Berhubung tahun depan saya dapet tiket promo—tujuannya sih
domestik (ke Aceh) tapi gara-gara tiketnya mahal & kebetulan kakak
seperguruan saya @irish.kusuma dapet info promo AirAs*a cuma seharga
Rp500.000-an aja ke sana (biasanya 1,3-1,5 jutaan) via Kuala Lumpur,
Malaysia—akhirnya “terpaksalah” saya bikin paspor. Sebenernya ya ngga
terpaksa juga sih, karena cepat atau lambat kita semua pasti butuh paspor kan? Dan
kebetulan juga sekarang saya lagi kerja di Jember which is di sini ada
Kantor Imigrasi, jadi bisa lebih mudah bikin paspornya. :)
(via adaindonesia.com)
[RECAP] The Amazing Race Asia Season 5: Leg 8 (Singapore - Yogyakarta, Indonesia)
The Amazing Race Desember 05, 2016
The Amazing Race Asia
5 Leg 8 disiarkan premier pada tanggal 1 Desember 2016 lalu. Kelima tim
tersisa, terbang dari Singapore
kembali ke negara kita tercinta, Indonesia.
Dalam tahap ini, tim bersaing ketat satu sama lain. Tugas-tugas yang diberikan
pun semakin berat. Siapakah yang tersisih di babak ini? Here’s the recap!
[RECAP] The Amazing Race Asia Season 5: Leg 7 (Philippines - Singapore)
The Amazing Race Desember 03, 2016
Leg ketujuh The Amazing Race Asia 5 disiarkan pada 24
November 2016 lalu. Semakin mendekati akhir, persaingan antar peserta makin
ketat. Posisi pun dengan mudah berubah. Yang tadinya memimpin tiba-tiba jatuh
paling belakang, sementara yang awalnya di belakang tiba-tiba jadi juara. And here’s the recap for the seventh leg!
[RECAP] The Amazing Race Asia Season 5: Leg 6 (Vietnam - Philippines)
The Amazing Race November 28, 2016
Leg ke-enam dari perlombaan The Amazing Race Asia 5 disiarkan pada 17 November lalu. Sama
seperti leg sebelumnya, pemilihan tugas terbukti sangat mempengaruhi posisi
tim. Tim yang tadinya memimpin jauh di depan, terpaksa jatuh di posisi belakang
dan hampir tereliminasi gara-gara salah mengambil keputusan. Dan berikut, recap selengkapnya!
[RECAP] The Amazing Race Asia Season 5: Leg 5 (Thailand - Vietnam)
The Amazing Race November 27, 2016
Kompetisi The Amazing
Race Asia Season 5 telah sampailah pada pertengahan jalan. Leg ke-5 dari
total 10 leg. Episode ini disiarkan premier pada 10 November 2016 lalu. Di
babak ini, tantangan semakin sulit, semakin berat, semakin menguras fisik dan
mental, lebih dari babak sebelumnya. Kesalahan mengambil keputusan serta
memperhitungkan resiko, membuat posisi tim cepat berubah. Berikut, ulasan
selengkapnya!
[RECAP] The Amazing Race Asia Season 5: Leg 4 (Malaysia - Thailand)
The Amazing Race November 26, 2016
Keseruan The Amazing
Race Asia 5 berlanjut di Leg 4. Dan masih berusaha bertahan dengan menonton
video berkualitas abal-abal, kali ini saya mencoba untuk mengulas kejadian di
Leg ke-empat ini. Pada babak ini, tim-tim terdepan saling kejar-kejaran sangat
ketat untuk memperebutkan posisi pertama. So,
here’s the recap.
Memilih tas buat bepergian sama halnya kayak milih cewek.
Harus suka dulu, nyaman, dan mudah-mudahan bisa awet, cieh (padahal sendirinya jombles). Apalagi buat yang sering solo traveling, tas akan menjadi
pendamping setia selama perjalanan, menemani dalam kesepian, dan mungkin jadi
teman curhat juga. Dan kali ini, saya akan me-review soulmate perjalanan yang telah menemai saya selama kurang
lebih... setengah tahun kebelakang. It’s
DEUTER QUANTUM 60+10 SL.
[RECAP] The Amazing Race Asia Season 5: Leg 3 (West Java - Malaysia)
The Amazing Race November 19, 2016
Finally, ada juga
yang upload video TARA episode 3.
Meskipun bajakan di YouTube dan kualitasnya abal-abal paling nggak bisa
ditonton lah. Susahnya ini gara-gara ngga pake TV kabel jadi ngga update
nontonnya. DI luar sana pun para pemburu link download susahnya minta ampun ngubek-ngubek
seisi internet. Anyway, kali ini saya
akan me-recap TARA Season 5 episode 3, yang premiernya ditayangkan 27 Oktober
lalu (udah lama banget).
[RECAP] The Amazing Race Asia Season 5: Leg 2 (West Java - Jakarta - West Java)
The Amazing Race Oktober 29, 2016
Leg kedua The Amazing Race Asia Season 5 ditayangkan pada Kamis, 20 Oktober 2016 lalu. Babak ini masih mengambil tempat di Indonesia. Dan ternyata ada hal tak terduga yang terjadi di akhir leg ini! So, here’s the recap.
