Visit Rinjani [Ep. 01]: Backpacking ke Lombok, Leg 1
Agustus 28, 2016
It’s been quite a long
time sejak terakhir kali saya posting di sini. Belakangan, saya seperti
kehabisan waktu, dan energi, buat ngapa-ngapain. Mostly karena saya harus beradaptasi dengan posisi baru di kantor. Ya,
untuk ke-sekian kalinya, saya dipndah lagi ke seksi lain dan kali ini saya
harus menempati kursi di front-office.
Dan, itu artinya saya harus selalu ada di tempat, melayani semua orang yang
dateng ke kantor, always put on the
smiley face, dan saya pun harus kehilangan privilege “bersantai” di back
office. Pokoknya, bener-bener berasa “kerja”nya. Tapi sebenernya, yang paling
berat buat saya ketika di front-office
adalah karena saya harus ... behave alias
menjaga sikap. Thats hard, cuz Im kinda
crazy boy. Lol. Saya jadi ngga bebas becanda, teriak-teriak, ngemil,
apalagi dengerin musik. That sucks tho.
Tapi yah, mau gimana lagi. Sudah namanya juga perintah atasan tugas
negara. Dilakoni saja.
Being so bored at work,
saya rasa bulan ini adalah kesempatan bagus buat ambil libur! Jatah cuti saya
kebetulan masih penuh. Belum pernah dipake sama sekali (di luar cuti bersama
ya). Sebenernya pas hari Raya kemarin udah mau diambil, tapi ditolak karena
alasan yang tidak cukup jelas that Im so
pissed off. Maka dari itu, mumpung ada libur 17 Agustus, hari Rabu lalu,
saya akhirnya ngajuin cuti selama 4 hari (tanggal 15-19). Jadinya, saya dapet
libur total 8 hari! Yeay!
Dan untuk memanfaatkan kesempatan yang ‘langka’ ini, saya
ingin mengisinya dengan sesuatu yang spesial. Sebuah perjalanan yang tidak akan
pernah saya lupakan seumur hidup. And I
decided to go to ...
RINJANI! :D
Yup, sejak perjalanan saya ke Semeru lalu, honestly, I kinda miss the feeling and
experience of hiking. Saya pingin merasakan kembali pengalaman pergi ke
tempat yang sepi, sunyi, jauh dari hiruk pikuk perkotaan, sambil menikmati
pemandangan indah yang disuguhkan oleh ketinggian. Dan saya pernah baca di
internet, kalau Rinjani ini dinobatkan sebagai salah satu gunung dengan trek
terindah se-Asia Tenggara. Hmm.. That’s
really excite me. Penasaran ingin melihatnya dengan mata kepala sendiri. Jadilah
akhirnya, saya melakukan riset (dari bulan Juli) buat merencanakan perjalanan
ini.
Kalo boleh jujur, dalam bepergian, saya lebih suka mengatur
semuanya sendiri. You know, like,
milih tempat tujuan, nyari tempat nginep, riset transportasi, dsb. Menurut saya,
itu lebih seru dan lebih dapet gregetnya, sekaligus bisa lebih mengasah kemampuan
management kita. Tapi kalau perginya
ke tempat-tempat yang lumayan ‘ekstrim’, kayak ke gunung ini, ditambah saya lagi
ngga ada temen buat diajak kesana, saya rasa pilihan buat ikut open trip adalah pilihan terbaik. Dan
setelah surfing-surfing di dunia
maya, saya nemu open trip ke Rinjani yang
cukup terjangkau, and it
was held by team BebasPergi. So there was I, join forces with them. :)
Meeting point open
trip kita waktu itu di Bandara
Internasional Lombok (BIL) hari
Senin, 15 Agustus, sekitar pukul 21.00-an malam. Jadi saya punya waktu 2 hari
(Sabtu-Minggu) sebelum hari H. Dan untuk membuat perjalanan ini makin terjangkau
seru, saya memutuskan pergi ke Lombok dengan cara ngecer alias ngeteng
alias gonta-ganti kendaraan umum, atau biar lebih keren kita bilangnya backpacker-an. Hehhe. :P
Tujuan utama saya, harus nyampe Lombok paling lambat hari Senin
pagi. Dan dari hasil riset di internet, rute termudah menuju kesana adalah (starts form my hometown): Leces—Banyuwangi (Ketapang)—Bali (Gilimanuk-Denpasar-Padang Bai)—Lombok. Hmm, I’m
so excited with this journey. Petualangan saya pun dimulai (bahkan sebelum
pendakian Rinjani-nya mulai) :D
Untuk leg pertama, saya harus pergi menuju Banyuwangi, dan
pilihan termudah dan tercepat adalah naik kereta. Jadi saya booked tiket Kereta Probowangi berangkat dari Stasiun Leces pukul 07.00 pagi dan dijadwalkan tiba di Stasiun Banyuwangi Baru pukul 11.45.
