#SoloTripYogya [Ep. 01]: Stormed the Temples, then Stucked in the Storm
Desember 25, 2017
Saya selalu ingin berkunjung ke Yogyakarta, since like..
forever. Tempat ini kan jadi destinasi wisata yang wajib ya bagi seluruh
rakyat Indonesia. And it’s pretty
embarassing karena saya belum pernah sama sekali kesana, sementara semua
anggota keluarga saya udah pernah. Tapi alhamdulillah,
akhirnya kesempatan itu datang jua, meskipun saya ngga merencanakannya sama
sekali!
And here where the story begins..
Berhubung jatah cuti saya tahun ini masih banyak, dan agar
supaya tidak gosong dan merugi, saya memutuskan untuk menggunakannya di tanggal
29—30 November (2 hari), ditambah libur tanggal 1, jadi saya dapat 5 hari
libur. Yey.
Saya berencana pergi ke Taman
Nasional Tanjung Puting, Kalimantan
Tengah, untuk menyaksikan Orang Utan
secara langsung. Dan kalau musim hujan gini, mereka banyak yang keluar dari
sarang. Tapi kemudian, ternyata saya dapat undangan temen nikah tanggal 3
Desember, so yah saya terpaksa
membatalkan rencana saya. Sayang sih, tapi yah demi menghormati sahabat that’s okay.
Saya akhirnya banting setir cari tujuan lain dan akhirnya
tercetuslah nama Yogyakarta. Great! Dan saya hanya punya waktu 2 hari
buat atur semuanya! Jadi saya mulai riset ke seluruh penjuru dunia maya, baca
blog, artikel, Tripadvisor, booking tiket, hotel, everything. Semua harus direncakanan sesempurna mungkin karena kali
ini saya akan pergi s e n d i r i a n. Yup, solo trip. So excited!
Selasa, 28 November
2017.
Saya berangkat ke Yogya
naik bus Rosalia Indah (dari Jember) sekitar pukul 18.30, dengan
tiket seharga Rp165.000, yang saya pesan online
via website. Pas sampai di pool, saya agak sulit cek in-nya karena
sepertinya sistem online ticketing
mereka masih belum bagus & singkron, jadi mungkin akan lebih mudah kalau
kita beli tiket langsung on the spot
(kalau ngga lagi rame) atau by phone/sms.
Off we go
Saya mengira (dan berharap) akan sampai di Yogya sekitar pukul 06.00 jadi saya
bisa langsung jalan selagi masih pagi, tapi saya segera menyesalinya saat akhirnya
saya tiba di Yogya pukul... 08.00!
Apa mungkin kalo naik bus patas umum (macem Bus Mila) gitu bisa lebih
cepat yes?
Adi Sucipto Airport
Rabu, 29 November 2017
Saya turun di Bandara Adi Sucipto dan tujuan pertama saya adalah Kompleks Candi Prambanan yang jaraknya hanya 10 menit saja. Saya nyobain naik Transjogja dan ternyata emang nyaman banget, dan cukup membayar Rp3.500 tuk sekali jalan. Pabila kita ingin pergi ke suatu tujuan dan bingung pindah-pindah busnya gimana, tanyakan saja kepada para petugas di dalam bus atau halte dan mereka akan senang hati akan membantu Anda.
Saya turun di Bandara Adi Sucipto dan tujuan pertama saya adalah Kompleks Candi Prambanan yang jaraknya hanya 10 menit saja. Saya nyobain naik Transjogja dan ternyata emang nyaman banget, dan cukup membayar Rp3.500 tuk sekali jalan. Pabila kita ingin pergi ke suatu tujuan dan bingung pindah-pindah busnya gimana, tanyakan saja kepada para petugas di dalam bus atau halte dan mereka akan senang hati akan membantu Anda.
Inside the Transjogja
Begitu sampai halte Prambanan,
kita tinggal jalan ke arah timur ±5 menit, dan sampailah kita di Candi Prambanan. Agak kzl juga ya
ternyata disana udah rame banget orang, ada rombongan bus juga, sehingga akan
sangat amat susah buat dapet foto yang “bersih”. Padahal bukan hari libur lho,
tapi teteup aja banyak yang kesana. Hft.
