Lost in Bogor Botanical Garden
Agustus 31, 2017
Berkunjung ke Bogor, rasanya kurang afdol kalau ngga
sekalian mampir ke Kebun Raya-nya ya.
Saya sendiri pernah main ke sana,
dulu, pas zaman-zaman kuliah. Cuman waktu itu, emang masih ngga terlalu aware dengan dunia sekitar, jadi ya kesannya biasa-biasa.
Nah kebetulan, beberapa waktu lalu saya dapet tugas diklat
ke Bogor, jadinya ya, sekalian saya sempetin buat main ke Kebun Raya Bogor.
Saya baru nyadar kalau tempatnya luas luar biasak ya. Bahkan udah pegang peta
pun, saya dan travelmate
@yuanggafp, tetep nyasar juga. Hhe..
The front gate
Kami udah agak kesiangan sebenernya ya. Baru nyampe lokasi
sekitar pukul 10.00. Sinar matahari pun sudah mulai menusuk-nusuk kulit. Namun
ternyata, di loket masuk, masih banyak orang yang ngantri buat beli tiket.
Tiket masuk wisatawan domestik dibanderol Rp15.000,00/pax, sementara pelancong
asing dibanderol Rp25.000,00/pax.
Habis beli tiket, jangan lupa untuk minta brosur berisi peta
di meja informasi yha, agar supaya kita tidak nyasar maksimal. Dan agar perjalanan
kita bisa lebih terencana.
The ticket counter
(Cerita berikut saya tulis berdasarkan alur perjalanan kami
mengelilingi Kebun Raya, dan saya rasa, kami sudah mengunjungi semua spot utama di sana dalam sehari (kecuali tempat yang emang tutup))
Untuk pintu masuk Kebun Raya, ada beberapa ya. Waktu itu,
kami masuk dari Pintu 1 yang khusus
buat pejalan kaki. Ciri-cirinya, gedung warna putih dengan ukiran Ganesha di dinding depan.
Sepenggal sejarah
Begitu masuk, kami lansgung bergerak menuju attraction terdekat,
yang ada tepat di hadapan kami, yakni Monumen
Lady Raffles (Lady Raffles Memorial).
Lady Raffles Memorial
Monumen ini dibangun oleh Sir Thomas Stamford Raffles untuk mengenang istrinya, Olivia Mariamne yang meninggal pada
1814 karena penyakit Malaria, dan dimakamkan di Batavia. Pada dinding monumen diukir sebuah puisi karya almarhumah
sendiri, yang berbunyi:
“Oh Thou Whom Neer My
Constant Heart. One Moment Hath Forgot. Tho’ Fate Severe Hath Bid Us Part. Yet
Still Forget Me Not.”
Yang kurang
lebih artinya:
“Wahai, kamu yang
selalu di hatiku. Tak pernah sekalipun kulupakan. Meskipun takdir memisahkan
kita. Jangan pernah lupakan aku.”
*cmiiw
Next on, kami
bergerak ke barat (arah kiri peta). Tempat yang kami tuju adalah Museum Zoologi. Untuk masuk ke sini,
kita ngga ditarik biaya lagi.
Kami sempat ngelewatin Bank Biji, namun nampak sepi sehingga kami skip
The Zoology Museum
The gurl who walked the hall
Di dalam museum, terdapat banyak sekali pajangan hewan mulai
dari burung-burungan, serangga, mamalia, dsb. Beberapa dari mereka kelihatan
kayak asli banget lho. Atau emang hewan asli terus diawetin, I dont know. Overall, lumayan keren lah. Cuman agak bingung juga kerana ngga ada
penunjuk alur jalannya.
Some of the collections
Yang paling menarik saya waktu itu ada kerangka Paus Biru
yang super gede di gantung di atap dekat pintu keluar. Entah asli atau engga
ya. Cuman di bawahnya ada papan informasi tentang seekor Paus Biru yang ditemukan
mati terdampar di Pantai Pamengpeuk, Priangan Selatan, pada bulan Desember
1916.
The Blue Whale skeleton
Berikutnya, kami jalan ke arah Taman Teijsmann. Tempat ini dibangun pada tahun 1884 untuk
mengenang jasa Johannes Elias Teijsmann,
salah satu direktur Kebun Raya Bogor yang menjabat pada tahun 1830—1869.