[RECAP] The Amazing Race Asia Season 5: Leg 1 (Jakarta - West Java)
The Amazing Race Oktober 27, 2016
Akhirnya, setelah mandeg
selama hampir 6 tahun, kompetisi traveling
favorit kita semua, The Amazing Race
Asia kembali lagi! Kini, di season kelima-nya, pihak penyelenggara
mengklaim bahwa season ini akan jauh lebih memacu adrenalin dari season-season
pendahulunya. Hadiah utamanya masih sama, yakni USD$ 100,000 (sekitar 1 Miliar Rupiah lebih). Allan Wu kembali didapuk menjadi host, dan kali ini, dia akan ditemani dengan co-host Tara Basro
(aktris film Indonesia). Episode pertama ditayangkan premier pada tanggal 13
Oktober 2016 lalu di channel AXN
(akan ditayangkan kembali di channel GlobalTV nanti). And here’s the recap for the 1st leg!
Sejak lama, bus sudah jadi moda transportasi umum yang
sering kita pakai buat bepergian. Saya sendiri sekarang rutin naik bus tiap
weekend buat pulang. Tapi kadang masih banyak juga temen-temen, khususnya cewe,
yang masih takut naik bus sendirian. Sebagian besar karena takutjadi korban
kejahatan-kejahatan yang mungkin terjadi, seperti copet, hipnotis, dsb. Ya, ada
benernya juga. Saya kalau lagi naik bus sendirian juga ngga berani tidur, kecuali
naik bus Patas. Dan alhamdulillah, sampai sekarang belum pernah (dan jangan
sampai) ngalamin kejahatan di bus. Belakangan, saya ketemu modus tipu-tipu baru
(atau mungkin saya yang baru tau) di atas bus. Dan kali ini, saya hampiir saja
jadi korban, karena settingannya
bener-bener meyakinkan.
(via tjuputography.com)
Visit Rinjani [Ep. 06, End]: A Very Very Long Walk, Plawangan Senaru - Rumah
gunung Agustus 29, 2016
Kamis, 18 Agustus. Dini hari di Segara Anak, suhu udara
bener-bener duingin banget. Kayaknya paling dingin selama saya ada di Rinjani.
Beberapa kali kebangun gara-gara ngga bisa tidur. Ngadep kanan, ngadep kiri,
sampe kepala dimasukin ke sleeping bag,
tetep aja dingin. Waktu itu kebetulan saya tidur paling pinggir dan rasanya
kayak ada angin yang nembus tenda, sampe ke dalem sleeping bag. Saya cuman berharap semoga pagi hari cepat datang.
Rabu, 17 Agustus, sekitar pukul 00.30 dini hari. Berbeda
dari Pos 3 sebelumnya, di Plawangan itu suhunya duingin banget. Saya sampe
susah mau tidur. Kami dibangunin sama abang-abang porter yang udah asik masak-masak
di luar tenda. Gile dah ini abang, dingin-dingin kayak gitu cuman pake kaos
sama jaket tipis doang. Saya aja udah pake baju rangkep-rangkep masih menggigil.
Kami lalu menyantap ‘sarapan’ nasi + mie goreng buatan abang porter. Setelah
perut terisi, kami lantas siap-siap buat berangkat. Hari itu, bertepatan dengan
Hari Kemerdekaan Indonesia, kami bertekad untuk berjuang mencapai titik
tertinggi Pulau Lombok, Puncak Gunung Rinjani. 3.726 mdpl!
Selasa, 16 Agustus, pagi hari. Saya terbangun dari tidur yang
lelap karena kebelet pipis. Begitu keluar tenda, udara pegunungan yang sejuk
langsung menyambut saya. Sejuk, tapi nggak terlalu dingin. Setelah
keliling-keliling sebentar, alhamdulillah, saya ketemu rerumputan yang cukup
tinggi dan aman untuk melepaskan ‘hasrat yang terpendam’. Tampak
pendaki-pendaki lain sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang
masak, rapih-rapih tenda, ada juga yang mulai berangkat jalan. Sekitar jam
08.00-09.00 saya sama anak-anak juga udah siap buat ngelanjutin perjalanan. Sarapan
udah, beberes tenda udah, semua printilan juga udah di-packing. Dan target kita hari itu adalah sampai ke Plawangan Sembalun!
Senin, 15 Agustus, pukul 02.00 dini hari. Kami masih asyik
ngobrol di basecamp, sambil minum teh
panas yang dibuatin mamak yang punya rumah. Rencananya kami berangkat pagi-pagi
(padahal udah pagi) ke Desa Sembalun,
salah satu “pintu masuk” pendakian Gunung Rinjani. Tapi itu cuman rencana ya...
((rencana)). Karena realisasinya, seperti yang udah bisa ditebak, akhirnya
molor juga. Pftt. Kami baru bangun sekitar jam 07.00, terus mandi, sarapan, rapihin
packingan, dan tetek bengek lainnya. Sampai
akhirnya kami baru bener-bener berangkat sekitar jam 09.00. Hhe
Hari Minggu, 14 Agustus dini hari, saya berangkat dari rumah
teman menuju Terminal Ubung. Rencananya, saya bakal naik bus ke Padang Bai. Kata temen saya sih, lebih
gampang ke Padang Bai kalau kita pergi ke Terminal Batubulan. Tapi waktu itu
saya coba stay dulu di Ubung siapa
tau ada bus yang langsung ke Padang Bai.
