Visit Rinjani [Ep. 02]: Backpacking ke Lombok, Leg 2

Agustus 28, 2016


Hari Minggu, 14 Agustus dini hari, saya berangkat dari rumah teman menuju Terminal Ubung. Rencananya, saya bakal naik bus ke Padang Bai. Kata temen saya sih, lebih gampang ke Padang Bai kalau kita pergi ke Terminal Batubulan. Tapi waktu itu saya coba stay dulu di Ubung siapa tau ada bus yang langsung ke Padang Bai.


Begitu di terminal, saya langsung di sambut bak selebritis oleh para calo. Hvff. Saya udah kadung sensi sama mereka, jadi saya tolak semua tawaran mereka. Saya langsung bergerak ke counter informasi terus tanya-tanya ke petugasnya tentang bus ke Padang Bai. Kata beliau sih ada, dan saya disuruh nunggu di ujung peron. Kalau nggak salah, saya emang sempet liat bus dengan tulisan Padang Bai di kaca depannya. Sembari nunggu, para calo masih aja ‘gangguin’ saya, tapi saya bersikeras untuk tidak menggunakan jasa mereka. Ya meskipun, kadang mereka membantu juga.

Terminal Ubung dini hari

Setelah sekian lama menunggu, nggak lewat-lewat juga bus ke Padang Bai. Sampai sekitar pukul 08.00 lebih, hujan rintik-rintik turun membasahi bumi, sementara saya belum beranjak meninggalkan tempat tersebut. I have to get out of that place! Kalau nggak segera berangkat, saya bisa nyampe malam di Lombok. Setelah bertanya kesana kemari, akhirnya saya nemu sebuah bus, bukan hanya menuju Padang Bai, tapi bus tersebut langsung menuju Mataram. Wew, sepertinya ini bus jurusan Surabaya-Mataram yang lagi transit di Bali. Saya ketemu juga sama kawan-kawan asal Lombok yang sepertinya juga lagi desperate nyari bus buat pulang. Si calo bus awalnya nawarin tiket seharga Rp220.000,00 sembari nunjukin ke kami daftar tarif bus (yang saya yakin itu bikin-bikin-an dia) di sebuah counter (yang kayaknya abal-abal juga). Untungnya saya bareng sama kawan-kawan itu dan bekerja sama buat nawar. Akhirnya, kami dapet harga Rp180.000,00, termasuk tiket ferry Bali-Lombok dan makan sekali. Hmm.. I still think that it was a good deal. Busnya juga lumayan nyaman, ber-AC, meskipun penumpang + barang-barangnya begitu padat merayap.

Our bus to Mataram

Perjalanan ke Padang Bai memakan waktu lumayan lama, sekitar 2-3 jam. Mungkin karena busnya jalan kek keong. Saya coba buat tidur, tapi perut ini keroncongan belum sarapan. Akhirnya saya ganjal dengan sisa bekal kripik jagung ber-MSG.

Sekitar tengah hari, kami tiba di Padang Bai. Kami masih harus ngantri lagi buat masuk ke kapal ferry. Alhamdulillah, sembari nunggu giliran, kami dibagikan jatah makan siang. Lumayan lah, buat mengisi kekosongan lambung. Kami makan di luar bus, nyari tempat yang teduh cuz it’s so freaking hot di pelabuhan itu. Mana mesin busnya dimatiin, otomatis AC-nya juga mati. Heft.
Sekitar pukul 13.00, barulah bus kami bisa masuk ke kapal. Dan perjalanan kami menuju Lombok ... dimulai! :)

Pelabuhan Padang Bai

Our ferry to Lombok

Ferry ke Lombok itu lumayan besar. Jauh lebih besar dari ferry ke Bali sebelumnya. Otomatis, penumpangnya juga jauh lebih banyak. Di lambungnya aja muat 2 bus, truk, beberapa mobil, dan puluhan motor. Fasilitas di atas kapal pun lebih lengkap dan nyaman. Space di dek depan dan belakang cukup lebar. Sementara di bagian dalam, ada ruang duduk ber-AC dan ber-TV. Sebelum berangkat, saya menyempatkan diri sholat di musholla yang juga tersedia di sana. Sempet awkward juga, karena saya salah menghadap kiblat. Waku itu, saya ikut-ikutan aja ada orang lagi sholat ngadep salah satu dinding, tanpa mikirin arah kapal menghadap. Sampai akhirnya, saya ngeh kalo saya sholat ngadep utara! Padahal udah jelas kapalnya menghadap ke timur (ke arah Lombok), jadi seharusnya saya sholat menghadap ke buritan kapal. Lol.

