Memburu Semeru [Ep. 02]: Menuju Kalimati
Mei 30, 2016
Hari Jumat 6 Mei, dini hari, kami masih melungker di dalam sleeping
bag masing-masing. Malam pertama di gunung itu sukses membuat saya tidak
bisa tidur nyenyak. Meski badan pegel semua, tapi nggak tau kenapa tetep ngga
bisa tidur. Mungkin gara-gara baru pertama kali camping, ditambah excitement
pengen cepet-cepet besok pagi (cieh), dan di’perparah’ dengan suhu dingin yang
bener-bener menusuk tulang! Padahal malamnya nggak terlalu dingin, tapi pas
menjelang pagi.. beuh... tembus sampe ke dalem-dalem. Mungkin gara-gara flysheet-nya nggak menutup sampe bawah
banget ya jadi kayak ada angin yang masuk nembus ke dalem tenda. Apalagi posisi
saya paling pinggir. Udah pake kaos kaki + sarung tangan, tetep aja mengigil.
Sekitar Shubuh, pendaki-pendaki lain di luar udah berisik
banget. Mungkin mereka lagi nungguin momen sunrise.
Sementara kami ... masih tertelungkup di dalem tenda. Semuanya. Anak-anak di tenda
lain juga belom pada bangun, hha... Sebenernya sayang juga ngelewatin sunrise yang katanya bagus banget di
RaKum itu, tapi apa daya, karena males kecapekan, kami akhirnya tetep
ngelanjutin istirahat.
Baru sekitar pukul 07.00, kami semua keluar tenda, kemudian
bersih-bersih ala kadarnya, terus masak sarapan. Ternyata suasana di luar asik
juga. Sambil stretching-strecthing
dikit, sambil berjemur juga biar nggak terlalu dingin. Dan baru di pagi itulah
saya bisa melihat dengan jelas Ranu Kumbolo seperti apa. Tempatnya memang
beneran bagus. Banget! Danau berair jernih, yang berkilauan diterpa sinar
matahari pagi, serta dikelilingi perbukitan yang hijau. Benar-benar menyejukkan
mata. Air di sini sangat dijaga kebersihannya. Kami dilarang keras buat cuci
piring, cuci muka, apalagi cuci baju, sikat gigi, buang air kecil, air besar,
dan mandi di danau. Caranya ya kita nampung air dulu, terus di bawa ke daratan,
baru deh dipakai nyuci/sikat gigi. Kalo mau BAB, di sana disediain toilet
darurat (kondisinya ya seadanya), dan kalo mau pipis ya tinggal cari
semak-semak terdekat dan tersembunyi.
Ranu Kumbolo pagi itu
Jepret doloe
Air di Ranu Kumbolo selalu dipelihara kelesatriannya karena
merupakan sumber air utama di area tersebut. Yang paling utama ya buat kita
minum sama masak. Nggak mau kan air yang kita minum kecampur sama jigong
apalagi urine orang lain, ewh... Di
danau ini juga, kita bisa sekalian refill
botol-botol minum kita buat ngelanjutin pendakian ke Kalimati (karena nggak ada
sumber air lain sampai sana), atau buat perjalanan turun kembali ke Ranu Pani.
Sarapan doloe
Sekitar pukul 09.00, saya sama anak-anak udah beres sarapan
dan mulai ngebongkarin tenda. Pendaki-pendaki lain juga udah mulai ngelanjutin
perjalanannya. Ada yang nerusin ke Kalimati, ada juga yang kembali ke Ranu
Pani. Yang bikin saya seneng sekaligus terharu juga (cieh) selama pendakian itu
adalah ... meskipun kita nggak kenal sama pendaki lain, kita semua itu rasanya
udah kayak saudara. Dari yang saling sapa pas ketemu di jalan, ngasih semangat,
sampai berbagi logistik. Tapi ya jangan juga minta-minta mulu, karena mereka
juga butuh, hehhe..
Akhirnya, setelah semua beres, kami melanjutkan perjalanan
menuju pit stop berikutnya, yaitu Kalimati.
Perjalanan kami diawali dengan melewati sebuah tanjakan yang
sangat terkenal, apalagi kalau bukan Tanjakan
Cinta. Tempat yang begitu termasyur dengan mitosnya, dimana kalau kita bisa
melaluinya tanpa menoleh ke belakang, cinta kita kan abadi selamanya. Cieh.