It’s been quite a long
time sejak terakhir kali saya posting di sini. Belakangan, saya seperti
kehabisan waktu, dan energi, buat ngapa-ngapain. Mostly karena saya harus beradaptasi dengan posisi baru di kantor. Ya,
untuk ke-sekian kalinya, saya dipndah lagi ke seksi lain dan kali ini saya
harus menempati kursi di front-office.
Dan, itu artinya saya harus selalu ada di tempat, melayani semua orang yang
dateng ke kantor, always put on the
smiley face, dan saya pun harus kehilangan privilege “bersantai” di back
office. Pokoknya, bener-bener berasa “kerja”nya. Tapi sebenernya, yang paling
berat buat saya ketika di front-office
adalah karena saya harus ... behave alias
menjaga sikap. Thats hard, cuz Im kinda
crazy boy. Lol. Saya jadi ngga bebas becanda, teriak-teriak, ngemil,
apalagi dengerin musik. That sucks tho.
Tapi yah, mau gimana lagi. Sudah namanya juga perintah atasan tugas
negara. Dilakoni saja.
Being so bored at work,
saya rasa bulan ini adalah kesempatan bagus buat ambil libur! Jatah cuti saya
kebetulan masih penuh. Belum pernah dipake sama sekali (di luar cuti bersama
ya). Sebenernya pas hari Raya kemarin udah mau diambil, tapi ditolak karena
alasan yang tidak cukup jelas that Im so
pissed off. Maka dari itu, mumpung ada libur 17 Agustus, hari Rabu lalu,
saya akhirnya ngajuin cuti selama 4 hari (tanggal 15-19). Jadinya, saya dapet
libur total 8 hari! Yeay!
Dan untuk memanfaatkan kesempatan yang ‘langka’ ini, saya
ingin mengisinya dengan sesuatu yang spesial. Sebuah perjalanan yang tidak akan
pernah saya lupakan seumur hidup. And I
decided to go to ...
RINJANI! :D
Ada kabar menggembirakan! Kini ada kemungkinan bahwa Anda dapat hidup selama yang Anda mau. Mendekati “abadi”. Namun, kabar buruknya, Anda harus berubah dulu menjadi seekor ... ubur-ubur~
(via oceans.wwf.ch)
Sesampainya di puncak, hal pertama yang saya lakukan tentu saja adalah ... bersyukur. Alhamdulillah. Setelah tujuh jam berjalan, mendaki, melalui segala halangan dan rintangan yang menguras tenaga dan mental (cieh) akhirnya saya sampai juga di puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Jum’at, 6 Mei, pukul 22.00. Saya terbangun dari tidur yang
tak lelap . Selain karena dingin yang begitu menusuk, suasana di luar ruame
banget sama suara pendaki-pendaki lain. Ada yang ngerumpi, teriak-teriak,
nyanyi-nyanyi, nyetel musik kenceng-kenceng (-_-) Ini orang-orang nggak pada
capek apa?
Puncak Semeru
(via tboeckel.de)
Hari Jumat 6 Mei, dini hari, kami masih melungker di dalam sleeping
bag masing-masing. Malam pertama di gunung itu sukses membuat saya tidak
bisa tidur nyenyak. Meski badan pegel semua, tapi nggak tau kenapa tetep ngga
bisa tidur. Mungkin gara-gara baru pertama kali camping, ditambah excitement
pengen cepet-cepet besok pagi (cieh), dan di’perparah’ dengan suhu dingin yang
bener-bener menusuk tulang! Padahal malamnya nggak terlalu dingin, tapi pas
menjelang pagi.. beuh... tembus sampe ke dalem-dalem. Mungkin gara-gara flysheet-nya nggak menutup sampe bawah
banget ya jadi kayak ada angin yang masuk nembus ke dalem tenda. Apalagi posisi
saya paling pinggir. Udah pake kaos kaki + sarung tangan, tetep aja mengigil.
Bulan Mei ini bisa dibilang bulan yang paling berkesan buat
saya. Kenapa? Karena saya mengawalinya dengan sebuah perjalanan yang tidak akan
pernah saya lupakan ... seumur hidup! Sebuah perjalanan yang penuh perjuangan
serta membawa banyak pelajaran. Sebuah perjalanan menuju tempat tertinggi di
Pulau Jawa. Tidak lain dan tidak bukan ... Gunung
Semeru!
Seperti yang kita tau, di minggu pertama bulan ini ada
beberapa hari libur yang saling berdampingan. Dan buat kita yang pegawai
kantoran, ini adalah kesempatan cuti yang paling ditunggu-tunggu. The most wanted cuti of the year! :D
Gimana enggak? Ada dua tanggal merah, tanggal 5 (Hari Kenaikan Yesus Kristus) dan tanggal 6 (Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad SAW) keduanya jatuh berdempetan di hari Kamis dan Jumat, sementara
mayoritas pegawai libur di hari Sabtu. Jadi kalau kita ambil cuti hari Senin
sampai Rabu (tanggal 2—4), fwalaa... kita
bakal bisa libur SEMINGGU! Tapi yah, saya akhirnya nggak ambil kesempatan cuti itu
karena temen-temen sekantor saya udah banyak yang ngajuin. Dan kalo
dipikir-pikir, menurut saya, libur long
weekend hari Kamis sampai Minggu udah lebih dari cukup. J
Saya sendiri nggak mau menyia-nyiakan libur panjang ini buat
berdiam diri di rumah. Saya pengen main ke tempat yang belum pernah saya
kunjungi. Dan kalau boleh jujur, salah satu resolusi saya tahun ini adalah ... saya
mau mendaki gunung! Tapi bukan mendaki kayak di Bromo atau Ijen (I’ve been there) yang mungkin ngga
terlalu banyak printilan persiapannya, pun medannya juga tidak terlalu sulit.
