Sambangi Banyuwangi [Ep 02]: KA-Boom!
Desember 30, 2015
Kamis, 24 Desember 2015. Akhirnya, hari yang dinanti-nanti
datang juga! Pagi itu, saya udah siap-siap packing. Awalnya sempet kepikiran
mau bawa carrier—biar keliatan gawl n cool kayak anak-anak backpacker
gituh, tapi rasanya kok terlalu lebay, secara saya cuman pergi 2 hari dan ke
Banyuwangi pula, deket. Saya akhirnya mutusin buat bawa daypack yang biasa saya pake ke kantor.
Barang bawaan saya pun nggak banyak, cuman 3 lembar kaos
(sama yang dipake berangkat), 2 celana panjang (training & convertible pants, nggak bawa jeans
karena emang nggak suka pake jeans), 1 celana mini pendek, selembar kain
Bali buat selimyut biar nggak kedinginan, alat mandi, alat sholat, senter
(karena saya phobia gelap :P), jas
hujan (ponco), obat-obatan—terlebih pas mau berangkat tiba-tiba saya batuk, botol
minum, dan yang terpenting, dompet seisinya. Sama tambahan titipan tongsis
& masker dari Metty—yang H-1 tiba-tiba mutusin buat nggak ikut karena ada
gawe di tempat kerjanya. Hvft. Bukannya kesel, cuman sedikit kecewa aja.
Awalnya udah oke oke eh pas mau berangkat tiba-tiba batal. Yah life is a choice
anyway. And the show must go on.
Peron Stasiun Jember
Dan di liburan kali ini, saya udah berniat buat nggak bawa
smartfon/gadget +printilannya. Saya mau digital
detox! Lepas sejenak dari gangguan dunia kerja, dunia luar, dan dunia maya.
Saya bener-bener mau fokus menikmatin liburan kali ini. Untuk diri saya
sendiri. Tanpa perlu mikirin buat ‘pamer’ di socmed. Karena akhir-akhir ini,
dengan segala kesibukan duniawi yang ada, saya cukup kesulitan mencari
“me-time”. I want to reconnect myself with nature, with human, and with God.
Jadinya, saya tinggalkan ponsel pintar saya, dan cuman bawa dumbphone punya bokap yang hanya bisa
buat sms/telpon (Ini titah dari emak). Masalah foto, biarlah numpang di
hp/kamera anak-anak, hehe.
Rencana awal yang mau berangkat pukul 10.00, as usual, ngaret jadi pukul 11.00.
@rhecoo jemput saya ke rumah, terus kita jemput Jimmy & @friskadevimellan,
terus cuss ke Terminal Bayuangga, Probolinggo. Kita naik Bus Patas biar
cepet. Dan ketika bis berangkat, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 11.30.
Di situ saya mulai merasa ketar-ketirr. Perjalanan dari Probolinggo ke Jember
memakan waktu sekitar 3 jam. Jadi, kalau tidak ada aral melintang, kita bakal
nyampe terminal Jember pukul 14.30, dan kereta kami berangkat pukul 15.30. And for information terminal di Jember
itu letaknya lumayan jauh dari stasiun/pusat kota -___- Tapi yah kita pasrahkan
saja semuanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tiga jam pun berlalu (mostly
saya pake tidur) dan alhamdulillah perjalanan kami lancar, meski kadang busnya
jalan kayak keong. Kita sampai di Terminal
Tawang Alun, Jember sekitar
pukul 14.30. Di situ kami pun merasa was-was karena waktu kami buat ke stasiun
kurang dari satu jam! Normally, ada angkot yang ke arah kota seharga Rp5.000,00
dengan konsekuensi ngetem-nya lama.
Akhirnya kami mutusin buat naik taksi yang tanpa dinyana harganya Rp60.000,00
(nggak pake argo). Hvft. Agak mahal juga. Tapi yah, anggep aja ini DENDA dari
ke-ngaret-an kita berangkat dari Probolinggo. Alhamdulillah, kami nggak
terlambat sampai di stasiun. Kereta Pandanwangi sudah nongkrong cantik dan siap
untuk berangkat. Sebelum boarding,
karena kelaparan, kami beli pop mie
dulu (seharga Rp6.000,00) sekadar buat ganjel perut di kereta.
Terminal Tawang Alun, Jember
(via wikimapia.org)
Pukul 15.30 tepat kereta pun berangkat. Perjalanan kereta
kali ini sangat exciting buat saya. Karena meski sudah bertahun-tahun naik
kereta, baru pertama kali ini menempuh rute Jember-Banyuwangi. Sepanjang jalan,
kami disuguhi dengan pemandangan yang indah nan sejuk. Bukit-bukit hijau, sungai-sungai,
pohon-pohon tinggi, rumah-rumah penduduk dan berbagai aktivitas warga. Di satu
titik, kereta kami melintasi rel yang lumayan tinggi, di atas kali
lembah gitu. Dan yang menarik juga, di jalur menuju Banyuwangi ini kita akan
melewati 2 terowongan. Yang pertama agak pendek, yang kedua lumayan panjang.
