Labengki-Sombori Trip: Blue Lagoon & Bokori Island
Oktober 29, 2018
The last day of our
trip...
Selalu ada perasaan sedih ya pabila akan mengakhiri sebuah
perjalanan. Karena segera setelahnya, kita harus berpisah dengan kawan-kawan
dan kembali ke dunia “nyata”. Kembali mengais rupiah demi rupiah untuk
kehidupan perjalanan berikutnya. Namun kala itu, kesedihan makin
bertambah! Sebab kami akan kembali terombang-ambing, di tengah lautan, selama...
LIMA JAM!
Lagi. Seperti waktu kami berangkat di hari pertama.
Hmm.. memikirkannya
saja sudah membuatku menderita.
Anyway, hari itu
kami mengujungi satu spot terakhir di
kawasan Labengki-Sombori, dan satu spot “tambahan” di dekat Kendari. Mau
tau apa aja tempatnya?
So, here where the
story continues...
Malam sebelumnya, kami sepakat untuk berangkat ke spot terakhir, sekaligus perjalanan
pulang, pukul 07.00 pagi. Teng!
Pokoknya jam segitu udah harus berangkat. Bukan siap-siap lagi. Mengingat kapal
kami yang jalannya “super cepat” yakhan. Dan untuk memanfaatkan hari terakhir
itu, sembari menunggu waktu berangkat, kami berencana jalan-jalan keliling Labengki Kecil dan mampir di sebuah
mercusuar yang ada di balik pulau.
Pukul 05.00 pagi, di tengah kegelapan dan dinginnya kala itu,
kami berjalan menuju mercusuar. Di sana udah tersedia jalan/trek semen yang mengarahkan
kita keliling pulau. Jadi enak lah buat jalan-jalan. Cuman ya berhubung masih
gelap jadi ngga keliatan apa yang kita injak, kerana sejatinya banyak “chocochip” kambing berserakan dimana-mana.
Sekitar 10-15 menit jalan kaki, kami pun akhirnya sampai di
sebuah pantai. Dan di sebelah kiri kami ada sebuah bukit karang kecil dengan
tangga untuk menuju puncaknya. Di puncak itulah si mercusuar bertengger.
The lighthouse |
Sesampainya di atas, ternyata kondisi mercusuarnya udah
terbengkalai ya. Cocok untuk dijadikan lokasi uka-uka. Banyak tembok yang mengelupas, berlubang, dan pintunya pun
sudah “disegel” dengan semen, jadi kita ngga bisa masuk, apalagi naik ke puncak
mercusuar. Jadi ya, kami akhirnya diem-diem aja disitu sambil menunggu matahari
terbit. Meskipun langit waktu itu juga mendung. Mana banyak nyamuk pula!
Sesaat setelah mentari terbit, kami turun ke pantai. Main-main
bentar, sambil foto-foto. Baru kemudian balik ke penginapan.
The beach near the lighthouse |
Pukul 07.00 tepat, kami pun berpamitan ke pemilik homestay, dan sekalian ibuk-ibuk juru
masak yang ngurusin kami selama dua tiga hari di rumah itu. Best credit banget untuk mama mama ini
karena masakannya enak semua! Aselik.
So, off we go. Sampai jumpa lagi Labengki Kecil!
Seeya again~ |
Spot terakhir di Labengki-Sombori
yang akan kami kunjungi waktu itu namanya Blue
Lagoon. Jaraknya ngga terlalu jauh dari Labengki Kecil. Sekitar 20 menit berlayar (satuan waktu kapal kami).
Jalannya ke arah Labengki Besar
terus belok kanan (kek yang tau aja)
A race we'll never win |
Mendekati lokasi, kami pun disambut dengan perairan berwarna
biru muda yang super cantik!
Saya kira udah sampai di Blue Lagoon-nya, tapi ternyata, laguna tersebut ada di balik sebuah
dinding karang yang ada di sana. Wow.
The wall "protecting" Blue Lagoon |
Dari semua karang-karang yang pernah dilewati selama di
sana, saya rasa karang di Blue Lagoon ini yang paling tricky untuk didaki. Bentuk-bentuknya ngga beraturan, tajem sudah
tentu, pijakannya sempit, jadi harus ekstra hati-hati. Namun, bila kita sudah
berhasil mencapai sisi lainnya, kita akan disuguhkan dengan kecantikan Blue Lagoon yang sesungguhnya!
Careful, careful! |
Blue Lagoon (courtesy of @dentajaya) |
So pretty, right? Di sini kalo mau nyebur juga bisa lho.
Tapi kami waktu itu mau foto-foto aja, dan you know, mau foto aja di sini susah
banget lho jalannya. Kalau salah berpijak, alamat..
Blue Lagoon (courtesy of @dentajaya) |
Di tengah kami foto-foto, ada rombongan lain yang dateng dan
akhirnya menambah sesaknya tempat itu. Guide
kami juga udah nyuruh bergegas biar ngga kesiangan pulangnya. So yeah, kami pun beranjak pergi dan
bersiap untuk mengarungi lautan selama lima jam ke depan. Heft.
The pain starts now |
It was a looong
loooong sail.
Dari yang kita posisi duduk, senderan, sampe gegoleran di
lantai kapal. Ombak juga kadang lumayan gede sampe nyiprat-nyiprat ke dalam.
Beberapa dari kami pun akhirnya mendapat jackpot
mabok laut, kerana tak kuasa menahan goyangan-goyangan kapal.
Land! |
Suasana terasa segar kembali saat kemudian terlihat
daratan di kejauhan. Itu artinya kami segera sampai! Yey.
More land! |
Dan sebelum merapat kembali di dermaga Desa Bajo, kami
mampir dulu di destinasi “tambahan” hari itu, yaitu Pulau Bokori.
Bokori Island |
Pulau ini emang keliatan banget sih bener-bener dirawat dan
dipoles sedemikian rupa untuk dijadikan destinasi wisata. Waktu kami kesana ,
masih terlihat beberapa pembangunan yang berjalan, seperti cottage-cottage “terapung” ala-ala Maldives gituh. Pantainya juga
terbilang bersih, banyak wahana permainan kayak banana boat, dsb. Cocok lah untuk liburan singkat keluarga. Dan
memang waktu itu rame banget pengunjung disana. Ada yang rombongan kantor &
sekolah juga sepertinya.
Tapi yang disayangkan sih akses air bersih ya. Di sana ada
kayak pancuran buat bilas (sehabis berenang) tapi airnya ngga keluar. Dan untuk
ke toilet pun, kita masih harus beli air botolan sekitar Rp2.000 per botol 1,5
liter.
Di Pulau Bokori
ini, kami beristirahat sambil makan siang. Dan menjelang sore hari, kami pun
beranjak menuju dermaga Desa Bajo dan ke bandara deh buat pulang. Tapi
sebelumnya jangan lupa ya beli oleh-oleh khas Kendari, yaitu kacang mete dan
aneka olahan hasil laut lain untuk keluarga dan teman-teman tercinta di rumah.
Seeya~ |
Sekian. Terima Kasih~
(previous part, read here)
Thanks-List:
@dentajaya, for the pics
YOU, for reading this! :)
(previous part, read here)
Thanks-List:
@dentajaya, for the pics
YOU, for reading this! :)
0 comments