Saya pengennya mendaki sampai camping
gitu, tidur di atas gunung pake tenda, sambil masak-masak sendiri, pasti seru!
Nah, akhirnya saya cari-carilah temen yang mau diajakin naik, tapi temen yang
sekiranya udah punya pengalaman, jadi selain bisa jadi guide, bisa sekalian jadi ‘mentor’.
Setelah kesana-kemari mencari kawan, ternyata nggak ketemu
juga. Saya akhirnya coba buka-buka socmed
dan liat-liat open trip. Ada
beberapa, cuma ternyata lumayan mahal juga, pfft.. Sampai akhirnya (mungkin ini
petunjuk Tuhan) saya dapet broadcast BBM
dari salah satu temen saya kalau team @picnicasik ngadain pendakian bareng ke
Gunung Semeru, dengan share-cost yang
lumayan terjangkau. Wah ini kesempatan bagus! Saya pun langsung sign up buat join kegiatan itu.
Rencananya,
perjalanan kami berlangsung dari tanggal 5
sampai 8 Mei (4 hari). Dan sebagai
persiapan, saya udah baca buanyak banget artikel di internet. Mulai dari jalur
pendakian, peralatan yang dibutuhkan, sampai latihan-latihan yang harus
dilakukan. Karena selain mental, kondisi fisik yang prima juga sangat
dibutuhkan, terlebih buat saya yang amat sangat pemula ini. :D Tapi yah, karena
kemalasan kesibukan, saya akhirnya baru bisa latihan-latihan sekitar
seminggu sebelum hari-H. Itupun cuman jogging abal-abal keliling alun-alun
sepulang kerja.
Sementara untuk peralatan, saya bela-belain beli sepatu
gunung (untung lagi ada diskon di Cartenz
Jember :D), matras alumunium, sama sleeping
bag, terus pinjem trekking pole
& gaiter (pelindung kaki biar
nggak kemasukan pasir/lintah).
Satu hal yang mungkin jadi kendala juga buat saya adalah,
hari Rabu (tanggal 4) itu saya masih masuk kerja, di Jember, sementara semua
barang saya ada di rumah Probolinggo. Belum lagi semua peserta pendakian itu homebase-nya di Surabaya, dan mereka
berangkat dari sana ke Malang hari Rabu malam, dan mulai naik besok paginya.
Wew. Jadi, demi mengejar jadwal yang udah dibikin, pulang kerja hari Rabu itu (saya
sampai di Probolinggo sekitar pukul 20.00), saya langsung packing, terus langsung berangkat lagi ke Malang. Susah juga nyari
bus ke Malang, karena kebetulan lagi libur panjang. Saya baru bisa dapet bus
terakhir, menuju Malang sekitar pukul 00.30 dan sedihnya nggak dapet duduk
sampai Malang. -_-
Saya tiba di terminal Arjosari
sekitar pukul 03.00 dini hari. Kemudian langsung naik angkot ke Tumpang. Untung saya ketemu rombongan
pendaki lain, jadi bisa langsung berangkat angkotnya. Ongkos satu angkot
Rp120.000, bisa diisi 10-12 orang, jadi per-orang kena Rp10.000-Rp12.000.
Sekitar 40 menit-an, kami sampai di Tumpang.
Kami turun di rest area namanya de Forest. Saya lalu ketemuan dan
kenalan sama team @picnicasik. Dan sambil menunggu pagi, saya sempetin buat
tidur. Seharian belum merem sama sekali cuy. Pulang kerja langsung berangkat, mana
naik bus berdiri pula. Remek badan ini.
de Forest
(via malangtimes.com)
Sekitar pukul 06.00, kami siap berangkat menuju tujuan
pertama, yaitu desa Ranu Pani. Untuk
kesana, kita bisa nyewa jeep/hardtop/pickup. Saya pernah baca kalau kita bisa naik truk, tapi kayaknya
udah ngga ada lagi sekarang. Mungkin udah nggak boleh atau waktu saya kesana
emang lagi nggak ada. Saya dan temen-temen total sebelas orang, terus ketemu sama
seorang temen lagi yang mau nebeng ke Ranu Pani, jadi total ber-duabelas. Kami
nyewa hardtop kalau nggak salah waktu
itu Rp650.000.
Perjalanan ke Ranu Pani lumayan jauh, sekitar 1-2 jam.
Jalannya naik turun nan berkelok-kelok. Lumayan bikin pusing & mual. Namun,
kita benar-benar dimanjakan dengan pemandangan indah sepanjang jalan. Pepohonan
tinggi dan tanaman-tanaman hijau berbaris di tepi jalan. Bener-bener refreshing. Menjauh sejenak dari
penatnya kerjaan kantor dan riuhnya perkotaan. Di satu titik, kami sempat
disuguhi view luar biasa bagus, yaitu lembah sabana yang tertutup awan. That was so cool! Sayang nggak sempet
foto, hehe...
