Sambangi Banyuwangi [Ep 03]: Looong Way to Green Bay

Desember 30, 2015

Yah namanya lagi liburan, mesti susah kalo mau tidur. Pengennya cepet-cepet besok pagi dan langsung ngelanjutin jalan-jalan. Malam itu pun demikian. Sepulang dari Pantai Boom, saya dan mas Imron—yang mana kita sekamar—juga nggak bisa tidur. Padalah udah lumayan malem, dan saya sendiri juga belum istirahat sama sekali sejak perjalanan dari Probolinggo. Jadinya ya saya & mas Imron ngobrol-ngobrol, sampai akhirnya pukul 00.30 mas Imron pamitan mau ngelanjutin perjalanannya. Dia sama Sandra mau ke Gunung Ijen Jumat pagi itu. Sementara saya sama anak-anak rencananya mau ke Teluk Ijo sama Pulau Merah. Dan sepeninggal mas Imron itulah baru saya bisa terlelap.

Adzan Shubuh lantas membangunkan saya. Istirahat selama 4 jam rasa-rasanya udah cukup. Saya & @friskadevimellan sholat Shubuh berjamaah di musholla deket homestay, sementara @rhecoo & Jimmy masih nyenyak di kasur, wkwkwk... Sekitar pukul 06.00, kami semua udah siap-siap berangkat. Udah mandi, udah dandan, udah ganteng. Dan agar bertenaga, kami sarapan dulu dengan dimasakin oleh ibuk yang punya rumah (saudaranya mas Rahmat). Lumayan, nggak usah beli keluar. Dengan mental anak kuliahan yang masih kental, pagi itu kami pesen nasi, mi goreng, sama telor ceplok + rempeyek dikasih ibuknya. Minumnya jahe anget. Semua itu cuman dihargai Rp10.000,00 aja. Kenyang, kami lantas pamitan ke si ibuk dan cuss berangkat. Green Bay & Red Island, HERE WE COME!



Sebelumnya, sebenernya saya udah searching-searching di internet, baca-baca blog orang, tentang rute menuju ke Teluk Ijo dan Pulau Merah (keduanya searah). Saya juga udah bikin catetan di notes kecil gitu (karena saya udah rencana nggak bawa smartphone), jalur-jalur mana menuju Teluk Ijo/Pulau Merah + rincian perkiraan biayanya. Tapi... notesnya ternyata ketinggalan di kantor. Hvft.

Kami pun memacu motor kami, dan baru aja nyampe di pertigaan pertama (deket Stasiun Karangasem), kami udah bingung mau jalan ke arah mana, kiri atau kanan. Kami coba pakai GPS tapi agak susah juga sinyalnya (+ bacanya). Satu-satunya hal yang saya inget adalah, saya pernah liat plang/papan tanda yang bertuliskan “Pulau Merah” di daerah Desa Jajag. DI sana ada pertigaan, dengan patung macan di tengahnya. Kebetulan saya punya saudara di daerah Jajag, cuman beda arah dengan Pulau Merah. Berbekal ingatan itulah. Kami akhirnya bertanya kesana kemari, ke siapapun yang ada di pinggir jalan, kemana arah menuju Desa Jajag. Toh penunjuk arah terbaik adalah penduduk lokal, kan?

Perjalanan menuju Jajag lumayan menyenangkan. Terlebih dengan jalanan kota Banyuwangi muluuus, membuat berkendara semakin nyaman. Pemandangan sekitar yang hijau asri juga menyejukkan mata. Pun jalanan pagi itu tidak terlalu ramai, jadi kita bisa wuz wuz bawa motornya. Saya pernah baca kalau perjalanan menuju Teluk Ijo ini memakan waktu 2 hingga 4 jam. Dan saya pikir, kita pasti bisa nyampe sana kurang dari 4 jam. Secara kami pakai motor, dan sang supirnya @rhecoo & Jimmy pun udah expert banget bawanya. Namun, ternyata, saya salah!