Off we go! :D

Seeya Bali

Anyway, beberapa menit kemudian, kapal kami pun mengangkat sauh dan mulai bergerak meninggalkan daratan pulau Bali. Tak mau ketinggalan momen, saya langsung berdiri di ujung depan kapal. Berpegangan pagar besi kapal, lalu loncat! Haha, just kiding. It was so exciting tho. Melihat birunya laut yang berkilau terkena pantulan matahari di atas kepala kita. Menyaksikan deburan ombak yang ditabrak lambung kapal. Sesekali tampak burung camar ... tinggi melayang bersahutan di balik awan~ I felt like the Titanic’s Jack Dawson, minus Rose deWitt Bukater, and the handsome face. Lol.

My heart will go on~

Perjalanan menyeberangi selat Lombok memakan waktu sekitar 4-5 jam. It’s a long ride. Setelah beberapa lama menikmati pemandangan di depan kapal, saya mutusin buat istirahat di dalam ruang duduk dan mencoba memejamkan mata. Susah juga mau tidur. Meski kursinya nyaman dan berpendingin ruangan, badan kapal yang bergoyang-goyang kadang bikin pusing dan mual. Tapi saya sempet terlelap beberapa saat.

Blue everywhere

Sekitar pukul 17.00, kapal kami pun hampir sampai di Pelabuhan Lembar, Lombok. Pas saya jalan ke depan kapal, ternyata orang-orang sudah berdiri berjejeran. Nggak heran, pemandangan sore itu juga indah. Matahari udah nggak terlalu panas, dan di depan sana mulai terlihat daratan Pulau Lombok. Sayang, kami nggak sampai menyaksikan pemandangan sunset dari atas kapal.

We were approaching Lembar Harbour

Hey, we met again. "We Love INDONESIA" :D

Segera setelah kapal bersandar, kami semua kembali ke kendaraan masing-masing. Ah ... itu adalah kali pertama saya mengunjungi Lombok. :) Di pelabuhan saja, pemandangannya udah indah, dengan latar perbukitan hijau. Bus yang saya tumpangi sempet parkir beberapa saat, soalnya ada penumpang yang masih ketinggalan di kapal. Setelah semua lengkap, barulah kami berangkat. Saya janjian sama temen awalnya di Terminal Mandalika. Namun, karena dia (dan bapak-bapak di bus) bilang kalo di dalem terminal banyak ‘preman’ yang minta-mintain duit, akhirnya saya disaranin buat turun di Bunderan Gerung, di dekat Patung Sapi.

Pelabuhan Lembar, Lombok

First impression, Lombok is a nice little island. Masih banyak ruang terbuka dan pembangunan di sana-sini. Dan yang paling membuat saya kagum adalah di sana banyak sekali masjid, yang hampir semuanya dibangun megah dan indah. Kebetulan juga, beberapa waktu lalu, Lombok menjadi tuan rumah acara MTQ Nasional ke-26, jadi masih banyak baliho-baliho tentang acara tersebut.

Sekitar Maghrib, temen saya akhirnya datang ngejemput, dan saya pun rehat sejenak di kosannya di daerah Ampenan. Baru sekitar pukul 22.30, saya berangkat ke meeting point tim BebasPergi di deket Terminal Mandalika. Sepanjang jalan, saya menikmati pemandangan kota Mataram di malam hari. Masih banyak muda-mudi yang hang out di pusat keramaian kota, seperti alun-alun. Saya juga sempet melewati Islamic Center, venue utama MTQ Nasional 2016. It’s a beautiful place. Sayang cuman bisa liat dari kejauhan. Suatu saat, harus berkunjung ke sana.

Sesampainya di meeting point, setelah menunggu beberapa saat, saya akhirnya ketemuan sama mas Aweng dari BebasPergi, sang koordinator open trip kala itu. Kami pun langsung bergerak menuju bandara buat ngejemput temen-temen peserta trip yang lain. Ada mas Achmad (Memet) dari Jakarta, mas Agung & Hendri dari Makassar, mas Ayub dari Malang, & mas Iqbal dari Banjarmasin. Kami semua lalu bergerak ke basecamp buat istirahat dan bersiap buat perjalanan menuju Rinjani esok hari. :)

You Might Also Like

0 comments

Diberdayakan oleh Blogger.