Sekitar pukul 07.00 lebih, kami sampai di Ranu Pani. Dan
suasana di sana ... ruammee poll! Penuh buanget sama orang-orang yang mau naik
ke Semeru. Semuanya tumplek-blek di
sana. Ini pasti gara-gara libur panjang. Kami langsung cari ruang kosong di
emperan toko buat istirahat, sambil sarapan. Pas beli sarapan juga ngantrinya
luar biasa panjang. Sampai kami udah nggak peduli mau makan apa, yang penting apa
aja yang udah jadi. Dan selesai makan, perwakilan dari grup kami ngantri buat
dapat briefing dari pihak pengelola,
terus bayar administrasi, dan registrasi buat dapet SIMAKSI (Surat Ijin Memasuki Kawasan Konservasi). Untuk kelengkapan
berkasnya, kita harus bawa Surat
Keterangan Sehat dari dokter (atau dari Puskesmas), fotokopi kartu
identitas (minimal 3 lembar), sama meterai.
Pos Perijinan
Itu kami ngantrinya ... sampai sore! Sampai ditinggal tidur,
sholat, pipis, terus tidur lagi. Dan yang lebih jadi cobaan, siang itu kami
diguyur hujan deres. Kami berteduh di kolong bangunan pos pendaftaran. Kami
juga sempet ngobrol sama pendaki lain (asal Jakarta) dan dia bilang kalo udah
ngantri dari sehari sebelumnya. What the
F?!
Menjelang sore, alhamdulillah hujan mulai reda. Dan
tampaknya, kami udah hampir dapet SIMAKSI. Jujur, makin menjelang berangkat,
saya makin deg-deg-an. Kepikiran, nanti saya bakal kuat apa nggak, takut jadi
penghambat/beban juga buat tim. Apalagi kami sempet ketemu sama pendaki yang
udah turun dari puncak. Wew. Mereka keliatan tangguh semua. Lah saya, pendaki
abal-abal, wkwkwk... Akhirnya, sekitar pukul 16.00, perijinan kami beres semua,
dan pendakian pun ... dimulai! Yeay!
Gerbang pendakian
(via panoramio.com)
Tujuan pertama kami hari itu adalah Ranu Kumbolo. Siapa sih yang nggak pernah denger tempat ini? Danau
yang sangat terkenal dengan pemandangan indahnya. Di sana, kita bisa bangun tenda buat
istirahat dan bermalam. Jarak dari Ranu Pani ke Ranu Kumbolo ±10,5
km dan kita akan melewati 4 pos.
Perjalanan menuju pos pertama lumayan bikin saya ngos-ngosan. Hahha.. Yah
maklumlah, baru pertama kali mendaki ‘beneran’. Sampai ada temen yang bilang,
kok baru pertama kali mendaki langsung nyobain trek gunung yang susah? :P Tapi
untunglah, ternyata saya bisa keep up
sama rekan-rekan se-tim yang lain. Di beberapa tempat yang agak lapang, kami istirahat
sebentar. Kondisi gunung yang ramai juga membuat kami harus bersabar karena
kadang jalannya macet (harus nunggu yang di depan), atau papasan sama pendaki
yang mau turun. Saya sih malah seneng kalo jalannya macet, soalnya bisa sekalian
curi-curi napas :P
Yang bikin saya heran, ternyata jalur pendakian Semeru ini
lumayan sempit juga. Banyak yang cuman kayak jalan setapak gitu, dan di
beberapa tempat bahkan agak susah buat papasan. Saya pikir karena tempat itu
udah terkenal, jalur pendakiannya bakal dibikin lebar atau gimana. Ternyata
enggak juga. Jadi bener-bener kayak kita nembus hutan belantara gitu. Belum
lagi, cuaca yang masih sering hujan-hujanan, bikin treknya becyek bin licyin.
Jalur menuju Pos 1 dan 2 didominasi sama tanjakan. Dan
semakin naik ketinggiannya, semakin sering kita ketemu sama jurang-jurang di
tepi jalan. Konon, karena bentuk bebatuan/tebing yang seperti disayat-sayat
ini, daerah tesebut dinamai Watu Rejeng.
Kita kudu ekstra hati-hati. Apalagi kalau jalannya licin, dan kita mendakinya
sore hari menjelang malam, kayak kami. Hati-hati juga sama batang dan akar
pohon yang malang melintang di hadapan kita. Nggak jarang saya kesandung atau
kepentok. Semakin malam tentunya akan jadi semakin dingin, semakin gelap, so
sarung tangan dan headlamp/senter
akan sangat esensial.
Sign board Watu Rejeng
(via panoramio.com)
Perjalanan itu bener-bener berkesan buat saya. Biasanya jam-jam
segitu saya lagi duduk santai di rumah, sambil nonton TV, atau malah udah melungker
di kasur. Sementara malam itu, saya masih berjalan, mendaki, di tengah hutan, kedinginan
kelelahan dan kelaparan (cieh). Tapi yang bikin seneng adalah ... saya bisa menyaksikan
bintang-bintang di langit yang tampak lebih besar dan lebih terang dari
biasanya. Mungkin karena kita lagi di ketinggian dan minimnya polusi udara di
sana.