Seru lah pokoknya. Dan tanpa terasa, sekitar Maghrib pukul 17.40, kami tlah tiba
di stasiun tujuan, Stasiun Karangasem.
Rute menuju Banyuwangi
(via banyuwangibagus.com & kaskus.co.id)
Stasiun Karangasem, Banyuwangi
(via detik.com)
Selalu menyenangkan menginjakkan kaki untuk pertama kalinya
di tempat baru. Tempat yang belum pernah dikunjungi. Kayak ada thrill/getaran-getaran yang bikin happy. Dan buat saya, thrill itulah yang bikin
nagih! Saya dan anak-anak pun melanjutkan langkah ke luar stasiun, dan kami
langsung di sambut oleh mas Meyhesa
Rahmat.
Homestaynya Mas Rahmat
(via travel.detik.com)
Mas Rahmat adalah pemilik homestay yang akan kami tinggali
selama liburan di Banyuwangi. Letaknya di dekat Staisiun Karangasem. And yu-kno-what harga penginapannya Rp0,- alias G-RA-TIS! Yep, kami nginep di tempat beliau tanpa dipungut biaya
sepeser pun. Saya dan beliau sudah kontek-kontekan sebelumnya. Saya dapet info
tentang homestay beliau setelah riset mendalam (ceilah) di internet. Awalnya,
saya udah nanya-nanya ke homestay-homestay lain dan rata-rata harganya
Rp70.000-an per malam. Dan ketika saya sudah pusing searching-searching, sambil
ngantuk, tiba-tiba muncullah nama Meyhesa Rahmat dengan homestay gratisnya di
salah satu situs/blog (lupa situsnya apa).
And here we are, nginep gratis di Banyuwangi! Hehe...
Rumah yang kami tempatin cukup nyaman. Ada empat kamar, dan
sekamar berdua. Di rumah itu, kami ketemu dengan tamu lain. Ada mas Imron asal
Semarang dan teman bulenya, Sandra Kiraite, asal Lithuania dan sedang ambil
scholarship di ISI, Solo. Saya sekamar sama mas Imron, @rhecoo sekamar sama
Jimmy, sementara @friskadevimellan sekamar sama Sandra. Setelah bersih-bersih,
kami berenam mutusin buat jalan-jalan ke Pantai
Boom yang jaraknya nggak jauh dari kota, sambil nanti ngopi-ngopi &
makan.
Pantai Boom, Banyuwangi
(via marketeers.com)
Selama di Banyuwangi, kami nyewa motor. Yang nyariin Mas
Rahmat juga. Satu motor dibanderol Rp75.000,00 per hari. Kami pakai 2 motor.
Dan baiknya lagi, Mas Rahmat nggak minta uang jaminan buat sewanya. Cuman salah
satu dari kami harus ninggal KTP aja. Akhirnya dipakailah KTP saya & Mella
(satu motor satu KTP). Dan sekitar pukul 21.00, kami, mas Imron, & Sandra
pun motoran menuju Pantai Boom.
Left to Right: Sandra, Mas Imron, @friskadevimellan, Saya, Jimmy, & @rhecoo
Hmm... saya langsung jatuh cinta dengan kota Banyuwangi.
Apalagi sama jalanannya! Jalan raya di sana itu muluuuus banget. Semulus paha
cherrybel. Dan lengang juga. Jadi ngerasa damai & tentram gitu, haha...
Sekitar 15-20 menitan kita sampai di Pantai Boom. Dan karena udah kelaperan
banget dari siang, saya sama anak-anak langsung pesen makan, sementara Mas
Imron & Sandra pesen kopi aja. Saya pesen salah satu makanan khas
Banyuwangi, yaitu Nasi Tempong—yang
ternyata adalah nasi, ayam goreng, dan lalapan rebus+sambel—seharga Rp13.000,00.
Sembari makan, kami pun ngobrol-ngobrol dan sekitar pukul 22.00 kami mutusin
buat balik ke homestay, karena besoknya kami akan melanjutkan perjalanan
masing-masing.
NaraHubung:
Mas Meyhesa Rahmat
Homestay depan Stasiun Karangasem
Telp/WA: 0819 1391 4231
BBM: 5379DB74
Thanks-List:
Mas Rahmat, for giving us a nice place to spend the night
YOU, for reading this! :)
0 comments