Bersama dengan ahli botani, Justus Karl
Hasskarl, beliau menata kembali koleksi tanaman di Kebun Raya sesuai dengan
suku-sukunya (familia) serta menambah
jumlah koleksi secara signifkan.
Terjebak rumbai-rumbai
Taman Teijsmann
And as a trivia, Taman Teijsmann pernah dijadikan lokasi
challenge dalam acara reality show The
Amazing Race Asia Season 5!
Taman Teijsmann as seen on The Amazing Race Asia Season 5
Kami lalu melanjutkan perjalanan ke arah utara. Menapaki
jalan setapak yang di kanan kirinya dihiasi tanaman bambu. Serasa di Jepang deh...
Can I have some ocha please...
Kami lalu berbelok sedikit ke arah timur, dan kami menemukan
Makam Belanda (Dutch Cemetery). Konon, makam-makam ini sudah ada jauh sebelum
Kebun Raya didirikan. Terdapat beberapa makam, yang sebagian besar adalah
keluarga dekat Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Yang menarik dari tempat ini
adalah bentuk serta ukiran-ukiran yang terdapat pada batu-batu nisan-nya.
Isn't this beautiful?
Lanjut, ke arah utara dikit, kita akan langsung bisa
menemukan tempat utama di dalam Kebun Raya Bogor ini, apalagi kalau bukan Istana Bogor (Bogor Presidential Palace).
Bogor Presidential Palace
Kayanya enak yha tinggal di Istana ini. Tiap bangun pagi disambut
dengan lingkungan sekitar yang asri. *halu
Tapi sayang banget, pengen liat rusa dari dekat ternyata
ngga ada. Hiks. Kayaknya “disimpen”
di belakang Istana deh. Dari pinggir jalan keliatan sih soalnya. Hmm..
Nah, di depan istana, ada kolam besar yang dinamai Kolam Gunting (Scissor Pond). Mungkin karena bentuknya kayak gunting ya, kebelah
dua gitu. Kolam ini dihiasin sama tanaman teratai, cantik banget, ada yang lagi
berbunga. Cuman bukan teratai yang raksasa itu ya. Eh tapi ada ding teratai
raksasa-nya, tapi cuman dikit. Yang banyak nanti ada di kolam lain.
Nah, di tepian
kolam ini juga ada satu monumen untuk mengenang pendiri Kebun Raya Bogor, Prof. Caspar Georg Karl Reindwardt.
Cukup lama kami di sekitar kolam, kerana kerongkongan sudah
mulai haus dan perut mulai lapar. Istirahat sebentar sambil menikmati
se-contong es tung-tung. Lalu, lanjut lagi. Kami menelusuri sisi timur kolam.
Netizen
You know what, di sekitar situ, kami menemukan koleksi pohon
tertua yang ada di Kebun Raya Bogor. Ternyata dia adalah Pohon Leci (Litchi chinensis
Sonn), gaes...
The oldest collection
Pohon yang berasal dari China selatan ini ditanam pada tahun
1823 (berati udah 194 tahun ya!). Namun, karena sudah berusia uzur, pohon ini
kini tak lagi berbuah.
Apakah itu?
Kami lalu melanjutkan perjalanan menyusuri tepian timur
Kolam Gunting. Dari sini, kami bisa menyaksikan sesosok monumen dengan pahatan
unik di atasnya, yang berada di halaman Istana Bogor. Patung tersebut adalah
replika dari patung “The Hand of God” atau “Tangan Tuhan” yang ada di Swedia. Dia dipahat
oleh pematung bernama Carl Miles,
dan merupakan hadiah dari pemerintah Swedia pada tahun 1957.
The Hand of God
Kami lanjut jalan, dan dari sini, kami sudah mulai
kehilangan arah. Spot terdekat waktu itu adalah lokasi Bunga Bangkai (Amorphophalus
titanum) and I really really wanted to see it, karena selama ini cuman bisa liat
via gambar. Ya meskipun saya tau dia mekar pada waktu-waktu tertentu saja, jadi
saya harap kami beruntung.