Sejaman lebih kita berkendara, dan setelah bertanya ke beberapa orang di pinggir jalan, kami ternyata baru sampai di pertigaan yang saya maksud. Dan terlihatlah—untuk pertama kalinya—papan jalan yang bertuliskan “Pulau Merah”. Alhamdulillah. Kami pun langsung mengikutin papan-papan jalan yang ada. Lumayan gampang kok arahnya. Dan untuk memastikan saja, kami kadang bertanya arah ke penduduk sekitar. Ada papan bertuliskan “Pulau Merah 30-an kilometer” wah berati udah deket lagi. Lamaa kami nyetir baru ada lagi papan “Pulau Merah 20-an kilometer”. Duh udah lama jalan ternyata nggak sampe sepuluh kilometer. Kami jalan lagi. Lamaaa, terus ada lagi “Pulau Merah sekian belas kilometer”. Wah asik. Tapi begitu lamanya kami jalan, kok nggak sampe-sampe juga. -_- Di tengah perjalanan kami akhirnya mutusin buat menepi dan membeli persediaan minum. Kami sempet nanya ke yang punya toko arah ke Teluk Ijo dan beliau bilang kalo Teluk Ijo itu masih jauuuuh banget. Paling nanti kami nyampe jam 11-an, katanya. What??? Dan ibuk itu bilang kalau jalan ke Teluk Ijo itu rusak banget, belum aspal-an. Hmm, masak sih ke Teluk Ijo selama dan se-rusak itu. Saya sempet nggak percaya. Dan masih dengan semangat yang berapi-api, kami melanjutkan perjalanan.

Sepanjang jalan menuju Teluk Ijo kami disuguhi dengan pemandangan yang amat indah. Di beberapa tempat malah sepertinya cocok dijadikan foto kalender. Ada latar gunung/bukit-bukit. Ada sawah hijau luas membentang. Ada sungai juga, meski berwarna coklat susu. Pokoknya membuat perjalanan kami jadi tidak terasa. Ress. Padahal kerasa banget. Lamaaa kami berkendara ternyata belum nyampe juga. Dan ternyata omongan ibuk penjaga toko tadi rupanya benar adanya. Sampai akhirnya tibalah kami di sebuah pertigaan dimana ada tulisan “Pulau Merah” ke arah kiri dan “Teluk Ijo” ke arah depan/lurus. Ah akhirnya, mungkin ini yang dinamakan: kita mau nyampe.

Jalan menuju Teluk Ijo juga sangat indah. Bhanget. Mungkin karena dia berada di dalam Taman Nasional (Meru Betiri) & PT Perkebunan, jadi tanaman-tanaman di sekitar lumayan terawat. Pokoknya bangus nget dah. Namun, kebahagiaan itu lantas sirna saat jalan aspal mulus yang kami lalui tiba-tiba... habis! Ya, aspal mulus tadi kini digantikan dengan jalan makadam alias berbatu-batu plus kubangan-kubangan air bekas hujan. Heft.

Kami sempet istirahat di sebuah lahan terbuka hijau dengan sapi/kerbau yang sedang asyik berjemur

Cukup lama kami melalui jalan berbatu itu. Pokoknya sampe tangan saya gemetaran pegang setir sepeda. Wkwkwk... Dan tanpa sangat terasa, kamipun sampai di Pantai Rajegwesi, salah satu pit stop sebelum menuju Teluk Ijo. Fyuh. Lumayan seger juga pemandangannya. Tapi kami nggak berlama-lama. Kami langsung tancap gas ke parkiran menuju Teluk Ijo, and it was another adventure! Parkirannya itu terletak agak di atas semacem bukit gitu. Dan jalanannya, ampun dah. Batu-batunya segede-gede gaban, dan motor saya sempet mati beberapa kali, wkwkwk... And here we are, di parkiran menuju Teluk Ijo. Parkirannya overviewing laut, jadi pemandangannya lumayan indah. Terlebih kalo nggak ada sampah bekas makanan & minuman pengunjung.

