Tambora Trip [Ep. 02, End]: Pos 3 - Puncak
Desember 10, 2017
Perjalanan kami mendaki Gunung
Tambora masih berlanjut. Di hari kedua ini, kami berencana untuk jalan
sampai Pos 3, dan keesokan harinya
ke Pos 4, Pos 5, dan summit attack!
So here where our
story continues...
Jum’at, 22 September 2017
Saya terbangun tatkala mendengar suara mas @ichyak_ sedang berbincang dengan porter kami di luar tenda. Ternyata langit sudah terang. Geng cewe juga udah pada bangun, jadi kami bertiga yang masih di dalam tenda ikut keluar.
Ah... segarnya
udara pagi Tambora...
Dan untuk membuat
mata kami melek sempurna, saya @yuanggafp & @dentajaya turun ke sungai kecil
di dekat tenda untuk menyegarkan diri. Dingin bingit airnya. Seger. Dan biar
ngga tercemar sama sabun/pasta gigi, kita cuci muka & sikat giginya
menjauhi air yha.
Sembari menunggu sarapan siap, kami (yang gabut) melakukan photosession dengan berbagai latar dan pose.
Kebetulan di sekita Pos 2 ini ada frame-frame
yang kece, ditambah berkas-berkas cahaya matahari pagi yang semakin menambah
keindahan.
Setelah sarapan, kami beres-beres tenda, logistik, dan packing buat ngelanjutin perjalanan.
Oiya, di tengah-tengah packing ini
kami sempat kedatangan tamu, yaitu 2 ekor musang, yang ternyata semalem juga
menyatroni kami (kata bang porter). Saya juga sempet denger suara kresek-kresek semalam, kirain babi utan,
untungnya “baru” musang.
Dan setelah semua siap, kami pun melanjutkan pendakian
menuju Pos 3.
Jalur pertama yang kami lalui, setelah menyeberangi sungai
kecil tadi, adalah tanjakan yang cukup terjal dan licin. Jadi harus ekstra
hati-hati, meskipun udah disediain pagar kayu buat pegangan.
Trek selanjutnya juga masih didominasi tanjakan-tanjakan dan
pepohonan yang makin rapat. Di beberapa titik ada pohon-pohon tumbang, dan juga
terowongan dari akar-akar pohon yang harus kami lalui. Sepertinya jalur Pos 2 menuju Pos 3 ini cukup panjang, sekitar 3 jam-an waktu tempuh versi kami.
Kami sempet istirahat agak lama, sambil makan jeruk. Dan
rasanya itu adalah jeruk paling manis, paling segar, paling satisfying yang
pernah saya rasakan, wkwk.. Efek
kelelahan mungkin ya.
Rehat sejenak
Dan kami pun sampai di Pos
3! Yey...
Pos 3 berada di
ketinggian ±1.600
mdpl, dan merupakan camping site
paling luas di antara pos-pos pendakian Tambora
lainnya. Di sini bisa muat 10-15 tenda kayanya. Sumber air juga tidak terlalu
jauh. Namun, harus tetap waspada, karena kabarnya di sini adalah konsentrasi serangan
si babi hutan.
Kami sampai di Pos 3
sekitar tengah hari, terus langsung pasang tenda. Kami memutuskan untuk
bermalam di sini sebelum summit attack
esok hari. Di sini kami ketemu sama “trio kwek-kwek” lagi, dan sepanjang hari
itu cuman kami sama mereka yang camping
di sini. Sempet ketemu pendaki asal Malaysia yang lagi perjalanan turun,
kemudian pendaki dari Surabaya yang memilih buat camping di Pos 5.
Anyway, dari siang
hari itu sampai malam kami ada di Pos 3
dan ngga ngerti mau ngapain, alias gabut. Kami cerita ngalor-ngidul, becanda, ngerecokin
tenda “trio kwek-kwek”, ngemil, dan yang tak ketinggalan tentu saja photosession dengan gaya aneh-aneh dan
tampak fake.
Tapi emang di Pos 3
ini pemandangannya kece sih. Di kejauhan, kita bisa melihat lembah-lembah kehijauan,
dan semakin indah dengan kabut-kabut yang sesekali datang dan pergi sesuka
hati~
Hm..
(courtesy of @yuanggafp)
Sebwa persahabatan
(courtesy of @ichyak_ @imesummits)
Sehabis makan malam, kami semua tidur lebih awal untuk summit attack keesokan hari...