Setelah naik turun menyusuri jalan setapak kecil, kemudian
bertanya pada ibu-ibu pedagang minuman, alhamdulillah,
kami akhirnya menemukan lokasi Bunga Bangkai. Namun sayang, ternyata kami kurang beruntung, sebab yang tersisa disana hanyalah papan namanya saja. Hmm... so sad.
Mungkin next time, kami bisa lebih beruntung.
Hanya tertinggal papan namanya sahaja
Amorphophalus yang mekar pada Maret 2016 lalu
(via news.detik.com)
Sebenernya, ada satu lagi koleksi bunga langka di Kebun Raya Bogor ini, yaitu Bunga Rafflesia atau Bunga Padma. Bunga yang menjadi salah satu dari tiga bunga nasional (dua lainnya adalah Melati Putih/Puspa Bangsa dan Anggrek Bulan/Puspa Pesona). Rafflesia (arnoldii) sendiri dijuluki sebagai Puspa Langka.
Kita sering menyamakan bunga ini dengan bunga bangkai (Amorphophalus) ya, tapi ternyata keduanya merupakan jenis yang amat berbeda. Salah satu perbedaan yang prinsipil adalah Bunga Rafflesia bersifat parasit (hidupnya bergantung pada inang), sementara Bunga Bangkai tumbuh pada umbinya sendiri. Persamaan keduanya adalah sama-sama berukuran besar, sama-sama langka, dan sama-sama mengeluarkan aroma tak sedap.
Di Kebun Raya sendiri ada sih papan penanda Bunga Padma, cuman setelah kami telusuri muter-muter, tanya penjaga (yang malah bikin bingung+kurang ramah), kami tetap belum bisa menemukan lokasi tersebut. Hmm..
Rafflesia yang mekar pada 2015 lalu
(via merdeka.com)
Oiya, di jalan sebelum lokasi Bunga Bangkai, kami sempat berpapasan dengan beberapa orang yang mencuci muka di semacam sumur. Hmm.. agak mencurigakan. Dari hasil wawancara dengan buibu pedagang, ternyata sumur itu bernama Sumur Cikahuripan. Konon, sumur tua tersebut merupakan warisan jaman Prabu Siliwangi dan mengandung tuah. Barangsiapa yang mencuci muka di sana, bisa tetap awet muda. (Sangat Indonesia sekali ya)
Sumur Cikahuripan
Ada yang ngasih koin juga lho pemirsa
Kami lalu memutuskan untuk berjalan ke arah selatan, menuju Taman Meksiko. Along the way, kami berpapasan dengan Monumen Kelapa Sawit (Oil
Palm Monument). Monumen yang dibangun pada 2013, dibangun untuk mengenang
induk pohon Kelapa Sawit tertua di Asia Tenggara yang ditanam di Kebun Raya
Bogor, pada tahun 1848.
The Oil Palm Monument
Sesaat sebelum Taman
Meksiko, terdapat area Koleksi
Tanaman Air (Aquatic Plant Collection)
di sebelah kiri kami. Namun, kami ngga mampir kesana kerana jalannya turun agak
jauh, dan sudah kesiangan, and we were
running out of time.
Singkat cerita, sampailah kami di Taman Meksiko dan di sini, suasananya bener-bener kayak lagi di Latin America. Tanaman yang mendominasi
adalah jenis kaktus-kaktusan dan tanaman-tanaman yang hidup (kayak) di area
kering gitu. Kece dah buat foto-foto.
Taman Mexico
Tapi sayang, tetep ada tangan-tangan jahil yang ngerusak
keindahan di sini.
Perilaku netizen usil
Next on, kami
menyeberangi Jembatan Gantung, yang
mana harus ngantri lewatnya kerana banyak yang foto. Padahal udah ada tulisannya
“Maks 10 Orang”, tapi yah namanya netizen
socmed mah sabodo teuing. Kita-kita yang sadar aja yang harus mengalah lah.
At this point,
waktu sudah menunjukkan saatnya sholat Dhuhur. Jadi, kami bergerak ke utara
menuju masjid. Along the way, kami ngelewatin
jalanan yang kece banget dengan pepohonan di kanan-kiri sebagai pagarnya. So peaceful...
Hmm...
Sehabis sholat Dhuhur, kami lanjut jalan lagi ke utara.