Udah rame banget yha Alloh
Oke, jadi di loket tiket Candi Prambanan ini ada beberapa opsi. Kalau kita cuman mau masuk ke
Prambanan harga tiketnya Rp40.000,
kalau mau ke Prambanan & Keraton Ratu Boko tiket terusannya Rp75.000, dan kalau mau ke Prambanan + Candi Plaosan & Sojiwan, harganya Rp60.000. Dan kita
akan disediakan shuttle bus gratis untuk paket ini.
The ticket counter
Saya berniat mengunjungi semua tempat tersebut, dan beberapa
candi lain—yang dari yang saya baca, di sekitar Prambanan ini paling tidak ada
12 candi yang letaknya tidak terlalu, so
I really really wanted to visit them all. Saya akhirnya beli tiket terusan Prambanan—Ratu Boko dulu, baru nanti beli lagi buat ke Plaosan & Sojiwan
karena rute kedua paket ini saling berlawanan arah.
Saya lantas memasuki area Prambanan dan mata saya langsung
tertuju pada bangunan candi yang terletak di tengah sana...
Welcome...
Omaygat..
akhirnya saya bisa melihatnya secara langsung!
So prettyy..
So prettyy..
The majestic Prambanan
Sebagai candi hindu terbesar di Indonesia, dan salah satu
yang tercantik di Asia Tenggara, Prambanan tentu menarik perhatian wisatawan
dari seluruh penjuru negeri, dan penjuru dunia. Letaknya unik, pintu masuknya
berada di wilayah Klaten, Jawa Tengah, sementara candinya
sendiri masuk wilayah Sleman, Yogyakarta. Jadi pas di perbatasan.
Standing tall
Kompleks Prambanan sendiri dibangun pertama kali pada 850 M oleh Rakai
Pikatan/Mpu Panuku (Raja Mataram Kuno) dengan nama awal Siwagrha
(“Rumah Siwa”)/Siwalaya (“Alam Siwa”), dan memang candi terbesar di sana
adalah Candi Siwa. Pada tahun
930-an, Prambanan sempat terlantar
karena ibukota kerajaan pindah ke Jawa Timur, hingga kemudian rusak dan runtuh,
terlebih pasca gempa pada abad ke-16.
Dan karena ketidaktahuan warga mengenai latar belakang
munculnya candi tersebut, maka “terciptalah” cerita Roro Jonggrang yang termahsyur itu.
Brahma Temple
Brahma statue
Wishnu Temple
Prambanan ditemukan kembali pada tahun 1733 saat pendudukan
Inggris, kemudian mulai dipugar tahun 1918, dan terus direnovasi bahkan hingga
saat ini. Apalagi beberapa bagian candi ada yang rusak akibat gempa pada 2006
silam.
The renovations
Keindahan bangunan candi memang benar-benar breathtaking. Bahkan meski hujan waktu
itu, tidak menyurutkan niat para wisatawan untuk berkeliling, dan tentu saja,
tiada henti-hentinya mengambil foto. Hft.
Siwa Temple, super crowded
Saya yang jalan sendirian tentu agak susah untuk ngambil
foto diri sendiri, tapi yah, saya juga bukan orang yang suka selfie anyway, jadi saya cuma ingin mengambil
gambar sudut-sudut Prambanan yang cantik, dan bersih dari “orang”. Tapi hal itu
sangat, sangat, sangat susah dengan banyaknya orang yang berlalu-lalang.
Akhirnya saya memutuskan untuk cabut dari Candi Prambanan dan mulai jalan ke
candi-candi lain di sekitarnya.
Garuda Temple
Di area Prambanan
ini, ada tiga candi lain yang letaknya sangat berdekatan, yakni Candi Lumbung, Bubrah, dan Sewu. Kalau
mau kesana kita bisa jalan kaki, naik kereta kelinci, mobil golf, atau sewa
sepeda—seperti yang saya lakukan waktu itu. Harga sewanya Rp10.000 untuk 30
menit. Well that was fun sepedaan
keliling Prambanan, dan udah lama
juga sejak terakhir kali saya naik sepeda engkol.