Mendekati Ranu Kumbolo, kami lumayan banyak ketemu trek
mendatar dan turunan. kejauhan, keliatan
banyak kelap-kelip tenda di tepian danau. Udah mirip pasar malem aja saking
banyaknya. Dan ketika kami bener-bener nyampe sana, ampun dah, itu tempat udah
full buanget sama tenda. Kami sampai bingung mau bangun tenda dimana. Tapi
alhamdulillah, setelah keliling sedikit, kami nemu space di pinggiran danau yang cukup buat didirikan 3 tenda.
Ranu Kumbolo malam hari
(via travel.detik.com)
Kami langsung mendirikan tempat berlindung kami. Dan itu
adalah kali pertama saya belajar bikin tenda. Dari masukin frame, menali-temali, pasang pasak, sampai pasang flysheet-nya. Saya juga pertama kali
nyobain masak pakai kompor portable
yang pakai gas, sama pakai nesting.
Ternyata lumayan butuh keterampilan ya semua ini. :D Malam itu kami makan
seadanya. Nasi, mie, telor, terasa sangat lezat kalo lagi kelaparan. Dan
sebelum bobok, saya sempetin ganti pakaian yang kering soalnya yang dipakai
jalan tadi udah basah kena keringet, jadinya dingin banget. Selesai makan, kami
semua langsung merangsek ke dalam tenda, menelusup dalam sleeping bag, dan ... bobok cyantik.
Minggu, 24 April, hari kedua sekaligus hari terakhir kami ICV. Kegiatan kami pagi itu diawali dengan senam yang dipimpin oleh bapak-bapak dari EO. Kemudian dilanjut dengan permainan-permainan untuk menguji kekompakan, yang mana sebagian besar sudah pernah saya mainkan. Permainan paling seru menurut saya mungkin permainan “Kata Simon” or “Simon Says”, dimana konsentrasi kita bener-bener diuji. Di sini kita harus melakukan setiap perintah yang diawali dengan “Kata Simon” , dan tidak melakukan perintah yang tidak didahului dengan “Kata Simon”. Sayang, saya tereliminasi di tengah-tengah. Padahal game ini ada hadiahnya, dengan jumlah yang lumayan, Rp50.000 masing-masing buat 4 orang terakhir yang bertahan. Yah bukan rejeki berati.
Hari Sabtu, 23 April lalu, kantor saya ngadain acara namanya
ICV atau Internal Corporate Value
(kalo nggak salah). Acara ini semacam liburan gitu yang diikutin oleh semua
pegawai sekantor, dengan tujuan utamanya adalah untuk menambah keakraban,
mempererat tali persaudaraan yang nantinya diharapkan dapat menambah
kesinergisan kami dalam bekerja (uopoo iki). Tujuan ICV kami tahun ini adalah
ke ... Malang. The most common holiday
destination in East Java. Pfft.
Minggu, 27 Maret, adalah hari terakhir saya di Makassar.
Saya nggak ada rencana buat ke tempat wisata yang terlalu jauh. Pengennya
muter-muter di sekitaran kota aja. Selain karena udah kecapekan setelah dua
hari sebelumnya hedon terus sampai tengah malam, hari itu saya juga terbentur
dengan jadwal keberangkatan pesawat saya—yang dijadwalkan take off pukul 20.00.
Alhasil, saya mutusin buat jalan-jalan aja keliling kota Makassar.
Makassar City
(via kabargue.com)
Sabtu, 26 Maret, saya baru bangun tidur sekitar pukul 08.00
pagi, pasca kelelahan yang melanda sehari sebelumnya. Hari itu saya berencana
untuk mengunjungi salah satu destinasi wisata yang terkenal di Sulawesi
Selatan, yaitu Taman Nasional
Bantimurung. Sayang, waktu itu @denny_harrani masih masuk kerja, jadi saya
terpaksa berangkat sendiri. Tapi untungnya, sebelum berangkat ke Makassar, saya
sempet riset dulu tentang transportasi menuju tempat tersebut.
(via uniqpost.com)
Perjalanan saya kali ini memang berawal dari sebuah P-H-P,
alias Pemberian Harapan Palsyu. Karena sebetulnya yang bikin rencana bukan
saya, tapi temen saya. Namun karena satu dan lain hal mereka nggak jadi
berangkat. Malah akhirnya saya yang berangkat ... sendirian.
(via indonesianholic.com)
Senin, 7 Maret, atau H-1 penutupan DTSD kami masih masuk seperti biasa. Masih ada apel pagi juga. Cuman yang beda hari itu, kami nggak ada pelajaran. Well, sebagian dari kami sih, soalnya ada beberapa kelas yang harus nyusul/nambah mata pelajaran karna dosennya sempet nggak masuk. Sementara kelas-kelas lain yang tanggungan materinya udah kelar (termasuk kelas saya) hari itu disuguhin dengan ... ceramah. Full. Seharian.
