Lima Hari di Barat Indonesia [Ep. 05, End]: Final Run
Agustus 21, 2017
Selasa, 16 Mei 2017. Hari terakhir liburan. Seneng rasanya mau pulang. Tapi sedih juga kerana harus kembali ke
“dunia nyata”. Ya begitulah hidup. Ada awal, ada akhir. Ada saatnya
liburan, ada saatnya kerja ngumpulin modal untuk liburan selanjutnya. Hhe~
Kami bangun pagi sekali karena berencana naik
kapal paling awal ke Pelabuhan Tiga Raja,
Parapat. Untungnya, kita ngga
perlu jalan jauh-jauh ke pelabuhan karena kita bisa naik kapal dari dermaga penginapan.
Rasa-rasanya emang kurang sih ya
sehari semalam di Pulau Samosir.
Masih banyak tempat bagus yang belum sempet kami kunjungin. Paling ngga,
butuh 3 hari-an mungkin buat bisa kelilingin spot-spot wisata di Samosir.
Anyway, karena keterbatasan jatah
cuti waktu, kami harus mengakhiri petualangan kami. Pokoknya, suatu saat
musti balik ke sini!
Kapal paling pagi katanya sih sekitar pukul 08.00. Waktu
itu, kami beres packing sekitar pukul
07.00. So, masih ada waktu buat
sarapan. Kami pun pesen makan di restoran penginapan dan selagi nunggu, kami
foto-foto di dermaga. Sekitar setengah jam kemudian, makanan kami datang dan kami siap-siap sarapan di gazebo dermaga. Tapi, belum sempat melahap
suapan pertama, tiba-tiba terlihatlah sesosok kapal melintas di depan penginapan
kami.
What?!
Kok kapalnya udah dateng aja si?
Ya Alloh, kami langsung kalang-kabut. Kami buru-buru ambil tas. Dan saya lari-larian ke
restoran buat bayar. Tapi untungnya, kata si penjaga penginapan, kapalnya nanti balik lagi, soalnya masih ambil penumpang dari penginapan-penginapan
lain. Fyuh, alhamdulillah... Dan sambil nunggu kapalnya balik (biar ngga
rugi juga), kami sarapan cepet-cepetan, wkwk...
Beberapa menit kemudian, si kapal tadi lewat
lagi di depan penginapan kami. Saya melambai-lambaikan tangan agar supaya si
kapal tersebut merapat. Begitu naik kapal, wih
penumpangnya bule semua, hhe..
Perlahan, kapal kami bergerak meninggalkan dermaga Lekjon. Kami akhirnya secara resmi mengucapkan perpisahan kepada Pulau Samosir. Seeya...
Sekitar pukul 09.00, kami sampai di Pelabuhan Tiga Raja. Kami sudah janjian sama driver travel kami,
Bang Siregar, dari Tobatrans. Nah,
bahas dikit tentang destinasi kami berikutnya. Kami awalnya agak bingung juga, mau naik apa dari Parapat ke Medan. Kalau mau naik bus/angkutan
umum, bisa sih, beberapa kali ganti. Tapi yang jadi concern utama kami adalah pesawat pulang saya yang dimajuin jadi
pukul 18.50. Jadi, opsi terbaik adalah naik travel, tapi ya dengan
konsekuensi ongkosnya lebih mahal. Tapi daripada merisikokan ketinggalan
pesawat kan (yang mana tiketnya sejuta lebih, hiks).
Setelah short research
di internet, saya nemu rental mobil Tobatrans
ini dengan harga yang yah lumayan lah. Untuk rute Parapat—Medan/Kualanamu dipatok Rp500.000,00. BUT, mumpung lagi Sumatra Utara nih—yang entah kapan lagi bisa kesini, saya pengen banget mampir ke salah satu destinasi wisata terkenal di sini,
yaitu Air Terjun Sipiso-Piso, di Kabupaten
Tanah Karo.
Rutenya jadi agak
melenceng sih, dan ongkos kalau mampir kesana tambah Rp250.000,00, jadi
totalnya Rp800.000,00. Uhk. Jadi
mahal banget ya, apalagi kami cuman berdua. Tapi, yaudahlah, duit bisa
dicari lagi. So lets just go!