Sign board di deket parkiran

Dari parkiran ini, kita tinggal jalan kaki menuju Teluk Ijo. Lumayan juga, sekitar 1 kilometer-an lebih. Jalannya juga naik turun, menembus lebatnya hutan. Waktu itu jalannya lagi licin karena musim hujan, dan juga lagi banyak pengunjung (bertepatan dengan long weekend) jadi harus hati-hati. Lumayan bikin keringetan juga, mengingat saya sama anak-anak jarang olahraga juga. Dan udah lama banget sejak terakhir kali kita jalan kaki jauh, haha.. Dan akhirnya, kita pun sampai di salah satu pantai, dikenal dengan nama Pantai Batu (Stone Shore).

Hap hap

Seperti namanya, pantai ini nggak berisi pasir, tapi isinya batu-batu berbagai ukuran. Konon katanya, dulu pantai ini ya isinya pasir, tapi setelah ada bencana tsunami tahun 1994 yang menerjang pesisir selatan Banyuwangi, pantai ini jadi tertutupi dengan batu-batu yang terbawa dari dasar laut. It’s beautiful in its own way. Batu-batunya mulus dan warna-warni. Ada temen saya yang nyeletuk loh kok Teluk Ijo-nya kayak gini doang. Haha, Hey, ini kita belum sampai kawan, masih terus jalan lagi. :D

The Stone Shore

Dari Pantai Batu ini udah deket banget sebenernya, dan begitu kita melewatin celah di antara dua buah karang ...

Welcome to Green Bay!


Satu kata begitu saya sampai di Green Bay. W-O-W. Wow! Saya rasa itu adalah pantai paaaling indah yang pernah saya kunjungi sampai sekarang. Perjalanan kami yang begitu jauh dan lumayan berat benar-benar lunas terbayar!

Teluk Ijo—sesuai dengan namanya—memang berbentuk laut yang menjorok ke pantai. Jadinya bentuknya kayak huruf U. Dan dia seakan “dilindungi” oleh karang-karang besar di tepinya. Airnya bersih banget. Dan sesuai namanya juga, airnya gradasi warna biru-tosca-hjau. Cyantik nget. Saya sampai heran, kok bisa sih ada yang nemuin tempat seindah ini dibalik bukit dan hutan-hutan kayak gitu.

Tanpa banyak pikir lagi, saya langsung main air di sana! :D Kalau diinget-inget, udah lama juga nggak nyebur di pantai. Yah well, meskipun waktu itu nggak nyebur juga—secara saya nggak bisa renang sama sekali & ombaknya lumayan nakal—akhirnya cuman main basah-basahan aja di pinggir pantae. Tapi gitu aja udah bikin seneng. Banget. :) 

Tak lupa, kami pun mengabadikan momen dengan berfoto ria. Tapi waktu itu saya emang lagi nggak terlalu care sama foto-foto ya, hehe. Jadinya waktu anak-anak sibuk cari pose & background foto, saya tetep main di pantai sambil jaga tas. Saya emang bener-bener pengen menikmatin liburan waktu itu. For myself.


Some of the shots

Sekitar tengah hari, kami udah puas main dan berfoto di Green Bay dan kami memutuskan buat ngelanjutin perjalanan ke Pulau Merah. Sebenernya di Green Bay ini ada air terjunnya juga di ujung timur, tapi waktu kami kesana waktu itu airnya lagi kering jadi nggak jadi deh mau bilas badan di sana. Akhirnya, kami mutusin buat langsung ngelanjutin perjalanan.

...Bersambung ke Episode 4


Thanks-List:
Para penduduk baik hati, yang telah banyak membantu kami menemukan tempat ini
YOU, for reading this! :)   

You Might Also Like

0 comments

Diberdayakan oleh Blogger.