Labengki-Sombori Trip: Gua Allo, Air Kiri, & Sombori Hill
September 22, 2018
Hujan turun saat kapal kami bergerak meninggalkan lokasi Rumah Nenek. Entah mengapa, suasana
menjadi sedikit mistis. Mungkin karena sebelumnya kami sedang bercerita tentang
tulah rubuhnya Rumah Nenek. Kami sempat
berspekulasi bahwa hujan waktu itu masih merupakan buntut dari tulah tersebut,
hehe..
Anyway, tujuan kami selanjutnya adalah Gua Allo. Salah satu gua yang kerap kali masuk dalam itinerary saat kita berkunjung ke Sombori. Dan ternyata bentuk gua ini cukup unik lho!
Anyway, tujuan kami selanjutnya adalah Gua Allo. Salah satu gua yang kerap kali masuk dalam itinerary saat kita berkunjung ke Sombori. Dan ternyata bentuk gua ini cukup unik lho!
Perjalanan menuju Gua
Allo memakan waktu sekitar 20 menit dari Rumah Nenek. Dan ketika sampai di sana, saya cukup terkejut dengan
kondisi goa tersebut.
Gua Allo terletak
persis di tepi laut. Jadi mau tidak mau, kita harus basah-basahan untuk bisa
memasuki gua ini. Sebenarnya di dekat situ ada pantai, dan kita bisa lewat
pinggir-pinggirnya untuk masuk ke gua. Tapi karena area lautnya dangkal, dan
banyak karang yang menyebar, jadi kapal tidak bisa merapat sampai ke pantai.
Apalagi kalau airnya surut, bisa-bisa kapalnya makin ke tengah “parkir”-nya.
Approaching Gua Allo |
Kami pun satu per satu nyemplung ke laut untuk berenang/berjalan
menuju mulut gua. Saya yang ngga bisa berenang (sama sekali), lumayan jiper
juga pas mau loncat dari kapal. Sebenernya ngga dalam-dalam amat, cuman kalo
posisi kita di atas kapal terus ngeliat ke bawah itu kan agak-agak gimana gitu
yha..
Namun kerana didukung dengan semangat yang tinggi, ditambah
dorongan dari teman-teman lain di belakang (yang pada ngantri), akhirnya saya
nyebur juga. Dan jalan ke goanya itu lumayan susah ya. Selain karena karangnya
tajam-tajam, ombak waktu itu juga lumayan kenceng. Ditambah hujan pula.
Gua Allo (courtesy of @dentajaya) |
Gua Allo sendiri
dalamya tidak terlalu luas, tapi lumayan tinggi. Di pintu masuk gua, ada
semacam cekungan yang terisi oleh laut sehingga tampak seperti kolam renang
alami. Kalau kita bergerak lebih dalam, kita akan menemukan tangga sederhana
dari papan kayu, yang akan mengarahkan kita menuju kolam yang lebih besar dan
kayaknya dalem sih. Kalau waktunya pas, kolam tersebut akan diterangi oleh
berkas-berkas cahaya matahari dari atas gua. Berhubung waktu itu mendung bin
hujan, jadi ya kolamnya keliatan gelap & so creepy.
Gua Allo "natural pool" (courtesy of @dentajaya) |
In front of Gua Allo (courtesy of @dentajaya) |
Behind the scene (courtesy of @dentajaya) |
Puas menjelajah gua, kami bergerak menuju spot berikutnya, yaitu Air Kiri. Tempat ini sebenernya gosong alias pasir timbul gitu ya. Pasirnya
halus dan pemandangan sekitar juga cantik, dengan tebing-tebing karst-nya.
Lokasi yang cocok untuk beristirahat sembari menikmati makan siang. Air di
sekitar sini juga jernih, jadi kalau mau snorkeling
bisa banget.
Nah, tempat ini
diberi nama Air Kiri (berdasarkan
yang saya baca) karena dari dinding tebing di dekat pantai ini, ada sebuah
lubang yang kalau kita masukin tangan ke dalamnya, ada tetesan air dan rasanya
tawar. Karena bentuk lubangnya “membelok” ke kanan, maka akan lebih pas kalau
tangan kiri yang kita masukkan. So,
jadilah namanya Air Kiri. Katanya
sih begitu yha, saya sih ngga nyoba sendiri waktu itu.
Sorry for my modeling-urge (courtesy of @dentajaya) |
Kelar makan siang, kami sempat mampir ke Pulau Mbokkita
lagi, karena ternyata makan siang yang kami bawa jumlahnya kurang untuk awak
kapal. Jadi mereka cari makan di Pulau Mbokkita. Sambil nunggu, ada teman-teman
yang snorkeling di sekitar pulau. Tapi saya lagi males buat nyebur, jadi saya
jalan-jalan keliling pulau.
Spot terakhir yang
kami kunjungi hari itu adalah Sombori
Hill. Tempat ini merupakan bukit karang dimana dari puncaknya, kita bisa
melihat keindahan pemandangan Sombori
yang mirip Kepulauan Raja Ampat itu.
Sebenernya di hari itu, ada beberapa tempat lain yang mestinya bisa kami
kunjungi, cuman berhubung kami dapat kapal yang jalannya lamaak banget,
ditambah cuaca yang ngga mendukung, dan juga biar ngga malem-malem sampai di
penginapan, akhirnya ya our final
destination adalah Sombori Hill
ini.
Untuk menuju puncak Sombori Hill ini tidak mudah lho
pemirsa. Batu karangnya tajam-tajam banget, terus jalurnya sempit, jadi harus
ekstra hati-hati dalam memilih pijakan. Alangkah baiknya kita mengenakan alas
kaki yang sesuai dan protektif, karena ancaman tergores karang tidak hanya
berasal dari bawah, tapi juga dari samping-samping. Dan jalannya juga harus ekstra
sabar ya, jangan grusak-grusuk, apalagi kalau pas rame banget. Harus saling
membantu dan menjaga satu sama lain.
Sesampainya di atas, semua halangan & rintangan yang
kita lalui, akan terbayar dengan pemandangan yang indah!
What a great way to end the day...
Perjalanan saya masih berlanjut lho, di hari terakhir saya
berada di Labengki-Sombori.
(previous part, read here | next part, read here)
(previous part, read here | next part, read here)
________________
Epilog:
Malam harinya, saat kami di penginapan, terjadi perdebatan
kecil antara kami dan kru open trip. Saya cuman dengerin aja sih. Masalahnya ya
seputar kapal kami yang kondisinya buruk, sehingga harus melewatkan beberapa spot yang ada di itinerary. Itu memang hak kita ya untuk protes kalau memang merasa
dirugikan oleh alasan-alasan di luar force
majeur. Akhirnya setelah berdiskusi dengan pemilik operator trip, kami pun
diberikan cashback Rp100.000/orang
(yang akhirnya kami kasih ke kru kapal buat tip). Dan di hari terakhir besok,
kami akan diberikan satu spot
tambahan yang sebenernya ngga ada di itinerary.
Thanks-List:
YOU, for reading this! :)
YOU, for reading this! :)
0 comments