Perjalanan kami dari Parapat menuju Sipiso-piso memakan
waktu sekitar 2 jam dengan keahlian Bang Siregar yang mengemudikan mobil bak
pembalap F1. Sepanjang perjalanan, kita akan dimanjakan dengan
pemandangan Danau Toba dari ketinggian, plus hutan-hutan lebat di pinggir jalan.
Waktu itu, kami lewat semacam jalan alternatif. Rural area gitu, jadi agak
sepi. Tapi bonusnya, landscape-nya bagus banget. Dan saking nyamannya, saya
sampai ketiduran. Hhe.. Saya baru
bangun pas udah mau nyampe lokasi. Dan pemandangan
di Tanah Karo itu, masyaAllah, bagus ngets. Ngga nyesel dah bela-belain mampir kesini.
Di gerbang masuk, kita harus beli
tiket seharga Rp4.000,00 aja. Terus pas parkir, ditarik uang parkir sebesar Rp2.000,00
apa Rp5.000,00 gitu lupa. And finally...
we were there..
Sipiso-Piso Waterfall!!!
Sedikit cerita, air terjun ini juga terbentuk sebagai akibat meletusnya supervolcano Toba. Dengan ketinggian hingga 120 meter, Sipiso-Piso menjadi salah satu air terjun tertinggi di
Indonesia. Dari titik ini, kita bisa menikmati pemandangan Danau Toba, Pulau
Samosir, serta landscape perbukitan
dan Gunung Dolok Sipiso-Piso. Pokoknya keindahan lokasi ini.. breathtaking! Harus datang sendiri biar bisa ngerasain
gimana cantiknya.
Kami nggak lama di Sipiso-Piso karena ngejar waktu buat ke
Medan. Sekitar pukul 11.30, kami melanjutkan perjalanan. On the way ke Medan, kita melewatin beberapa kota, tapi yang paling
saya inget cuman Kabanjahe sama Berastagi. Di dalem mobil, Bang Siregar
cerita banyak hal tentang kehidupan orang Batak. Mulai dari marga-marga dan
tempat asalnya, terus cerita tentang pariban (yang pernah saya pelajarin
juga pas kuliah), lagu-lagu Batak, modifikasi angkot, and so on. Yah, sedikit banyak menambah
pengetahuan kami.
Pas di Berastagi, Bang Siregar nawarin kami buat
mengunjungi salah satu taman wisata yang punya view Gunung Sinabung. Udah pada
tau kan ya, Gunung Sinabung, yang beberapa waktu lalu ramai diberitakan karena
erupsi. Berastagi ini jadi salah satu kota yang palihg parah terkena
letusannya. Hampir seluruh kota ditutupin sama debu-debu vulkanik warna putih.
Tempat yang kami kunjungi waktu itu namanya Bukit Gundaling. Di sini view-nya
bangus banget, dan cocok buat liburan keluarga. Kita bisa naik kuda, makan
lesehan sambil menikmati pemandangan, dan yang paling happening ya foto berlatar belakang Gunung Sinabung. Kalau ngga bawa kamera, atau ngga bisa ambil
angle foto yang tepat, jangan khawatir, di sini banyak fotografer keliling yang
akan menjepret kita dengan latar Gunung Sinabung yang sempurna—karena backgorund-nya ditempel pake photoshop, hhe..
Move on, kami lanjut lagi jalan ke Medan. Dan kali ini, ngga mampir-mampir lagi. Sekitar pukul 15.00/16.00, kami sampai Kota Medan dan langsung disambut
dengan kemacetan luar biasa. Saya ngga nyangka kalau Medan bakalan semacet itu
lho!
Sebenernya kalau mau ke Bandara Kualanamu, kita ngga perlu masuk ke kota Medan-nya, secara bandaranya pun terletak di daerah Deli Serdang. Cuman
waktu itu, gara-gara masih mau ambil oleh-oleh—yang kami titip beliin ke
temennya mbak Riris di Medan, alhasil kami harus ke kota. Namun, alhamdulillah,
berkat rahmat Tuhan Yang MahaEsa, kami bisa sampai tepat waktu, dan masih
sempet nongki-nongki di Merdeka Walk.
