Lampung Escape [Ep. 03]: Fun at Pahawang
April 24, 2017
Jumat, 14 April, saya bangun sekitar pukul 02.00 dini hari.
Sesuai rencana, hari itu saya akan bertolak ke Pahawang. Dan seperti yang saya ceritain sebelumnya, buat ke
Pahawang ini saya join salah satu travel agent, namanya Funtrip, dan mereka berangkat dari
Jakarta sekitar tengah malam dan perkiraan sampai di Pelabuhan Bakauheni sekitar pukul 03.00. Alhamdulillah, mereka mau
nerima saya yang booking seat pada
saat-saat terakhir. Dan untuk trip ke
Pahawang ini mereka mematok harga Rp400.000-an, include sewa kapal, penginapan, dan makan, cuman exclude sewa snorkel, goggles, dan fin.
Saya nunggu di pelabuhan sampai sekitar pukul 04.00, baru
akhirnya temen-temen dari Jakarta datang. Ternyata yang ikut trip lumayan banyak juga. Cuman dari
hasil ngobrol-ngobrol, rombongan yang jumlahnya banyak itu mereka private trip dari satu perusahaan. So, yah, mereka tentu bikin “geng”
sendiri. Sementara yang “officially” ikut open
trip cuman sembilan orang, terdiri dari empat couple dan seorang jomblo (thats
me, hiks, wkwk..). But I’m fine with that. Dan untungnya
mereka orangnya asik-asik, jadi kita bisa cepet akrab, dan kita pun bikin geng
tandingan dari si corporate tadi,
hahha... Setelah ketemuan di pelabuhan, kami langsung bergerak menuju Pelabuhan Ketapang, tempat kita
nyeberang ke Pahawang, dan perjalanannya memakan waktu sekitar... I dont know... mungkin 2—3 jam ya. Saya
banyakan tidur di jalan sih, hehhe..
Kami sampai di Pelabuhan
Ketapang sekitar pukul 07.00/08.00. Suasana di sana lumayan rame, mungkin
karena mau long weekend juga, jadi
banyak wisatawan yang mau main ke Pahawang. Begitu sampai, kami sarapan dulu,
baru kemudian ganti baju (karena mau langsung nyebur). Sekitar pukul 09.00,
kapal yang akan kami tumpangi siap, dan kami pun berangkat meninggalkan
Pelabuhan Ketapang.
We're ready to go...
Ahh... it was so
beautiful. Sepanjang perjalanan, kita dimanjakan dengan pemandangan alam
yang luar biasa cantik. Laut biru luas, dengan background pulau-pulau kehijauan. Udah lama banget rasanya ngga
melihat “gambar” seindah itu. Dan laut, entah kenapa, seperti punya kekuatan
magis dan selalu berhasil menghipnotis saya. Ya meskipun saya ngga bisa
berenang, wkwk...
The scenery along the way
Perlahan, kami mulai dikelilingi oleh pulau-pulau kecil. Dan
beberapa menit kemudian, kapal kami pun bersandar di sebuah pulau yang menjadi
destinasi pertama kami. Pulau Kelagian
Lunik, namanya.
Kelagian Lunik Island
Tempatnya indah banget, apalagi kalau kita menghadap ke
laut. Beh, instagram-able lah kalau kata anak sekarang. Tapi waktu itu, kami
ngga keliling lama di pulau tersebut, karena tujuan utama kami adalah
pengenalan dan percobaan alat-alat snorkeling.
Untungnya di geng saya, ada yang udah pernah snorkeling jadi bisa berbagi ilmu dan pengalaman. Tapi ternyata,
ada juga yang baru pertama kali snorkeling,
jadi ya alhamdulillah, saya ngga ngerasa “cupu” sendirian, wkwk..
Pretty, right? (Not the person of course, wkwk)
Sekedar informasi, ini adalah PERTAMA KALI saya snorkeling, dan sebagai catatan penting,
saya NGGA BISA berenang SAMA SEKALI! Tapi ternyata, snorkeling bisa banget kok buat orang yang ngga bisa berenang. Dan saya bakal bagi tips and trick-nya di posting-an tersendiri (sok-sok an banget ya, padahal penuh drama kemarin, wkwk..)
We were trying our gears
Our happy faces
Singkat cerita, setelah kami pemanasan pakai alat-alat snorkeling-nya, kami kembali ke kapal
dan bergerak menuju spot snorkeling yang sesungguhnya. Huhuhu, saya
deg-deg-an sih waktu itu. Waktu percobaan di pantai tadi sih fine-fine aja ya, apalagi masih cetek
juga airnya. Tapi pas nyampe di lokasi snorkeling-nya...
wedew, sirna sudah ke-fine-an tadi,
hahha...