Alhamdulillah sekarang bisa lanjut nulis lagi setelah beberapa
hari lalu laptop saya harus nginep di rumah om tukang servis. Ternyata LCD-nya
rusak dan harus diganti sama LCD baru dengan total biaya perbaikan sebesar
Rp750.000,00 (T-T)~ Padahal sebelumnya nggak ada gejala apa-apa. Kejadiannya
begitu cepat. Awalnya cuman kayak TV yang lagi gangguan (layarnya ada
garis-garis keperakan yang keluar sesaat lalu hilang). Tapi beberapa hari
setelahnya, di tengah asyik mau nonton film, tiba-tiba layarnya freeze dan pas
di restart layarnya putih. T-T Tapi syukurlah, pengalaman buruk itu tlah
berlalu :D
Kali ini saya mau ngelanjutin cerita DTSD yang telah
memasuki episode penultimate alias
episode sebelum episode final. Menjelang hari-hari terakhir ini, kami semua
dilanda ke-baper-an karena tanpa terasa kebersamaan kami selama 5 minggu akan
segera usai. Dan untuk semakin menambah amunisi baper sekaligus menghibur diri
pasca seminggu penuh ujian, kami sepakat buat ngadain liburan bareng! Setelah
perdebatan sengit nan panjang (bahkan
dimulai sejak awal-awal DTSD) antara mau jalan ke DuFan atau Taman Safari,
akhirnya berdasarkan hasil musyawarah dan muvoting kami sepakat buat liburan ke
Taman Safari, Bogor. Yeay... (meski
sebenernya waktu itu saya voting buat ke DuFan XD)
Akhirnyaaa sampai juga di minggu terakhir DTSD! Dan melaluinya bener-bener butuh perjuangan. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya kalo minggu ini bakalan jadi minggu yang paling menantang! Minggu yang paling banyak ujian. Ujian berupa soal-soal yang menentukan lulus ato enggaknya kami di DTSD ini...
(via @yoseppoernomo)
Hmm tepat di minggu pertengahan DTSD. Udah mulai terbiasa
dengan rutinitas sehari-hari. Berangkat pagi, belajar, sore pulang, terus main
sama temen ato laptopan semaleman di kosan. Kinda rejuvenating. Seneng, bisa
merasakan lagi keseharian layaknya anak kuliahan. Cuman bedanya, sekarang udah
punya duit, jadi makannya agak nggak ngirit-ngirit amat, pffft.. :D Rasa-rasanya,
jadi nggak pengen cepet-cepet balik ke kantor dan kembali ke kehidupan dunia
nyata yang membosankan tidak-se-menyenangkan seperti ini.
Setelah dua hari pertama isinya pelajaran ‘bermain-main’,
sekarang saatnya kami masuk ke menu utama DTSD!
Rabu, 3 Februari 2016, setelah apel pagi sekitar pukul
6.45-07.30, kami masuk kelas dan memulai pelajaran yang ‘agak lebih’ serius,
yakni Pengantar Hukum Pajak (PHP).
Sebenernya masih nggak terlalu berat untuk materi yang satu ini. Dan
alhamdulillahnya lagi untuk pelajaran ini TIDAK ADA ujiannya. Yeah! Jadi,
sepanjang hari itu kami cukup duduk manis sambil berakting memperhatikan
ceramah pengajar. Saya sendiri udah lupa sama apa isi pelajaran itu, bahkan
sama wajah dosennya XD Apalagi waktu itu saya duduk paling belakang, kepala
bersandar di tembok, dan sesekali pandangan menjadi kabur (baca: menahan
kantuk, sesekali ketiduran) :D
Senin, 1 Februari pagi sekitar pukul 06.30, saya dan
@ahmadhussein28 sudah rapi dan syiap berangkat menuju Pusdiklat (Pusat Pendidikan & Pelatihan) Pajak. Kami udah
berpakaian kemeja putih, celana hitam, berdasi, dan membawa tas—jadi ingat
zaman kuliah. Kami pun lantas memacu motor meninggalkan kos-kosan. Jalanan
Jakarta pagi hari sudah ramai, meskipun belum seramai saat jam kerja. Banyak
kendaraan berlalu-lalang di jalan. Semua tampak terburu-buru menuju ke tempat
tujuannya masing-masing. Entah ke sekolah, atau ke tempat kerja. Untungnya
@ahmadhussein28 tampaknya sudah akrab dengan keramaian ini, jadi dia sudah
begitu lihai membawa dan menyelip-nyelipkan motor kami.
Gedung Pusdiklat Pajak Kemanggisan
(via bppk.kemenkeu.go.id)
Hari Minggu, 31 Januari sore, saya & @ahmadhussein28 bersiap
menuju kosan kami yang baru. Kos-kosan yang akan kami tempatin selama DTSD.
Awalnya, agak susah juga nyari kosan yang masih kosong, karena yah kami harus
bersaing dengan RATUSAN calon siswa DTSD lainnya, kebanyakan yang dari luar
Jakarta. Dan persaingan pun semakin ketat karena kami juga harus rebutan dengan
calon siswa DTSD gelombang 2 (setelah kami) yang akan memulai diklatnya pada
tanggal 15 Februari mendatang. Hvff.
Sebelum berangkat ke Jakarta pun, saya udah coba menghubungi
beberapa kos-kosan. Saya dapet nomer-nomer kontaknya dari kawan-kawan yang dulu
sudah DTSD duluan, plus searching-searching juga di internet. Banyak sih dapet
nomernya, tapi yang udah full booked juga buanyak. Hampir semua malah. Hiks.