Bike rental
Berbeda dengan Prambanan,
ketiga candi ini merupakan candi Buddha. Candi
Lumbung dibangun pada abad ke-9, dan kondisinya masih relatif bagus. Candi Bubrah, juga dibangun pada abad
ke-9 dan masih dilakukan renovasi hingga saat ini.
Lumbung Temple
Bubrah Temple
Candi Sewu/Manjusrigrha
(“Rumah Manjusri/Boddhisatwa”) dibangun pada abad ke-8 dan merupakan kompleks
candi Buddha terbesar kedua setelah Borobudur,
tetapi lebih tua dari Borobudur dan Prambanan. Candi ini memiliki luas
dasar 185 meter x 165 meter, dengan jumlah candi sebanyak 249 buah, dan tinggi
candi utama mencapai 30 meter.
Sewu Temple
Akhirnya baru di tempat inilah keadaan benar-benar sepi jadi
saya bisa puas foto-foto dan bahkan foto diri sendiri pake timer, hehe...
Finally
Lanjut, setelah ngembaliin sepeda, saya jalan menuju tempat
mangkal shuttle bus sambil berhenti-berhenti sejenak di beberapa titik,
seperti ada bapak-bapak pelukis yang lukisannya bagus banget dan kia bisa
beljar juga, kemudian ada cafe dengan latar Candi Prambanan yang kece, ada
museum tapi sayang lagi tutup, terus ada kandang rusa, dan ada juga area buat
main Jemparingan.
Apa itu?
The paint master
Prambanan-overlooking cafe
Currently-closed museum
Deer's park
Jemparingan adalah seni memanah kuno asli Yogyakarta yang dulu sering dimainkan
di wilayah kerajaan. Dengan harga Rp20.000, kita akan mendapat 12 anak panah
dan seorang instruktur yang akan memandu. Saya tertarik nyoba, terlebih setelah
melihatnya di The Amazing Race Asia Season 5. Saya sendiri pernah belajar
memanah, dulu pas SMP.
Sebenernya, Jemparingan yang “bener” dilakukan
sambil duduk, tapi ya karena waktu itu cuman nyoba-nyoba aja kita mainnya
sambil berdiri. Pertama kita akan dipakaikan sabuk dengan wadah anak panah.
Kita ambil satu, lalu pasangkan ke tali busur sampai terdengar bunyi “ctekk”.
Tarik tali hingga kurang lebih 2/3 bagian anak panah tertarik ke belakang. Lalu
tutup mata kiri, bidik pakai mata kanan. Lalu, let it go!
Fery evergreen
At least, none of the arrows missed the board, wkwk
Puas keliling Prambanan,
kini saatnya saya lanjut ke Keraton Ratu
Boko. Jaraknya sekitar 15 menit naik shuttle
bus. DI dalem shuttle, saya kenalan sama solo-traveler lain, @zira_93 asal Pekanbaru, Riau, and we decided
untuk jalan bareng. Alhamdulillah,
ada yang bantuin foto teman jalan.
Welcome to Ratu Boko Palace
Check in counter
Meet @zira_93
First thing first, situs Ratu Boko ini bukan candi ya, tapi kompleks istana. Tempat ini
mulai terkenal sejak muncul di film AADC
2. Tapi ya emang tempatnya bagus sih. Atau mungkin lebih dirawat sejak
sering dikunjungi wisatawan.
The clean and neat garden
Kompleks seluas ±25 ha ini dibangun di atas bukit
dengan ketinggan ±196 mdpl. Di sini terdapat pendopo, tempat tinggal, pemandian,
paseban, dan gua. Tempat ini sungguh luas sehingga butuh waktu dan tenaga untuk menjelajahi semua sudutnya.
Some of the building inside the palace
Dan salah satu yang paling iconic
di sini adalah... gerbang masuknya. Kalau kita gugling, pasti banyak orang
yang foto dengan latar belakang gerbang ini. Apalagi kalau pas sunset, beuh kece dah
pokokna.
