DTSD [EP 02]: Level 5!
Februari 14, 2016
Hari Minggu, 31 Januari sore, saya & @ahmadhussein28 bersiap
menuju kosan kami yang baru. Kos-kosan yang akan kami tempatin selama DTSD.
Awalnya, agak susah juga nyari kosan yang masih kosong, karena yah kami harus
bersaing dengan RATUSAN calon siswa DTSD lainnya, kebanyakan yang dari luar
Jakarta. Dan persaingan pun semakin ketat karena kami juga harus rebutan dengan
calon siswa DTSD gelombang 2 (setelah kami) yang akan memulai diklatnya pada
tanggal 15 Februari mendatang. Hvff.
Sebelum berangkat ke Jakarta pun, saya udah coba menghubungi
beberapa kos-kosan. Saya dapet nomer-nomer kontaknya dari kawan-kawan yang dulu
sudah DTSD duluan, plus searching-searching juga di internet. Banyak sih dapet
nomernya, tapi yang udah full booked juga buanyak. Hampir semua malah. Hiks.
Dan yang lebih mencengangkan, ternyata harganya melonjak tinggi! Usut punya
usut, mereka (para pemilik kos) udah tahu kalo biaya kos-kosan anak diklat
bakalan diganti sama Kantor Pusat, makanya harganya ditinggi-tinggiin (katanya
sih begitu). Dan dari hasil telepon-telepon itu sebenernya saya dapet beberapa
kamar yang masih available.
Range harganya tapi ya gitu, di atas Rp2.000.000,00. Tapi,
daripada nggak dapet kosan, akhirnya saya pre-book duluan. Untungnya orangnya
nggak minta DP dulu. Dan untungnya lagi si @ahmadhussein28 kan stay di Jakarta,
jadi dia bisa ngecek kosan yang udah saya booking sambil nyari-nyari lagi siapa
tau ada tempat lain yang lebih oke. Dan ternyata setelah di survey ama
@ahmadhussein28, kamar-kamar yang udah saya pre-book kondisinya memprihatinkan.
Dan alhamdulillah, dia nemu kos-kosan lain yang kondisinya sih ‘katanya’ lebih
baik.
Kami pun bersiap tancap gas ke arah Kemanggisan. Sempet
diliatin orang-orang juga karena bawaan kami yang ‘heboh’. Saya bawa
carrier—yang isinya ditambah barang-barangnya @ahmadhussein28, plus bawa tas
Palazzo saya di depan. Sementara si Hussein juga gendong tas Palazzonya di
depan. Akhirnya, kami pun berangkat menembus jalanan ibukota di sore hari.
Perjalanan kami memakan waktu sekitar 30-40 menit. Thanks for GoogleMaps yang
amat membantu.
Frankly speaking, saya nggak berharap banyak dengan
kos-kosan kami. Nggak ingin berekspektasi terlalu tinggi karena kalo nggak
sesuai takutnya jadi kecyewa. Hha. Kata @ahmadhussein28 sih kondisinya lumayan
oke. Ada kamar mandi dalam, AC, internet, plus laundry. Minusnya, kamar kita
ada di lantai 5, lantai paling atas, DAN tanpa lift. Weww. Harganya juga
lumayan mahal terjangkau, yakni Rp2.000.000,00/bulan untuk 2 orang,
ditambah Rp60.000,00 per hari kalo mau nambah (dan kita pasti nambah soalnya
diklatnya 5 minggu). Jadi, total biayanya sekitar Rp2.300.000,00-an buat kami
berdua.
Singkat cerita, kami pun sampai di jalan Kemanggisan Raya.
Liat kiri-kanan banyak bangunan tinggi—saya rasa itu juga kos-kosan. Ada yang bagus,
dan ada yang bagus banget. Tapi, itu bukan kosan kami. Hhe. Sampai akhirnya,
kami berdua berhenti di depan sebuah pagar besar, dan di balik pagar tersebut
menyembulah sebuah bangunan persegi yang tinggi. Yyep. Inilah kos-kosan kami!
Kosan kami
Dari luar keliatan rapi, ringkas, cuman sayang pagernya
banyak coret-coretan. Dan begitu masuk pun ternyata di dalam ada parkiran yang
lumayan lebar. Cukup buat beberapa belas motor, dan satu buah mobil. Tampaknya
rame juga ini kosan. Dan emang kamarnya juga lumayan banyak. Setelah memarkir
motor, kami berdua lantas bergegas masuk. Punggung saya juga udah pegel bawa
gembolan tas. Tapi terus keingetan ternyata kamar kami ada di lantai 5! Dan
kami pun harus menguatkan diri untuk menaiki puluhan (kalo nggak salah 84) anak tangga. -_-
Satu dua lantai terlewatin. Kaki mulai rasa pegal karena
udah lama nggak beraktivitas seheboh ini. Terakhir, pas DTU kemarin. Fyuh. Badan
udah pada keringetan saat pada akhirnya kami pun sampai di lantai teratas,
lantai 5! Yeay! Kamar kami ada di paling ujung, kamar nomor E9. Di sebelah
kamar kami ada area menjemur pakaian yang lumayan luas. Dari atas sini juga,
saya bisa melihat pemandangan kerlip lampu kota Jakarta.
Kami lantas memasuki kamar dan ternyata suasana di dalam
masih begitu ... “polos”. Hanya ada dua buah kasur, tanpa sprei, bantal, dan
guling. Ada sebuah lemari pakaian dan meja belajar. Dan yang paling aneh adalah
letak kamar mandi yang mana pintunya ada di sebelah pintu masuk, jadi nggak
bisa kalau mau buka dua-duanya.
Welcome...
Dua kasur (spreinya baru dikasih)
Lemari, meja belajar, kabel internet (yang baru diperbaikin), plus pintu kamar mandi
Overall sih semuanya oke. Cuman yang agak nggak enak juga,
ruangan kamar kami begitu tertutup dan tidak ada ventilasi (mungkin karena ada
AC-nya) jadi kalau nggak pake AC, kamar kami jadi pengap. Kami lalu membongkar semua
barang bawaan kami dan mulai menatanya ala kadarnya. Dan berhubung nggak ada
bantal guling, saya tidur beralaskan gulungan sweatpants dan jaket. Heuheu.
Tapi yah, dinikmatin saja.
Begitu kami leyeh-leyeh sejenak, tiba-tiba di luar hujan
deras. Dan hujannya pun nggak berhenti-berhenti. Kami yang hari itu cuman sempet
makan sekali, terkapar kelaparan di dalam kamar. Antara males keluar karena
hujan, plus males mau naik turun tangga. -_- Pun sampe hujannya udah reda, kami
berdua masih males-malesan mau turun. Hha. Sampe rebutan mau nitip makan. Tapi,
daripada pingsan, kami akhirnya mutusin buat turun juga nyari makan. :D
Hari Senin, kami mulai masuk diklat. Dan untung si
@ahmadhussein28 bawa motor jadi kami bisa boncengan ke Pusdiklatnya. Yah meski
saya harus merelakan Rp50.000,00 buat beli helm baru -_-
So, seeya on next story J
Sekian, Terima Kasih~
...Bersambung ke Episode 3
0 comments