Our first snorkeling spot
Nggak keliatan cyin
dasar lautnya. Temen-temen yang lain udah pada nyebur aja dari kapal. Sementara
saya, ada kali 10 menit-an buat ngumpulin keberanian, baru berani nyebur,
hahha.. Itupun berkat dukungan dan bujukan dari rekan-rekan sekalian. Thanks gaes!
Nyeburrr~
(courtesy of funtripstour.com)
Pertama kali masuk laut, langsung heboh sendiri. Panik ngga
ketulungan.Tapi sekali lagi, berkat bantuan teman-teman yang budiman,
alhamdulillah, sedikit-sedikit mulai bisa tenang. Dari yang pertama belajar
mengapung sambil telungkup, terus mengepak-kepakkan fin, sampai yang terpenting memakai snorkel dengan benar, ya meskipun tetep sesekali keminum air laut.
Tapi yang paling susah, dan masih bikin saya panik, adalah berubah posisi dari
telungkup ke berdiri. It was like, I
didnt have control of my body, wkwk.. Tapi ya lama kelamaan, akhirnya saya
bisa menikmati kegiatan snorkeling
dan pemandangan bawah laut.
It was so beautiful.
Pertama kalinya ngeliat alam bawah laut dengan mata kepala sendiri. Cuman emang
di spot yang pertama ini, ikannya
tidak terlalu banyak dan variatif. Tapi temen saya sempet nemuin “Nemo” (Clownfish/Ikan Badut). Nah, yang jadi main attraction di tempat ini adalah
tulisan “Pahawang” yang ada di dasar laut. Jadi kita semua berganti-gantian
buat foto underwater di tulisan itu.
Saya sendiri juga ikutan nyoba, tapi tetep pake drama. Soalnya kudu lepas
pelampung, padahal saya ngga bisa renang sama sekali. Tapi alhamdulillah,
berkat bantuan mas guide lokal (lupa
namanya) yang sudah berjasa untuk mendorong saya ke bawah dan narik ke atas
lagi, saya bisa foto juga meskipun hasilnya pas-pas an, haha..
Underwater pic
(courtesy of funtripstour.com)
Next, puas snorkeling ria, kami kembali ke kapal,
kemudian bergerak menuju tempat menginap. Lokasinya di Pulau Pahawang Besar.
Setelah makan siang dan istirahat, kami lanjut lagi ke spot snorkeling
berikutnya, yang mana jadi salah satu primadona di sini, yaitu “Taman Nemo”. Sesuai namanya, di tempat
ini kita bisa menemukan lebih banyak ikan “Nemo” dan ikan-ikan lain yang lebih
variatif. Cuman waktu itu, yang ikut ke “Taman Nemo” jumlahnya sedikit. Kalo
geng open trip sih masih lengkap,
cuman dari geng corporate itu yang
ikut tinggal 5 orang-an kayaknya. Maklum lah ya, pesertanya rata-rata
bapak-bapak dan ibu-ibu yang mungkin sudah kelelahan setelah snorkeling pertama. So, yah, kalau buat
saya sih, asik juga kalo ngga terlalu rame, hehe...
Our second snorkeling spot
Sekitar setengah jam membelah lautan, akhirnya kami sampai
si lokasi Taman Nemo. Di sana ternyata udah banyak kapal dan wisatawan yang
berkumpul. It was a little bit crowded.
Udah kek pasar apung. Pasti gara-gara long
weekend, jadi banyak yang liburan ke sini. Saya sama anak-anak langsung aja
nyebur, terus keliling buat cari spot “Nemo”-nya. Dan bener sih, alam bawah
laut di tempat ini lebih cantik dari yang sebelumnya. Lebih banyak ikan
warna-warni dan karang-karang berbagai rupa.
Aww pretty, and cute "Nemo"s
Ada satu spot yang
jadi konsentrasi para wisatawan, yaitu tulisan “Taman Nemo” di bawah air. Dan
otomatis, semua nunggu giliran buat foto underwater.
Memang, di sekitar tulisan ini banyak banget ikan “Nemo”-nya. Dan tempatnya itu
kayak udah ditata sedemikian rupa biar jadi taman bawah air *cmiiw*. It was beautiful. Cuman saya
ngga berani buat foto underwater di sini karena lumayan dalem tulisan “Taman
Nemo”-nya itu. Ada kali 5 meter-an. Dan kalau mau ke bawah, (buat yang ngga
mahir renang) bisa narik tali yang dipasang dan ditambatkan di tulisan
tersebut. Tapi saya ngga berani deh. Mungkin ke bawahnya bisa, tapi mau
baliknya ke atas, gimana? Wkwk.. Maybe
next time, kalo saya udah bisa renang beneran.
Aww so many Nemo's and other fishes
Saya akhirnya keliling-keliling aja di sekitar tempat itu.