Pas kami selesai keliling Keraton Ratu Boko, hujan deras tiba-tiba turun membasahi bumi. Saya & @zira_93 numpang berteduh di information
center, dan kami iseng tanya-tanya soal transportasi menuju Tebing Breksi, salah satu objek wisata yang letaknya ngga jauh dari sana. Tapi ternyata ya
emang ngga ada transportasi umum buat kesana, bahkan ojek sekalipun. Kalau mau nyari ojek, kita mesti turun dulu, baru naik lagi.
Namun betapa beruntungnya kami, bapak dan ibu petugas yang ada di sana mau membantu kami buat nyariin kendaraan ke sana. Dan akhirnya kami dapet satu motor (yang akhirnya kami sewa seharga Rp50.000, meskipun ngga dipatok bayar sebenernya) milik salah seorang pekerja di sana. Jadilah saya sama @zira_93 boncengan ke Tebing Breksi. What a lucky day.
Namun betapa beruntungnya kami, bapak dan ibu petugas yang ada di sana mau membantu kami buat nyariin kendaraan ke sana. Dan akhirnya kami dapet satu motor (yang akhirnya kami sewa seharga Rp50.000, meskipun ngga dipatok bayar sebenernya) milik salah seorang pekerja di sana. Jadilah saya sama @zira_93 boncengan ke Tebing Breksi. What a lucky day.
Jarak menuju Tebing Breksi sekitar 1 km dari situs Ratu Boko, tapi
hati-hati karena sepertinya ada dua jalur yang bisa dilalui. Beruntung, kami
ketemu & tanya sama anak-anak sekitar jadi kami bisa lewat jalan yang lebih
aman dan landai (katanya).
Tebing
Breksi ini tergolong objek wisata baru ya, dan jadi ngehits setelah
foto-fotonya menyebar di socmed.
Sejatinya, tempat ini merupakan penambangan batu breksi yang berasal dari
endapan abu vulkanik Gunung Api Purba
Nglanggeran. Dan kini, tempat ini sudah dipercantik dengan adanya tangga
menuju puncak gemilang cahaya, ada ukir-ukiran wayang, ular naga, dan ada
fasilitas pelengkap seperti tempat makan dan tempat pertunjukkan. Biaya
masuknya sangat terjangkau, cukup dengan membayar parkir seharga Rp2.000 sahaja
(kalau ngga salah).
Next on, setelah
menikmati pemandangan dari atas Tebing Breksi, kami memacu motor kami lebih
naik lagi menuju Candi Ijo, sekitar 200 meter jaraknya. Dan tiket masuk ke
tempat ini adalah Rp5.000 saja.
Candi Ijo dibangun
pada abad ke-10 hingga 11, dan merupakan candi tertinggi di Yogyakarta. Dinamakan Candi Ijo (“Hijau”) karena dia dibangun
di atas bukit yang disebut Gumuk Ijo.
Dari atas sini, kita bisa melihat pemandangan alam Yogyakarta yang indah,
ditemani semilir angin berhembus. Tempat ini juga seringkali dijadikan lokasi
menikmati matahari terbenam.
Anw, hari
makin sore dan kami harus ngembaliin motor yang kami sewa. Sesampainya di
Keraton Ratu Boko, ngga lama kemudian shuttle
bus datang dan kami pun kembali ke Prambanan. Kami keliling Prambanan
(lagi, karna si @zira_93 ternyata belum sempet keliling), abis itu kita makan
cz we’re so so so starving, dan tiba saatnya kami berpisah.
Kaki ini rasanya udah ngga kuat lagi dipake jalan. Pegel anet.
Belum lagi ngegembol tas isi pakean, laptop, dsb. Akhirnya saya ngga
ngelanjutin ke Plaosan & Sojiwan (berhubung udah sore banget
juga). Jadi saya memutuskan untuk kembali ke kota dan cek in di penginapan.