Harga tiketnya Rp27.000,00. Murah kan. Tapi saya hampir ketinggalan kereta ini
gara-gara pas Sabtu pagi, saya bangun kesiangan, terus masih harus ngerapihin packing-an, udah gitu masih nyari sarung
tangan saya yang hilang dan akhirnya ngga ketemu juga, sampai akhirnya pukul
06.30 saya baru pamit sama mama dan keluar rumah. Tanpa sarapan sedikitpun.
Hiks. Tapi syukurlah, saya sampai di stasiun sesaat sebelum kereta datang.
Fyuh.
Dan berangkatlah saya menuju ... Banyuwangi! :D
Stasiun Leces
Kereta melaju dengan kencangnya. Semua ke-hectic-an sebelum berangkat tadi, ditambah
suasana gerbong yang dingin dan sunyi, membuat rasa kantuk begitu cepat menghampiri
saya. Waktu itu, saya sebelahan sama ibu-ibu yang udah lumayan sepuh dan anak
laki-lakinya. Sepanjang jalan, mereka berdua kelihatan lagi ngobrol masalah serius.
Kadang ngotot-ngototan juga. Saya jadi ngga enak mau ngajak ngobrol, dan akhirnya
saya tinggal tidur aja dah.
Tepat pukul 11.45, kereta Probowangi berhenti di Stasiun
terakhirnya, Stasiun Banyuwangi Baru. Dari stasiun ini, ternyata deket banget kalau
mau ke Pelabuhan Ketapang. Cukup
jalan keluar/ke arah jalan raya, terus ambil kanan. Pelabuhannya sekitar 200-an
meter dari sana. Nah, dari sana ada dua pilihan: kita bisa ke pelabuhan, beli
tiket kapal ferry, lalu pas sampai di
Gilimanuk kita cari bus atau
langsung naik bus dari Ketapang menuju Denpasar. Saya waktu itu milih langsung
naik bus dari Ketapang, dengan pertimbangan saya males mau cari-cari bus lagi di
Gilimanuk. Akhirnya, saya ikut bus Sandy Putra (dari Surabaya) dan mereka narik
tarif Rp50.000,00 ke Denpasar.
Stasiun Banyuwangi Baru
(via youtube.com)
Hmm.. Sebenernya saya agak ngerasa dibodohin ya waktu itu,
wkwk.. I mean, kayaknya dari Ketapang
ke Denpasar jaraknya nggak jauh-jauh banget. Tapi, entah mungkin karena sudah
lelah, kelaparan, dan kehilangan fokus, saya iya-in aja tarifnya. (But later I know, kata temen saya harga
segitu masih wajar sih, soalnya dia pernah naik bus dari Jember ke Denpasar
kenanya Rp100.000,00. But I personally
think, kita masih bisa nawar mungkin jadi Rp30.000-an).
Well, let’s forget
about that. Setelah nunggu ngetem
beberapa lama, akhirnya kami bergerak memasuki pelabuhan dan menuju kapal. I have to say, ternyata Pelabuhan Ketapang
kondisinya cukup terawat. Cukup bersih dan tertata rapi. Awalnya saya kira
pelabuhan itu bakalan kotor, banyak sampah, beraroma amis, jenazah ikan
bergelimpangan, dsb. Tapi ternyata saya salah. So yes, I am impressed with the harbour! :) Secara banyak turis asing
juga yang nyebrang ke Bali kan, jadi kudu bener-bener dijaga lah ya.