Kemudian nyebrang Jembatan Gantung
kedua. Niatnya sih nyari lokasi Bunga Bangkai yang kedua. Namun meskipun sudah
ngikutin papan petunjuk, tetep ngga ketemu juga. Heft.
Yha ampun netizen ini. Maks 10 orang lho...
Along the way,
kami ketemu sama Kompleks Makom Keramat,
yang waktu itu juga ramai dikunjungi peziarah. Ada yang lagi berdoa di depan
makam yang di atasnya dipasang sesaji, and
so on. Makam ini telah ada sejak zaman Prabu Siliwangi, jauh sebelum Kebun
Raya Bogor sendiri didirikan.
Makom Keramat
Lanjut jalan, kami sampai di lokasi Pohon Jodoh. DI tempat ini terdapat dua pohon raksasa yang berdiri
berdampingan bagai “berpasangan”. Meskipun mereka berbeda jenis, yang satu
adalah jenis Pohon Meranti dan satu lagi adalah Pohon Beringin Putih. Mitos yang berkembang di sini adalah,
barangsiapa yang duduk dibawah kedua pohon ini, niscaya cintanya langgeng, atau
yang masih jomblo akan segera berjodoh.
Pohon Jodo
Kami lalu menyeberangi Jembatan
Surya Lembayung, kembali ke sisi timur kebun raya.
DI sebelah kiri (utara) kami, terlihat Taman Kassan Sudjana, tapi kami ngga mampir. Kemudian, kami masuk
ke Taman Koleksi Tumbuhan Obat,
cuman sebentar cz nothing much to see
(dan saya ngga sempte moto juga). Next, kami langsung masuk ke Orchidarium.
Orchidarium ini
sebenernya berisi macam-macam jenis bunga anggrek. Namun lagi-lagi kami kurang
beruntung, dan kami tidak menjumpai satu bunga anggrek pun yang mekar. Heft.
Where're the orchids?
Lanjut, keluar dari Orchidarium, kami sampai di Lapangan
Astrid (Astrid Lawn). Dan di sini suasananya rame banget. Banyak orang dengan
kegiatannya masing-masing. Ada yang lagi piknik keluarga, ada klub-klub yang
lagi gathering, dsb. Menyenangkan sekali melihat aktivitas mereka.
Astrid Lawn
Lalu kami sampai di salah satu lokasi primadona di Kebun
Raya ini yaitu kolam Teratai Raksasa
(Victoria amazonica). Ternyata sesuai
namanya, daunnya emang guede banget. Namun sayang, lagi-lagi kami kurang
beruntung karena bunga-bunga teratainya belum masuk saat mekar. Tapi tetep amazed sih sama teratai asal Amazon ini.
Teratai raksasa
Hari udah makin siang. We’re so exhausted. Kelaparan. Jadi kami
putuskan untuk mengakhiri trip kami di Kebun Raya Bogor. Dan mencari pintu
masuk pun jadi PR juga buat kami. Meskipun pegang peta, tetep aja kami
kesulitan menentukan arah. Kami sampai jalan di jalan-jalan kecil menembus
hutan yang entah kemana ujungnya.
Lost
Tau-tau kami sampai di Kolam Gunting, dan alhamdulillah,
sampai sini kami bisa menemukan pintu masuk. Karena di ujung kolam tersebut
adalah lokasi Monumen Lady Raffles (yang kami kunjungi pertama kali). Fyuh.. Kaki rasanya udah mau mrothol.
Alhamdulillah...
So thats all, my short trip to Kebun Raya Bogor. Kalau saja datang lebih pagi, saya yakin
bisa masuk ke semua spot di sini. Tapi tetep aja, mengelilingi kebun seluas 87
hektar dengan berjalan kaki, adalah tantangan tersendiri untuk para pengunjung!
Sekian dan Terima Kasih~
Ada yang pernah nyasar
juga di Kebun Raya Bogor? Share your
story on comments box below ya...
NaraHubung:
Kebun Raya Bogor (Bogor Botanical Gardens)
Jl. Ir. Haji Djuanda No.13, Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16122
Buka: 08.00-17.00
Telp.: (0251) 8311362
Thanks-List:
wikipedia.org, krbogor.lipi.go.id, lovelybogor.com, for the information
YOU for reading this :)
0 comments