Tapi yah, mitos is mitos, saya sendiri nggak menanggapinya dengan serius
soalnya waktu itu tetep noleh ke belakang, wkwkwk.. Apalagi waktu itu ada
kejadian yang bikin heboh dan ngelus dada. Ada cowok yang lagi lari kenceng
banget turun dari tanjakan cinta, terus hilang keseimbangan, dia lempar semua
bawaannya, tapi tetep nggak bisa ngontrol badannya sampai akhirnya tersungkur
jatuh, muka duluan! Duh. Gimana nasibnya tuh anak. Sejak itu, saya jadi agak
parno mau lari kalo ada turunan. Makanya, kita kudu hati-hati yes.
Tanjakan Cinta
Lanjut, ternyata menaiki Tanjakan Cinta ini lumayan bikin
ngos-ngosan. Sempet beberapa kali berhenti buat ambil napas. Dan begitu sampai
di atas, kami langsung lempar pantat ke tanah. Kami minum-minum
dulu,nongki-nongki dulu, sambil menikmati mengamati ekspresi pendaki-pendaki
lain yang lagi ngap-ngapan. :D
Gaya dulu di puncak tanjakan cinta
Kami lalu melanjutkan perjalanan. Dan di balik Tanjakan
Cinta ini, kita akan bertemu dengan sebuah padang rumput yang luas nan indah,
dikenal dengan nama Oro-Oro Ombo.
Menuju Oro-Oro Ombo
Oro-Oro Ombo ini bentuknya kayak mangkuk atau cekungan gitu,
dikelilingin sama perbukitan, dan di tengahnya tumbuhlah berbagai macam
rerumputan dan bebungaan. Indah banget lah tempatnya. Spot yang bagus buat foto-foto.
Banyak orang juga yang metik bunga-bunga di sini buat kenang-kenangan. Katanya
sih emang boleh dipetik, karena tanaman-tanaman itu sifatnya parasit. Namanya Verbena (kalo ngga salah) dan sering
disalah sangka sebagai Lavender karena warnanya sama-sama ungu. Tapi kalo saya
sendiri sih emang males mau metik begituan, soalnya ntar bakal layu juga.
Cantiknya Oro-Oro Ombo
Anyway, puas poto-poto, kami ngelanjutin perjalanan sekitar
30 menitan menuju area berikutnya, yaitu Cemoro
Kandang. Di perbatasan antara Oro-Oro Ombo dan Cemoro Kandang, ada space
yang agak lapang buat kita istirahat. Dan waktu itu (atau emang tiap hari), ada
bapak-ibuk yang jualan cemilan dan minuman. Widih, keren juga ini bapak-ibuknya
menempuh perjalanan naik turun gunung buat jualan. Ckckckck, salut dah! Dan yah
maklum juga harganya jadi agak lebih tinggi. Saya sendiri beli dua potong
semangka harganya Rp5.000. Lumayanlah buat ganjel perut dan mendinginkan
kerongkongan.
Sign board Cemoro Kandang
(via infopendaki.com)
Setelah badan seger lagi, semangat poll lagi, saya dan
temen-temen kembali melanjutkan perjalanan. Menembus Cemoro Kandang. Dan
seperti namanya, tempat ini memang banyak ditumbuhi cemara. Kita jadi kayak
berjalan di tengah-tengah hutan di negeri dongeng. J Namun, dibalik kecantikan dan
pesonanya, ternyata trek di Cemoro Kandang ini lumayan berat lho kawan-kawan.
Isinya tanjakan semua kayaknya. Fyuh. Dan setelah sekitar 30 menitan menempuh
perjalanan yang cukup melelahkan, kita akan sampai ke salah pos peristirahatan
berikutnya, yaitu Jambangan, di
ketinggian ±3.200
mdpl.
Puncak Semeru yang tampak gagah dari pos Jambangan
(via panoramio.com)
Lumayan lama kami di sana, sampai hampir ketiduran. Kami
lalu ngelanjutin perjalanan menuju titik selanjutnya, yakni Kalimati. Jarak dari Jambangan ke
Kalimati sekitar 2 kilometer dan dapat ditempuh dalam waktu 30 menitan. Trek
menuju Kalimati juga nggak terlalu berat, malah didominasi sama turunan. Dan di
tengah asik jalan waktu itu, tiba-tiba turun hujan. Dan dari yang saya baca di
internet, kita jangan ngeremehin hujan sekecil apapun, karena bisa berujung ke
hipotermia kalau sampai kedinginan banget. So. saya langsung pakai jas hujan
(disposable sih waktu itu, jadi enteng). Beberapa menit kemudian, kami sampai
di Kalimati. Dan seperti pas di Ranu Kumbolo, di sana juga udah ruame banget
sama tenda-tenda pendaki lain, jadi kami agak kesulitan nyari tempat. Dan
setelah nemu space yang agak lega, meskipun nyelempit,
kami langsung bangun tenda dan masak makanan.