Alhamdulillah udah bisa snorkeling dengan tenang. Tapi entah kenapa, ketika
sedang asik berenang, terus ketemu palung/ceruk yang dalem, saya jadi jiper dan panik sendiri. Haha.. Dan satu
hal lagi yang saya sayangkan, saya ngga bisa melihat pemandangan bawah laut
denga jelas karena mata saya minus. Tapi temen saya ada lho yang punya goggles minus. Wew, I should buy that maybe.
I met this little guy before jumped back to boat
Menjelang sore, kami mengakhiri sesi snorkeling kami, lalu
bergerak menuju Pulau Pahawang Kecil.
Di sini, kebetulan waktu itu sedang surut, kita bisa berjalan-jalan menyusuri
pasir timbul yang cukup panjang, sambil tentu saja berfoto ria. Selain itu, di
sini kita juga bisa menaiki permainan banana boat dan “donat” boat, haha, ngga
ngerti namanya tapi bentuknya kayak “donat” bulet besar. Saya sama anak-anak nyoba
naik “donat” ini. Dengan harga Rp30.000-an, kami dibawa berkeliling sambil
dipontang-panting kesana-kemari selama kurang lebih 10 menit. Bentar banget
sih, but it was fun.
Pasir timbul
Yeehaw, we ride the donut!
Lots of group shots
Apalah
We met this cute local "resident"
Matahari pun perlahan kembali ke peraduannya. Menemani kami
yang, sekali lagi, membelah lautan pun untuk kembali ke peraduan kami. Hanya
secuil kecil rasa lelah yang saya rasakan. Sebagian besar tergantikan dengan
kehagiaan dan kedamaian. Saya dan teman-teman duduk di atap kapal. Menikmati
pemandangan matahari terbenam, serta semilir angin yang sedikit demi sedikit
mengeringkan tubuh basah kami. Ah... that
was so peaceful. Salah satu momen paling nyaman yang pernah saya rasakan.
Saya bersyukur masih diberi nikmat sehat, nikmat hidup, untuk menikmati
keindahan ciptaan Tuhan. This makes me
feel like... I WANNA TRAVEL FOREVERRR!☺
Embrace the sunset
Malam harinya, kami bersantai di penginapan, sambil makan
malam, terus lanjut main kartu. It was
fun. Meskipun saya sendirian di antara para couple ini, hahha.. But yeah,
I’m grateful to travel with them. Menjelang tidur, kami masih makan lagi
ikan bakar dari travel agent kami,
baru kemudian acara pelepasan lampion, tapi sayang saya ngga ikut karena udah
tepar, wkwk..
Keesokan hari adalah hari terakhir perjalanan kami di Pahawang,
sekaligus hari terakhir saya di Lampung. Dan perjalanan pulang itu diwarnai
berbagai halangan dan cobaan buat saya. So,
stay tune!
3 comments
Aseeeekkk..blognya keren!!
BalasHapusAww malu aku mba Shinta XD. Thanks udah mampir btw. Better read it via PC soalnya blom mobile-friendly tampilannya, hehew
HapusAssalamualaikum maaf jika lewat tempat ini saya publikasikan kisah sukses saya.. senang sekali saya bisa menulis dan berbagi kepada teman-teman disini. barangkali ada teman-teman yang sedang kesulitan masalah keuangan. Beberapa waktu yang lalu perusaan percetakan saya dirundung hutang yang cukup besar. Hal itu di akibatkan melonjaknya harga kertas dan tenaga upah yang harus saya bayar kepada para karyawan saya. Sementara itu beberapa tender yang nilainya cukup besar gagal saya menangkan. Akibatnya saya harus menjaminkan mobil saya untuk meminjam hutang dari bank. Namun hal itu belum cukup menutup devisit perusaan. Bahkan pada akhirnya rumah beserta isinya sempat saya jaminkan pula untuk menutup semua beban hutang yang sedang dilanda perusaan. Masalah yang begitu berat bukan mendapat support dari istri justru malah membuat saya bersedih bahkan sikapnya sesekali menunjukan rasa kecewa. Hal itu di sebabkan semua perhiasan yang sempat saya hadiahkan padanya turut saya gadaikan. Disaat itulah saya sempat membaca beberapa situs yang bercerita tentang solusi pesugihan Danah Gaib tanpa tumbal dari MBAH SUROPALA dan akhirnya saya menghubungi beliau. Kata MBAH SUROPALA pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan Danah Gaib. Tanpa pikir panjang semua petunjuk MBAH saya ikuti dan hanya 3 hari. Alhamdulilah akhirnya danah gaib yang saya minta benar benar ada di rekening saya. Perlahan hutang-hutang saya mulai saya lunasi. Perhiasan istri saya yang sempat saya gadaikan kini saya ganti dengan yang lebih bagus dan lebih mahal harganya. Dan yang paling penting bisnis keluarga yang saya warisi tidak jadi koleps. Jika ingin seperti saya silahkan minta bantuan kpd beliau karna cuma beliau yg behasil membantu saya telpon MBAH SUROPALA di nomer +6285~319~483~234 ...
BalasHapus