Sabtu, 23 September
2017
Tengah malam, kami bangun dan packing barang-barang yang mau dibawa menuju puncak. Kami juga
beresin tenda dan ngerapihin tas-tas biar ngga diacak-acak sama babi hutan. Caranya,
digantung di atap shelter, jadi aman
dari jangkauan si babi.
Kami joined forces
sama “trio kwek-kwek” dan bersama-sama berjalan menuju puncak gemilang cahaya~
Tujuan pertama kami adalah Pos 4 dan trek menuju kesana lumayan terjal. Namun yang menjadi
sangat iconic di sekitar Pos 4 ini adalah adanya “ladang” tumbuhan
Jelatang
(Jancukan/Api-Api/Rengas). ((Ladang))
lho ya bahasanya, karena emang pohonnya banyak dan rapat-rapat seakan sengaja
ditanam dan dibudidayakan.
Jelatang (Toxicodendron radicans) adalah tanaman
semak yang memiliki daun ber-miang/bulu-bulu
halus yang bila terkena kulit dapat menyebabkan rasa gatal dan panas. Nah,
untuk mencegah terkena sengatan Jelatang
ini, ada baiknya kalau kita memakai pakaian yang proper, seperti jaket, sarung
tangan, celana panjang, dan gaiter.
Anyway, setelah
beristirahat sejenak di Pos 4
(ketinggian ±1.900
mdpl), kami lanjut jalan sampai Pos 5.
Trek dari Pos 4 ke Pos 5 ini merupakan trek paling pendek
kayanya ya, sekitar sejam-an lah. Tapi ya jalannya udah terjal aja terus.
Pos 5 berada di
ketinggian ±2.080
mdpl dan di sini ada area yang cukup luas untuk mendirikan beberapa tenda. Kami
ngelewatin tenda yang dibikin sama pendaki Surabaya, tapi tampaknya mereka
belum siap buat summit attack. Jadi
ya kami jalan duluan aja.
Selepas Pos 5,
trek ya makin nanjak-nanjak aja. Pepohonan mulai berkurang dan area mulai
terbuka dengan tanaman-tanaman perdu pendek dan rerumputan. Tapi yang spekta
adalah bila kita melihat ke atas...
Wow... langit
gelap bertabur bintang ditemani cahaya rembulan.
Kami berhenti sejenak untuk istirahat dan menikmati keindahan
ciptaan Tuhan ini. Kami padamkan semua headlamp,
lalu duduk dan menatap langit di atas sana. Ahh..
so serene..
Tapi makin lama kok dinginnya makin menjadi-jadi ya gaes. Saya sampai goler-goler di tanah biar ngga kena angin, tapi kok tetep merasuk hingga ke tulang. Akhirnya daripada hipotermia, kami pun melanjutkan perjalanan.
Bukit, demi bukit, demi bukit, demi bukit, kami lalui sampai
akhirnya jalur yang kami tapaki mulai berpasir. Itu tandanya kami sudah dekat
dengan bibir kawah dan puncak. Benar saja, ketika fajar mulai menyingsing, kami
bisa melihat garis batas puncak di atas sana.
I see it, I see it
Si @yuanggafp, @dentajaya, dan abang porter jalan cepet
banget dan udah di atas. Sementara saya, the girls, dan trio kwek-kwek ada di
belakang mereka. Saya sempet ngerecoking trio kwek-kwek yang lagi istirahat dan
nyicipin puding coklat yang mereka buat, hhe..
And finally, kami
sampai di atas! Yeey...
Tapi, tunggu bentar..
Yha Alloh..
Ternyata saya baru sampai di bibir kawah, sementara buat ke
puncaknya masih harus nanjak lagi satu bukit. God help me. Padahal dari bawah tadi ini bukitnya ngga kelihatan
lho... *menangys
I'm coming, I'm coming
(Front-Back: mba @shinta_sw, me, trio kwek-kwek, @qadzillah, mas @ichyak_)
(courtesy of @yuanggafp)
Akhirnya setelah kesenangan semu tadi, kali saya benar-benar
ada di puncak Gunung Tambora!
Wohoo...
Alhamdulillah, rasa syukur yang tidak terkira saya haturkan
kepada Tuhan YME karena telah diberi kesempatan (lagi) untuk berada di tempat
yang istimewa, seperti puncak itu.
