Maen Ka Madura [Part 2]: Bukit Jaddih & Arosbaya

November 18, 2018

Hari kedua. Kami berencana mengunjungi dua tempat wisata yang cukup hits di kota Bangkalan, yaitu Bukit Jaddih dan Arosbaya. Keduanya memiliki “konsep” yang hampir sama sebenernya, yakni  perbukitan kapur. Dua tempat ini jadi terkenal di kalangan para pelancong, thanks to social media yang telah memopulerkannya di jagat maya. Alhasil, banyak orang yang tertarik untuk datang kemari, mainly ya for photo hunting. Termasuk kami.

So here where the story continues...


Kami berkendara beriringan menuju Desa Jaddih, Kecamatan Socah, sekitar 10 km dari pusat kota Bangkalan. Perjalanan ke sana cukup lancar dan enjoyable sebab jalannya lumayan mulus dan banyak pepohonan. Jadi ngga panas-panas amat gitu. Barulah ketika kami sampai di lokasi, jalanan yang tadinya aspal berubah menjadi tanah kapur berdebu. Belum lagi suhu di tempat tersebut yang masyaAllah panasnya bak disinari sembilan matahari.

So. Fcking. Hot!

Sebelum masuk, kami dihadang oleh seorang lelaki dan diharuskan membayar Rp10.000,00/motor. Kemudian, di loket (yang sebenarnya), kami disuruh bayar lagi Rp5.000,00/orang. Mungkin yang tadi buat tiket parkirnya ya, dan yang ini buat tiket masuknya (?)

So here we are... Bukit Jaddih.

Welcome to Bukit Jaddih

Pemandangan di sini emang cakep sih. Bekas penambangan kapur membuat tebing-tebing di sekeliling tempat ini seolah terpahat, membentuk potongan-potongan dan guratan-guratan yang eksotis. Ala-ala Cappadocia, Turki atau Petra, Jordan gitu deh. Ala-ala tapi ya. Dan tempat ini lumayan luas lho, konturnya naik turun juga, jadi siapkan tenaga Anda untuk berkeliling dan mencari spot foto terbaik.

Bukit Jaddih
(courtesy of @irwantris)

Namun sayang, saat kami ke sana, danau yang semestinya bisa dijadikan lokasi foto sedang dikeringkan dan sepertinya sedang dipugar. Di beberapa sudut lain juga tampak penggalian-penggalian dan pembangunan, seperti contohnya cekungan berbentuk “love” ini.

Construction at Bukit Jaddih

Selain tebing-tebing dan gua kapur, di sebelah barat Bukit Jaddih ini ada hamparan padang rumput hijau yang juga menarik untuk dikunjungi. Sedangkan, kalau Anda ingin berbasah-basah ria, di sebelah utara terdapat kolam renang bernama “Aeng Goweh Poteh” (bahasa Indonesia = “Air Gua Putih”), yang airnya bersumber dari mata air alami. Namun, kami ngga ke tempat-tempat ini, sebab sudah tak kuat dengan panasnya.

Bukit Jaddih

Using sunblock/umbrella is a good idea bila berkunjung ke Bukit Jaddih ini, untuk melindungi diri dari teriknya mentari. Atau lebih bagus lagi kalau kita datangnya pagi-pagi atau sore aja. Selain itu, di sini kita juga harus tetap berhati-hati ya. Banyak kendaraan dan alat-alat berat yang berlalu-lalang, kerana penambangan kapur di sini masih aktif berjalan.

Saya jadi penasaran, kalau kapurnya terus-terusan ditambang, gimana jadinya tempat ini nanti ya?

Limestone mining at Bukit Jaddih

Dari Bukit Jaddih, setelah istirahat sejenak dan makan siang, kami bergerak menuju Bukit Arosbaya yang terletak di Desa Berbeluk, Kecamatan Arosbaya. Kalau dari pusat kota Bangkalan, sekitar 19 km atau 40 menit berkendara. Kebayang ngga sih gimana rasanya motoran tengah hari bolong di Madura?

Anyway, perjalanan ke Arosbaya ini agak tricky ya saudara. Kalau pake GoogleMaps, harap dibaca baik-baik. Dan jangan lupa perhatikan juga papan-papan petunjuk yang ada di sepanjang jalan. Awas nyasar, kek kami waktu itu, haha...

Lokasi Bukit Arosbaya ini sangat berdekatan dengan situs religi makam Raja Bangkalan “Air Mata Ibu” atau “Pesarean Aermata”, yang mana udah terkenal di Bangkalan (katanya). Jadi kalau tersesat di jalan, bisa njujuk ke tempat ini. Pas sampe di lokasi tersebut, kami juga sempet bingung kok cuman ada area pemakamannya doang. Ternyata di sebelah pemakaman tersebut, ada jalan kecil dengan papan petunjuk super kecil yang bertuliskan (tangan) “Bukit Arobaya” beserta arah panahnya. Yampun.

Dan akhirnya, kami sampailah di Bukit Arosbaya..

Welcome to Arosbaya

Tiket masuknya dibanderol Rp5.000,00 per kepala. Sedangkan untuk parkir motornya... Rp5.000,00 juga kayaknya. Lupa.

Nah, nuansa di Bukit Arosbaya ini agak berbeda ya dari Bukit Jaddih. Yang paling jelas terlihat adalah warna bebatuannya. Kalau di Bukit Jaddih bener-bener putih, sementara di sini warnanya kecoklatan & kemerahan.

Arosbaya

Arosbaya
(courtesy of @irwantris)


Sementara dari segi suhu, di Arosbaya ini lebih tidak panas. Sedikit. Meskipun yha tetep gerah, tapi masih lumayan ada pepohonan. Apalagi kalau udah masuk ke lubang-lubang guanya, itu udah adem banget. Lebih betah diem di dalem guanya daripada di luar.

One of Arosbaya caves

One of Arosbaya miners

Waktu paling cocok untuk berkunjung ke Bukit Arosbaya ini adalah pagi hari ya pemirsa. Karena selain ngga panas, di beberapa tempat, kita bisa menemukan berkas-berkas cahaya yang memasuki lubang-lubang gua. Itu cantik banget kalau difoto.

One of Arosbaya caves

Tapi yang bikin saya agak miris dan kezel, adalah masih adanya tangan-tangan jahil yang menggoreskan berbagai macam tulisan di dinding-dinding bebatuan. Itu ngerusak mata banget lho gaes. Jangan ditiru ya. Kalau kita care terhadap sesuatu, bukankah seyogyanya kita menjaga dan merawatnya dengan baik?

Please take care of this beautiful place
(courtesy of @irwantris)

So this is our trip to Bukit Jaddih & Arosbaya. Ada yang udah pernah ke sini? Share your thought below...

(Previous part, read here)


Thanks-List:
YOU, for reading this! :)

You Might Also Like

0 comments

Diberdayakan oleh Blogger.