calon penumpang untuk bisa sampai di bandara dengan lebih cepat dan nyaman. Namun pabila harganya bisa lebih murah lagi akan semakin bisa "memudahkan" kita-kita yang tidak berkantong tebal. Yakhann~
Thanks for reading :)
Diberdayakan oleh Blogger.