Oiya, waktu itu saya nginep di Metro Guest House, di Jalan Prawirotaman 2 No. 71. Saya pesen via
AiryRooms, pas ada promo 50%, jadi saya total bayar Rp190.000-an untuk 2 malam.
Lumayan banget khan.
Sementara buat keliling di Yogya, saya sewa motor dari F-Rent, dengan total biaya Rp190.000
untuk 3 hari. Saya udah janjian ambil motornya di deket R.S. Bethesda (sepulang saya dari Prambanan), dan ternyata sore itu
turun hujan dueres banget ya Alloh. Saya sempet denger emang kalau di Yogya lagi
kena badai dan sempet banjir di beberapa tempat. Tapi saya teteup nekat aja
berangkat, berharap pas saya di sana cuaca akan bersahabat.
Saya akhirnya motoran dari R.S. Bethesda menuju penginapan.
Jaraknya ±5 km / 25 menit, kata gugel maps. Ngga terlalu jauh lah ya. Namun
ternyata, perjalanan itu... benar-benar... tidak mudah! It was a nightmare!
Hujan turun dueres banget, angin, badai, dan di beberapa titik
banjir parah! Sampai akhirnya macet. Sempet takut mesin mati kerana airnya
menggenang lumayan tinggi. Baju ini udah ngga karuan basah sampe dalem-dalem,
ditambah semburan-semburan air dari kendaraan yang lewat.
Sementara saya , yang berkendara sendirian, sangat sangat susah
untuk nyetir, sambil liat navigasi. Harus berhenti dulu, liat maps, baru jalan
lagi. Saya yakin jalan yang saya ambil udah bener. Tapi... kok ngga
nyampe-nyampe ya. Jalan yang saya lalui juga makin sepi, gelap, dan seyem. Udah
ngga enak nih feeling. Akhirnya saya melipir dulu di sebuah Indomarch dan
mengecek maps. Dan yang saya takutnya benar-benar terjadi.
Saya nyasar pemirsah! Di daerah Godean, mbuh iku nang ndi pokoknya jalurnya berlawanan dengan arah yang seharusnya saya tuju. Yha Alloh,
pengen nangys rasanya.
Saya akhirnya sampai di home stay sekitar pukul 21.00. Dari saya
berangkat sekitar Maghrib. Heft. Tapi alhamdulillah. Sampai dengan selamat,
meskipun basah kuyup dan remek kabeh.
Hari berikutnya, saya berencana ke Borobudur, Magelang. Motoran
pagi-pagi, it will be so fun! Dan
agar supaya kekinian, saya juga mau mengikutin jejak-jejak Rangga & Cinta
di AADC 2. Ceileh.
So stay
tune...
NaraHubung:
Rosalia Indah (Jember Pool)
Jl. Dharmawangsa No. 7, Jubung, Sukorambi, Kab. Jember, Jawa Timur 68151
Telp.: (0331) 712447, 081567898422
Website: www.rosalia-indah.co.id
Candi Prambanan
Bokoharjo, Prambanan, Kab. Sleman, Yogyakarta
Telp.: 024 8646 2345
Email: info@borobudurpark.co.id, marketing@borobudurpark.co.id
Website: borobudurpark.com
Keraton Ratu Boko
Bokoharjo, Prambanan, Kab. Sleman, Yogyakarta
Telp.: 024 8646 2345
Email: info@borobudurpark.co.id, marketing@borobudurpark.co.id
Website: borobudurpark.com
Taman Tebing Breksi
Groyokan, Blengkong, Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta
Candi Ijo
Bukit Ijo, Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta
FRent Jogja (Sewa Motor)
Jl. Mawar V No. 8, Baciro, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, DIY
Telp/WA: 087838938806
Website: www.frentjogja.com
Metro Guest House (Airy Mergangsan Prawirotaman Dua 71)
Jl. Prawirotaman 2 No. 71, Brontokusuman, Kota Yogyakarta, DIY
Telp.: (0274) 372364
Thanks-List:
@zira_93, for the short-but-fun companion
wikipedia.org, for the info,
YOU for reading this! :)
0 comments