Puas makan, kami dianter
bang Siregar ke Stasiun Medan buat naik kereta ke Kualanamu.
Kami milih naik kereta, soalnya kalau mau naik mobil
lagi, kemudian terjebak macet lagi, sudah barang tentu kami telat.
Jadwal kereta yang paling pas buat kami waktu itu adalah keberangkatan pukul 17.35 dan
ketibaan pukul 18.06. Saya agak kaget juga harga tiket railink—nama keretanya—ini sebesar Rp100.000,00 for just ±30
minutes ride! Heu.
Kemudian ada kejadian konyol: di stasiun kan ada counter check-in pesawat, dan dengan senangnya saya minta tolong cek in ke petugasnya (dengan maksud menghemat waktu). Pas lagi proses, si mbaknya bilang kalau biayanya Rp25.000,00. What? Kaget saya. Kirain gratis, hhe.. Akhirnya saya cancel proses
check-in-nya dan lebih milih cek in di bandara. Terus si mbak-nya “mengancam”
saya kalau waktu yang tersisa ngga bakal cukup buat cek in di bandara.
Mbak, plis... saya udah terbiasa dengan “hidup” seperti ini. (red: hampir ketinggalan pesawat) Hhe..
Tak lama kemudian, kereta kami datang dan kami pun berangkat menuju bandara. First impression: keretanya bagus banget. Dingin. Tempat duduknya
nyaman. Tapi minusnya ya, harganya itu lho..
Sepanjang peralanan, saya ngga bisa diem. Ketar-ketir, berdoa semoga ngga ketinggalan pesawat.
Sekitar
pukul 18.00, kami sampai di Bandara Kualanamu, dan saya buru-buru say goodbye sama mba Riris—dia mau
ngelanjutin liburan ke Penang. Seeya on the
next journey, my big sistah!
Saya langsung lari-lari ke counter
check-in (yang jaraknya lumayan jauh dari tempat kereta). Fyuh. Mana oleh-olehnya se-kardus berat
banget—10 kilo ternyata pas ditimbang. Yawla~
Kalaulah saya ngga lagi bawa oleh-oleh, pasti saya jalannya santai karena ngga perlu masukin bagasi. And for info, saya udah ngga
pernah cek in bagasi sejak kejadian putusnya tali tas saya oleh salah satu maskapai. Heft. Tapi berhubung waktu itu bawaannya gede bin
berat, apalagi berbau tajam (duren) mau ngga mau harus masuk
bagasi. Sehingga saya harus bergegas menuju meja cek in.
Namun lagi-lagi, berkat rahmat Tuhan YME, saya bisa melalui itu semua dengan selamat dan tak
kurang suatu apapun. Saya pun bisa terbang kembali ke rumah dengan aman.
Mungkin pelajarannya adalah, next time,
saya tidak membuka penitipan oleh-oleh lagi. Hhe...
And thats all, perjalanan saya selama lima hari di barat Indonesia. Ngga kerasa
panjang juga tulisannya. Tapi ya udah lah. Tujuannya emang buat memoar pribadi.
Saya dapet pengalaman dan pelajaran banyak banget dari petualangan kali ini. Overall, sangat menyenangkan! Meskipun
ada saat-saat down dan culture shock juga.
Tapi ya, namanya jalan-jalan. We'll never know what's gonna happen. Expect
the unexpected! dan itulah yang membuat setiap perjalanan itu menarik. Seperti hanya hidup, ngga bakal seru kalau lempeng-lempeng aja. Yekan?
I hope you guys find this article useful and (hopefully)
entertaining. And, seeya till the next journey!
Ada yang pernah
jalan-jalan ke Aceh/Medan juga? Share di comments box yhaa..
NaraHubung:
Air Terjun Sipiso-Piso
Tongging, Tanah Karo, Sumatera Utara
Bukit Gundaling
Jl. Jamin Ginting, Gundaling I, Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara 22153
Tobatrans Tour-Travel & Rent Car
Jl. SM. Raja No. 171, Pematang Siantar
Telp,: 0622-5894692 (office), 082285951833 (phone), 081375446837 (WA), 085347666529 (Bang Siregar)
Email: pesantour@gmail.com
Web: www.tobatrans.com
0 comments