Pos Kalimati
(via infopendaki.com)
Kalimati berada di ketinggian ±2.700 mdpl, dan karena
tempatnya yang datar dan luas, lokasi ini dijadikan tempat favorit mendirikan
tenda. Tapi di sini, susah nyari air. Satu-satunya sumber air terdekat ada di
tempat namanya Sumbermani, yang jaraknya
sekitar 1 jam perjalanan pergi-pulang. Jadi, kalo ambil air, usahakan sekalian
ambil yang banyak soalnya nggak akan ada sumber air lagi selama perjalanan ke
depan (summit). Tapi waktu itu (atau mungkin emang tiap hari), ada yang jual
air dalam botol air mineral 1,5L. Sebotolnya dihargain Rp10.000. Lumayan ya,
tapi kalo yang nggak mau capek2 ambil air, ini bisa jadi alternatif.
Satu hal yang saya rasa agak rempong waktu di atas gunung
itu adalah buang air kecil & besar. Dari sekian banyak artikel yang saya
baca, ada sih cara-cara/tips-tips BAK & BAB di gunung. But, it turned out,
kayaknya banyak nggak dipake sama orang-orang di atas sana. Pas saya mau pipis,
di semak-semak yang tidak jauh dari tenda, saya menemukan buanyak buanget
sampah bekas BAB & BAK. Nggak cuman tissue basah bekas yang banyak sekali
bertebaran, tapi juga sama ... kotorannya! Hueks. Sumpah nggilani! Sampe segala umpatan dan sumpah serapah keluar dari mulut
saya. Saya nggak ngerti kenapa mereka nggak bisa gali lobang dulu kek, terus ditimbun
abis BAB, terus tissuenya dibuang di trash bag mereka sendiri. Nggak susah kan
ya? Bukannya mau sok bersih, tapi ya emang kita dilarang ngotor-ngotorin
gunung. Sekalipun well itu sampah organik. But still, itu adalah pemandangan
dan pengalaman yang amat sangat tidak menyenangkan! Please.
Anyway, sore menjelang malam itu, kami segera masak buat
makan malam dan siap-siap tidur. Rencananya, kami akan bangun pukul 22.00 dan
mulai berangkat summit attack. Jujur, waktu itu saya nggak bisa tidur gara-gara
galau, plus grogi, hehhe... Antara iya apa nggak mau ikut naik sampai ke
puncak. Terus terang, saya sama sekali nggak ada target buat perjalanan ini.
Dan saya juga udah bilang ke temen-temen se-tim kalo saya bakal jalan semampu
saya. Belum lagi di Kalimati waktu itu turun hujan, dan kata salah satu temen
saya, agak bahaya kalau kita tetep terusin naik karena bisa jadi di atas bakal
terjadi badai. Hwik, syerem. Terus tambah nervous lagi pas temen saya itu
cerita, kalo kita lagi summit attack, kemungkinan kita terpisah dari
kelompok/tim itu sangat besar, jadi masing-masing dari kita harus bawa logistik
yang paling nggak cukup buat konsumsi diri sendiri. Duh jadi tambah kepikiran,
wkwkwkk..
Tapi yah, sebagian diri saya mengatakan bahwa I have made it so far, too far maybe. Sayang banget kalau harus
mundur di sini. Dan tinggal dikit lagi saya bakal sampai di puncak Semeru.
Meski dengan segala halangan, rintangan, tantangan, dan cobaan yang akan saya
hadapi. (cieh) Juga dengan segala keterbatasan kemampuan fisik saya yang
sebenernya saya sendiri juga nggak nyangka bisa keep up sama tim sampe sejauh
ini. So yah, saya niatkan hati saja kalau nanti malam/besok pagi saya akan
mengerahkan semua kemampuan kaki dan seluruh badan ini dan mudah-mudahan bisa
sampai puncak. Amin. Saya pun berusaha memejamkan mata~
...Bersambung ke Episode 3
0 comments