DTSD [Ep 01]: Kembali Gahoel di Ibukota
Februari 06, 2016
Beberapa hari lalu, saya dapat panggilan untuk melaksanakan
Diklat Teknik Substantif Dasar alias DTSD. Diklat ini adalah salah satu
rangkaian ‘kegiatan’ yang harus saya lewati sebelum dinobatkan menjadi PNS DJP
seutuhnya. Sebelum pengumuman resminya keluar, udah ada jadwal yang bocor di
grup-grup whatsapp. So, saya udah nggak kaget. Dan saya menyambut DTSD ini
dengan penuh sukacita, karena itu berarti saya bisa ninggalin kantor, ninggalin
kerjaan, dan kembali menikmati gemerlapnya... JAKARTAAA! :D
Jumat, 29 Januari sore, semua berkas udah siap. Sebenernya
cuman Surat Tugas (ST) doang yang paling penting. Dan pasca sedikit 'delay' di bagian umum, alhamdulillah, ST
itu bisa selesai juga. Tiket pesawat pun udah saya pesan hari Kamis, 28
Januari, dengan rute Juanda—Halim Perdanakusuma. And I’m so excited
about this flight karena untuk pertama kalinya saya akan naik Batik Air (sister-airlinenya Lion Air).
Sebenernya pengen nyoba terbang dari Bandara
Notohadihegoro Jember, tapi berhubung males bolak-balik
Jember-Probolinggo-Jember, akhirnya saya mutusin buat naik dari Surabaya.
Penerbangan saya, ID-7502, dijadwalkan berangkat dari Juanda
pukul 15.05, dan setelah mengkalkulasi, paling tidak, saya harus berangkat dari
rumah sekitar pukul 10.00. Sabtu, 30 Januari pagi, saya mulai packing semua ‘peralatan
lenong’ yang mau saya bawa untuk hidup selama kurang lebih 5 minggu di ibukota.
Dan untuk perjalanan kali ini, saya bawa dua buah tas. Satu carrier Cozmeed Chumbu Step X-60 berkapasitas
40-60 liter dan tas Palazzo (bekas
prajab) berkapasaitas... mmm... I dont know. Pokoknya muat buat laptop &
beberapa helai pakaian. :D
Kenapa bawa dua tas?
Karena yang satu udah pasti ditaruh bagasi—secara beratnya pasti ngelebihin
berat maksimum yang bisa dibawa masuk kabin (kurang lebih batasnya 7 kg), plus saya bawa barang-barang
tajam macem nail clipper & cutter, dan liquid lebih dari 100ml.
Nah, tas yang satu lagi bakalan saya bawa naik ke kabin karena isinya adalah
barang-barang berharga macem laptop, harddisk, hp, dompet, harga diri ...
(Untuk daftar lengkap barang-barang yang saya bawa untuk
hidup 5 minggu, sila klik di sini :D)
Seperti biasa, rencana pun tinggalah rencana. Saya baru
selesai beres-beres dan mandi sekitar pukul 10.30, dan langsung cuss jalan kaki
menuju jalan raya. Jarak dari rumah saya ke pinggir jalan raya sekitar 10-15
menit jalan kaki. Dan begitu sampai pinggir jalan, kaos saya udah basah kuyup
keringetan which I really hate it kalo udah mandi terus keringetan. Hvft.
