Para Pecandu Hujan
Mei 25, 2014
Sudah
beberapa hari ini hujan turun dengan rajinnya. Membasahi tanah-tanah yang
kekeringan. Namun, sayang tak mampu mendiginkan hati-hati yang kering. Hiks...
Anyway, orang bilang
hujan adalah berkah yang patut disyukuri. Alhamdulillah.
It really IS, a blessing! Hujan adalah satu
peristiwa yang penting dalam siklus air dunia. We can't live without water, right?
Tapi taukah kawan kalau turunnya hujan
juga memberikan kebahagiaan yang “berlebih” pada sebagian orang?
Somewhere
over the rainbow, ada sekelompok orang yang “jatuh cinta” pada hujan
(kesian juga ye, haha, just kidding) Mereka disebut dengan
istilah Pluviophile. Nah, beberapa pasti udah ada yang tau kan? Apa sih
yang ngga ada di mbah Googs?!
Menurut
urbandictionary, Pluviophile merupakan kata benda (noun) yang memiliki arti “a
lover of rain; someone who finds joy and peace of mind during rainy days”
atau dalam Bahasa Indonesia berarti “seorang
pecinta hujan; seseorang yang
menemukan kebahagiaan dan kedamaian pikiran ketika hujan turun”. Nah bener
kan, jatuh cinta sama hujan.
Arti
lain yang diberikan oleh urbandictionary, yaitu “a person who gets sexually aroused by the rain” atau dalam Bahasa
Indonesia “seseorang yang terangsang
secara seksual ketika hujan datang” Hmm...
it’s a lil bit... weird. Ada gitu yang fetish sama hujan. Ckckckck...
Nah, menurut situs wordinfo, istilah Pluviophile
berasal dari kata pluvio-, yang
berarti “hujan” + phile, yang berarti
“kesukaan, kegemaran, kecintaan”. Situs ini mengartikan Pluviophile sebagai “anyone or anything that has a fondness for
or a desire for rain”, atau dalam Bahasa Indonesia berarti “siapapun atau apapun yang memiliki kegemaran
atau hasrat terhadap hujan.” Kalau saya simpulkan, menurut wordinfo, istilah
Pluviophile
tidak hanya dipakai untuk manusia/orang saja, tetapi juga untuk makhluk-makhluk
lain yang juga memiliki “kesenangan” terhadap hujan. Situs ini memberikan
contoh kalimat: “There are many plants
that are pluviophiles because they need an abundance of rain in order to
survive and to reproduce.” yang artinya “Ada banyak tanaman yang pluviophile sebab mereka membutuhkan hujan yang
melimpah untuk dapat bertahan hidup dan berkembang-biak.”
Nah, apakah kamu
termasuk Pluviophile? Kalo saya... well... I love rain as much as I love sunlight! :D Kalo ujan terus...
cucian nggak kering-kering. Kalo panas terus... kulit putih bersinarku bisa
jadi item terbakar matahari, wkwkwk...
Susah ya idup. Apalagi di tempat tinggal saya kalo ujan deres dikit + angin
kenceng pasti mati lampu. Sedih saya. Tapi kalo ujan turun itu ada semacam
sensasi tersendiri gitu. The best part
is... tidur di saat hujan turun itu... enaknya ngga ada yang bisa ngalahin!
Apalagi tidur dalam keadaan perut kenyang, suasana dingin, tarik selimut terus peluk guling erat-erat (berhubung ngga
ada manusia yang bisa dipeluk). Itu yang namanya klimaks!
Oh, ada satu hal yang paaaling saya suka
saat turun hujan. Baunya! Hmmm... baunya itu... enak,
menyenangkan, menenangkan, meyegarkan, dan menagihkan! Saya punya kebiasaan
kalo hujan turun atau sesaat sebelum hujan turun selalu standby di deket
jendela kamar. Tujuannya cuma pengen menghirup aroma hujan sebanyak-banyaknya. And I found peace in it! Menurut mbah Googs, kita mewarisi perasaan senang
terhadap bau hujan ini dari nenek moyang kita yang dulu bergantung pada iklim
yang basah untuk bertahan hidup. Nah, ternyata setelah saya browsing-browsing, bau hujan ini ada
namanya, yaitu Petrichor.
Istilah Petrichor dibuat oleh dua
orang ilmuwan bernama Isabel Joy Bear dan R.G. Thomas yang berasal dari
Australia, pada tahun 1964 ketika mereka sedang mempelajari bau iklim basah.
Bau ini biasanya muncul di udara ketika hujan turun membasahi tanah yang
kering, makanya banyak orang yang bilang bau hujan sebagai bau tanah. Kata Petrichor
sendiri berasal dari kata petra-,
yang berarti “batu”, + ichor, yang
berarti “darah dewa” dalam mitologi Yunani.
Ilmuwan
berpendapat, Petrichor ini terbentuk dari minyak yang dikeluarkan oleh
beberapa tumbuh-tumbuhan saat musim kering. Lalu saat hujan turun, minyak
tersebut ikut terbawa ke udara. Penyebab lain timbulnya Petrichor adalah zat
kimia yang dihasilkan oleh bakteri Actinomycetes
yang akan bereaksi ketika hujan turun menghasilkan aroma yang menyegarkan. Ada
pula pendapat yang mengatakan kalau bau hujan berasal dari nitrit oksida (hasil
rekomendasi oksigen dan nitrogen yang terpecah oleh kilat) di udara yang
bereaksi dengan zat kimia lain membentuk ozone,
yang berbau tajam seperti klorin. Ozone
inilah yang kemudian kita cium ketika datangnya hujan.
But
anyway, whatever it is, bau hujan (atau
Petrichor)
ini sungguh dapat menenangkan jiwa para penciumnya!
Semoga sedikit informasi dari tulisan
jelek saya ini bisa bermanfaat. And
Pluviophile or not, we always have to
be grateful atas semua yang diberikan oleh Tuhan Yang Mahakuasa... :)
Sekian,
Terima Kasih~
Thanks-List:
Urbandictionary, Wordinfo, Tempo, for the information
Google, Flickr, enricoghiberto.com, Wondrouspics, for the pics
YOU, for reading this! :)
4 comments
Nice article !
BalasHapusSalam dari sesama Pluviophile. :D
Salam juga mas bro !
HapusThanks for mampir :)
Bagus buat ngisi waktu
BalasHapustrimakasih sudah mampir :)
BalasHapus