(via indonesiaferry.co.id)
Pelabuhan Ketapang
Di atas ferry, I was so excited! Begitu keluar dari
bus, saya langsung keliling kapal, naik-turun ke setiap lantai dek. I was enjoying the ride. Sudah sangat
lama sejak terakhir kali saya naik kapal. Kalo nggak salah, pertama (dan
terakhir) kali naik ferry itu pas
liburan akhir tahun jaman SMP. Itu kita se-sekolahan rekreasi ke Bali juga,
wkwkwk.. Jadi yah, seneng lah bisa mengulang kembali pengalaman itu. Cuman
sayang, saya nggak bisa share
perjalanan itu bareng temen-temen saya. Hiks. Gitulah sedihnya solo-traveling. I wish my friends were there but, agak
susah juga belakangan ini mau ngumpulin anak-anak. Semua udah pada kerja di
tempat yang beda-beda. So, yah... semoga suatu saat kita bisa jalan-jalan
bareng lagi :’)
Seeya Jawa
Perjalanan menyeberang ke Bali memakan waktu sekitar 45
menit. Nggak lama. Tapi saya bener-bener menikmatinya. It was refreshing. Memandang laut biru, menikmati hembusan angin,
sambil mengemil beberapa keping keripik singkok ber-MSG. And it was the only food that I ate that day. Pfft.. :P
Our ferry to Bali
The view
"We Love INDONESIA" :)
We're approaching Gilimanuk, Bali
Kapal kami pun lalu bersandar di Pelabuhan Gilimanuk. Dan akhirnya, saya menginjakkan kaki lagi di ...
Bali! :D Para penumpang kembali ke kendaraan masing-masing. Begitu sampai di
pelabuhan, kami semua disuruh turun karena bakal ada pengecekan kartu identitas
(KTP). Saya sempet liat ada beberapa orang yang digiring petugas karena
kedapatan nggak bawa KTP, and I didnt
know what happened to them. Setelah ngelewatin pengecekan, bus saya datang menjemput
dan kami pun melanjutkan perjalanan menuju Denpasar.
Pelabuhan Gilimanuk
It was really nice,
kembali mengunjungi Bali. Sepanjang perjalanan, kita dimanjakan dengan
pemandangan indah khas Bali. Pantai di kejauhan, hutan-hutan hijau nan lebat,
bentangan sawah-sawah dengan sistem Subak-nya yang mendunia, serta bangunan-bangunan
ber-arsitektur ke-Hindu-an yang ... Bali banget dah. That was a fun journey. Cukup lama juga perjalanan dari Gilimanuk
ke Denpasar. Entah berapa kali saya bangun-tidur-bangun-tidur.
Sampai akhirnya, hal yang tidak menyenangkan terjadi. Sekitar
pukul 17.00, si kondektur memberitahu kami kalau bus tersebut nggak akan berhenti
di Terminal Ubung, melainkan di Terminal Mengwi. What the f?! Padahal di awal mereka bilang turun di Ubung. Katanya di
Ubung banyak preman, jadinya mereka cuman berhenti sampai di Terminal Mengwi. Well, that sucks. Rencananya, begitu
sampai di Denpasar, saya mau nginep di tempat temen saya, baru besoknya lanjut
ke Lombok. Dan kita udah janjian di Ubung. -_-
Pas hampir deket Terminal Mengwi, penumpang yang mau ke
Ubung disuruh turun dan disuruh naik kayak mobil travel gitu yang bakal bawa
kita ke Ubung. And we had to pay an
additional Rp15.000,00. Hehh, that’s
so annoying! -_- Curiga deh si bus sama travel itu kongkalikong. Saya akhirnya sampai di Ubung sekitar Maghrib, dan
beberapa menit kemudian temen saya ngejemput. Saya numpang nginep semalam di
rumah dia, karena kalo saya langsung ke Padang Bai (tempat nyeberang ke
Lombok), saya bakal nyampe sana tengah malem and I didn’t wanna do that.
Sebenernya saya
pernah baca kalo ada bus dari Gilimanuk ke Padang Bai, tapi waktu itu kayaknya
sulit banget nyarinya, jadi opsi terbaik buat saya sepertinya pergi ke Denpasar
dulu.
...Bersambung ke Episode 2
2 comments
Ditunggu kelanjutannya, mas :)
BalasHapusiyaa, hehe.. ditunggu ya
Hapus