Bus menuju terminal Probolinggo lumayan lama nggak lewat-lewat. Sekitar 20
menitan saya nunggu, dan alhamdulillah akhirnya ada satu bus yang lewat. Sempet
ditawarin pak kernetnya buat langsung ke Surabaya, tapi saya tau akan lebih
cepet kalo saya ganti bus Patas begitu sampai di Probolinggo. Dan sesampainya
di Terminal Bayuangga, Probolinggo,
saya langsung lari ngejar Patas ke Surabaya yang udah mau jalan. Fyuh. What a hillarious
way to start a day, huh? Hha :D
Selama di dalem bus, saya udah agak khawatir. Karena bus saya
baru berangkat dari Probolinggo sekitar pukul 11 lewat. Dan perjalanan ke
Surabaya biasanya memakan waktu sekitar 3 jam. Itu berarti, kalau tepat waktu,
saya bakalan sampai di terminal Bungurasih sekitar pukul 14.00, dan saya hanya
punya waktu sekitar sejam-an sebelum pesawat saya berangkat. Dan itu sangat
sangat mepet. -_-
Dan ternyata, keadaan jadi makin buruk. Bus saya terjebak
macet dan sampai pukul 14.00 kurang dikit, saya belum juga sampai di terminal
Bungur. Di situlah saya mulai merasa gelisah. Udah kepikiran mau reschedule
tiket, dan sempet browsing juga gimana caranya. Untuk Batik Air, reschedule
hanya bisa dilakukan dengan menghubungi call-center
Batik Air di nomor 021-63798000,
dengan cancellation fee (untuk kasus saya yang kurang dari 2 jam sebelum
keberangkatan) sebesar 90% dari basic fare. Saya lebih milih bayar biaya ini
dan naik pesawat berikutnya, ketimbang telat dan kehilangan semua biaya tiket
dan nggak jadi ke Jakarta. Namun, saya tahan dulu rencana reschedule ini paling
nggak sampai saya tiba di terminal Bungur. Siapa tahu masih ada kesempatan buat
saya untuk make up some times.
Batik Air
(via liputan6.com)
Pukul 14.00 lewat... entah lewat berapa, saya akhirnya
nyampe di Terminal Bungurasih, dan begitu keluar dari bus, saya langsung lari
ke shuttle bus Damri menuju Juanda. Tapi ... bus yang ke Terminal 1 (tempat Batik Air) ternyata masih ngetem dan supirnya
masih entah dimana. Pas saya tanya ke pak kernetnya, dia bilang 10 menit lagi
berangkat. OH - MY Gosh! I will NOT gonna make it to the airport in time. -_- Hampir
bisa dipastikan kalo saya nggak akan bisa ngejar pesawat kalo naik bus Damri
itu. Akhirnya, saya mutusin buat keluar dari bus, dan langsung lari nyari
taksi. Tanpa nego lagi (dan sedikit khilaf), saya langsung tarik salah satu
supir buat nganterin ke bandara. Dan saya minta ke mas supirnya buat ngebut! XD
Dan bener, sekitar 15 menit kemudian saya udah sampai di
bandara. Alhamdulillah dalam keadaan selamat & sehat wal’afiat, dan saya
bayar mas supirnya tadi Rp200.000! Holy cow! XD Yah, anggap aja itu biaya yang
harus saya tanggung karena kengaretan saya. Begitu keluar dari taksi, saya
langsung lari ke pintu Terminal 1A. Kemudian, langsung ke security check dimana
semua tas saya diperiksa, termasuk jaket juga. Huf, udah nggak ngerti lagi lah
penampilan saya waktu itu udah kucel nggak karu-karuan. Selesai diperiksa, saya
langsung ke check in counter Batik Air buat menukar E-Tiket Traveloka saya dengan Boarding Pass,
sekalian check in luggage juga. Dan kata mbaknya, boarding pesawatnya pukul
14.35 di Pintu 8. Fyuh. Alhamdulillah masih ada waktu. Dan sembari nunggu
boarding, saya sempetkan buat telepon mama & sholat Duhur & jama’
Ashar
Tiba tepat waktu di Juanda
Saya pun lantas boarding dan memasuki badan pesawat. Terus
terang, saya tidak ada ekspektasi apapun terhadap maskapai Batik Air ini.
Secara dia ‘sodara’nya Lion, jadi saya pikir aircraft-nya pun nggak jauh
beda—bagai bus terbang, kanan tiga kiri tiga, dengan kondisi yang yah beberapa
‘ketidaksempurnaan’ di tempat duduknya. Tapi ternyata ... saya salah!