Di sini, kita bisa menyaksikan pemandangan 360°
ke sekeliling Tambora. Selain
kaldera besarnya, kita bisa melihat Pulau
Satonda, Pulau Moyo, Gunung Rinjani, dan Gunung Agung. It was breathtaking.
Kami istirahat sejenak di puncak Tambora, sambil makan
perbekalan dan tentu saja mengabadikan gambar. Si trio kwek-kwek kayanya langsung turun setelah foto-foto bentar. Setelah kepergian mereka, puncak tersebut seakan jadi milik kami pribadi.
Sarapan doloe
(courtesy of @dentajaya)
Meet the squad
(courtesy of @dentajaya)
Memorial alm. Wakil Menteri ESDM, Widjajono Partowidagdo
yang meninggal pada 2012 saat mendaki Gn. Tambora
Setelah puas menikmati puncak, kami pun harus mengucapkan salam perpisahan dan kembali turun menuju basecamp.
Sampai jumpa, Tambora... :')
(courtesy of @dentajaya)
Di bibir kawah, kami berhenti sejenak untuk menikmati
pemandangannya. Kaldera Gunung Tambora memiliki diameter ±7
km dengan kedalaman ±1 km. Dari atas, kita bisa mendengar suara raungan atau
kayak suara air mendidih dari dasar kaldera. DI dalam sana pun kini terbentuk
anak Gunung Tambora yang diberi nama Doro Api Toi / Doro Afi Toi (dalam
bahasa Bima yang berarti “Gunung Api Kecil”). Apakah di masa depan ia akan
erupsi dahsyat seperti ibunya dulu? Who
knows..
Kami melanjutkan perjalanan turun sampai Pos 3, dan istirahat di sana sambil
makan siang. Hujan sempat turun sebentar, membuat jalan yang kami lalui menjadi
licin. Dan kelicinan inilah yang membuat saya kepeleset just before Pos 2!
Bu Sisca Suitomo demo masak makan siang
(courtesy of @qadzillah)
Yha Alloh, jatohnya pas banget ada tonjolan akar dan kena tulang ekor. Sakitnya bukan main sampe rasanya ngga bisa jalan. Belum lagi harus ngelewatin pohon-pohon tumbang, antara harus manjat lewat atas atau jalan nunduk di bawahnya. Encok dah.
But nothing can stop
me from going home!
Kami lanjut terus jalan, sampai akhirnya saya berada dalam
kondisi ketidaksingkronan antara otak dan kaki. Saya udah ngga bisa merasakan
betapa pegel dan sakitnya kaki, karena pikiran saya udah ada di rumah.
Kami sampai di pintu hutan sekitar Maghrib dan udah dijemput
sama abang-abang ojek yang anter kami. Kemudian penderitaan berlanjut saat kami
offroad-an lagi menuju basecamp. Yha
Alloh, apa kabar tulang ekor saya. Tapi alhamdulillah kami tiba kembali di
basecamp Pak Syaiful dengan keadaan sehat wal afiat. Kami nginep semalam di
sana dan keesokan harinya kami bareng-bareng ke bandara dan kembali ke rumah
masing-masing.
Sekali lagi, saya sangat-sangat bersyukur bisa melakukan
perjalanan ini. Terlebih ditemani rekan-rekan yang gila dan sungguh menghibur,
membuat pendakian ini makin seru. Dan seperti yang saya katakan di awal kalau
saya baru merasakan mendaki yang “bener-bener mendaki” ya pas di Tambora ini. Mungkin karena timing yang pas juga, jadi ngga banyak
orang yang naik dan kita bisa lebih khusyuk menikmati setiap jengkal
perjalanan. Can’t wait for the next
adventures!
Sekian cerita dari saya, semoga bermanfaat dan... terima
kasih~
Jadi, ada yang mau naik
ke Tambora juga? J
Previous Episode...
NaraHubung:
Pak Syaiful (Basecamp Tambora)
Desa Pancasila, Kec. Pekat, Kab. Dompu, NTB
Phone: 082340693138
Indonesian Matexpedition (Travel Planner & Organizer)
Phone: +6285708917924, +6282234862865
Email: indonesianmatexpdc@yahoo.com
IG: @imesummits, @imesummits.info
Website: http://imesummits.id
Thanks-List:
@imesummits for making this journey happened
@dentajaya, @yuanggafp. @ichyak_, @qadzillah, @shinta_sw for being such a fun travelmates
YOU, for reading this! :)
0 comments