Begitu masuk pesawat, saya dibuat kagum dengan kondisi di
dalam. Suasanya bersih, tampak begitu terawat—atau baru, dan di bagian depan
ada beberapa kursi untuk kelas bisnis which is pretty neat. Tentu saja saya
nggak duduk di situ karena tiket saya kelas ekonomi. Namun, kondisi kursi
ekonominya juga bagus. Minor kecacatan. Dan yang paling bikin seneng, di tiap
kursi ada layar interaktif yang bisa kita pakai buat nonton film, dengerin
musik, baca-baca, & main games! :D
Kursi Batik Air
Saya langsung aja tuh cobain layar touchscreennya. Semacam
norak sih. Tapi, namanya juga pertama kali nemu begituan di pesawat. :D Di
dalem ‘tablet’ itu ada info-info tentang Lion Air & their stuffs, ada
beberapa film hollywood, film Indonesia juga ada. Ada beberapa video musik
& mp3, jadi bisa karokean. Pokoknya enak lah. Dan later I know, kalo
ternyata Batik Air ini produk premiumnya dari keluarga Lion. Yah, pantesan aja.
Hehe. Dapet snack & minum juga. :D Thanks Batik Air J
Sekitar pukul 16.30
saya tiba di bandara Halim Perdanakusuma. I really like this cute little
airport. Dan setelah nunggu lumayan LAMA buat ambil bagasi, saya pun meluncur
ke kosan @ahmadhussein28 di daerah Tanjung Priok. Sempet muter-muter karena
lupa jalan kesananya, tapi alhamdulillah sampai juga, meski sedikit basah
terkena hujan rintik-rintik yang mengguyur Jakarta.
Kami lantas bercakap-cakap, bertukar cerita. Sampai akhirnya
menjelang Maghrib, saya bersih-bersih karena udah lengket banget badan ini. Dan
setelah sholat, saya dan @ahmadhussein28 memutuskan untuk mencari angin segar di luar.
Dan kalo di Jakarta, ya dimana lagi kita mau jalan-jalan kalo nggak di MALL!
Ahayy :D
Arrivals at HLP
(via liputan6.com)
Arrivals Area at HLP
Kami main ke MAG alias Mall
Artha Gading, salah satu mall terdekat dari kosan @ahmadhussein28. Ahh...
akhirnya... setelah sekian lama, saya akhirnya bisa merasakan lagi aroma-aroma
dan geliat kehidupan ibukota. Mengingatkan kembali pada memori-memori ketika
saya sempat di kota ini. Baik itu kuliah, maupun saat saya magang dan merasakan
menjadi seorang pekerja di Jakarta. Ahh.. Aneh memang kota ini. Di satu momen,
saya bener-bener muak dengan kota ini. Dengan segala keruwetan, kemacetan, dan
ketidaknyamanan yang ada. I swear I dont wanna live in this city. Tapi satu
momen kemudian, segala yang ada di sini... benar-benar membuat kangen! Entah
kenapa. Sepertinya sedikit ‘darah’ hedonis ibukota telah mengalir dalam diri
saya. Dan berkesempatan untuk merasakan kembali aura gemerlap Jakarta seperti
saat ini, benar-benar menyenangkan untuk saya. J
MAG
(via flickr.com)
And yes, that was my first day back in Jakarta. Senin nanti,
saya & @ahmadhussein28 mulai DTSD kami. Lokasi pendidikannya di daerah
Kemanggisan, jadi kami cari kosan lagi di daerah sana.
Dan semoga diklat kami kali ini diberi kelancaran, dan (pokoknya) bisa lulus.
Amin~
Sekian, Terima Kasih~
...Bersambung ke Episode 2
Thanks-List:
@ahmadhussein28, for accompanying me in this DTSD
YOU, for reading this!
0 comments