Dan yang lebih mencengangkan, ternyata harganya melonjak tinggi! Usut punya
usut, mereka (para pemilik kos) udah tahu kalo biaya kos-kosan anak diklat
bakalan diganti sama Kantor Pusat, makanya harganya ditinggi-tinggiin (katanya
sih begitu). Dan dari hasil telepon-telepon itu sebenernya saya dapet beberapa
kamar yang masih available.
Range harganya tapi ya gitu, di atas Rp2.000.000,00. Tapi,
daripada nggak dapet kosan, akhirnya saya pre-book duluan. Untungnya orangnya
nggak minta DP dulu. Dan untungnya lagi si @ahmadhussein28 kan stay di Jakarta,
jadi dia bisa ngecek kosan yang udah saya booking sambil nyari-nyari lagi siapa
tau ada tempat lain yang lebih oke. Dan ternyata setelah di survey ama
@ahmadhussein28, kamar-kamar yang udah saya pre-book kondisinya memprihatinkan.
Dan alhamdulillah, dia nemu kos-kosan lain yang kondisinya sih ‘katanya’ lebih
baik.
Kami pun bersiap tancap gas ke arah Kemanggisan. Sempet
diliatin orang-orang juga karena bawaan kami yang ‘heboh’. Saya bawa
carrier—yang isinya ditambah barang-barangnya @ahmadhussein28, plus bawa tas
Palazzo saya di depan. Sementara si Hussein juga gendong tas Palazzonya di
depan. Akhirnya, kami pun berangkat menembus jalanan ibukota di sore hari.
Perjalanan kami memakan waktu sekitar 30-40 menit. Thanks for GoogleMaps yang
amat membantu.
Frankly speaking, saya nggak berharap banyak dengan
kos-kosan kami. Nggak ingin berekspektasi terlalu tinggi karena kalo nggak
sesuai takutnya jadi kecyewa. Hha. Kata @ahmadhussein28 sih kondisinya lumayan
oke. Ada kamar mandi dalam, AC, internet, plus laundry. Minusnya, kamar kita
ada di lantai 5, lantai paling atas, DAN tanpa lift. Weww. Harganya juga
lumayan mahal terjangkau, yakni Rp2.000.000,00/bulan untuk 2 orang,
ditambah Rp60.000,00 per hari kalo mau nambah (dan kita pasti nambah soalnya
diklatnya 5 minggu). Jadi, total biayanya sekitar Rp2.300.000,00-an buat kami
berdua.
Singkat cerita, kami pun sampai di jalan Kemanggisan Raya.
Liat kiri-kanan banyak bangunan tinggi—saya rasa itu juga kos-kosan. Ada yang bagus,
dan ada yang bagus banget. Tapi, itu bukan kosan kami. Hhe. Sampai akhirnya,
kami berdua berhenti di depan sebuah pagar besar, dan di balik pagar tersebut
menyembulah sebuah bangunan persegi yang tinggi. Yyep. Inilah kos-kosan kami!
This time, I’m gonna show you guys the stuff that I bring
for DTSD, to support my life for like 5 weeks ahead. I’m not saying this is the
best travel packing that I used to do, since I will stay at a boarding house
for pretty much long time—and not moving to somewhere else that much, so I’m
sorry if you find this not really ‘inspiring’, heheh.. So, lets get started!
Beberapa hari lalu, saya dapat panggilan untuk melaksanakan
Diklat Teknik Substantif Dasar alias DTSD. Diklat ini adalah salah satu
rangkaian ‘kegiatan’ yang harus saya lewati sebelum dinobatkan menjadi PNS DJP
seutuhnya. Sebelum pengumuman resminya keluar, udah ada jadwal yang bocor di
grup-grup whatsapp. So, saya udah nggak kaget. Dan saya menyambut DTSD ini
dengan penuh sukacita, karena itu berarti saya bisa ninggalin kantor, ninggalin
kerjaan, dan kembali menikmati gemerlapnya... JAKARTAAA! :D
Hari Sabtu, 16 Januari 2016
kemarin, saya janjian sama @ariretna buat nemenin dia sambang bayinya mbak Desy
(salah satu temen kami semasa magang). Awalnya dia ngajakin Minggu pagi, tapi
berhubung Minggu siang saya balik ke Jember, dan diapun balik ke tempat
kerjanya di Surabaya, jadinya kita sepakat berangkat Sabtu sore.
Sabtu paginya, kami mutusin buat
jalan-jalan dulu. Bukan ngedate lho tapi! :D Sempet tersebut beberapa tempat
tujuan, seperti Air Terjun Madakaripura,
Ranu Agung, Pantai Bentar, dll. Tapi yah, seperti biasa, kebanyakan bahas
rencana-rencana, bahas ini itu, ditambah masih mager (males gerak) juga
pagi-pagi di hari libur, nggak kerasa udah Sabtu siang aja.
Dan setelah tetek-bengek pagi
itu, akhirnya saya baru bisa keluar rumah sekitar... habis Dhuhur. Mampir ke
pom bensin sebentar, terus cus ke rumah @ariretna. Waktu itu, kami masih juga
belum nentuin mau kemana. Kalau mau ke Madakaripura, sekarang masih musim hujan
dan katanya air terjunnya jadi kurang bagus. Kalau mau ke Ranu Agung, kejauhan
plus belom tau rutenya. Saya sih pengennya ke tempat yang deket-deket aja.
Pantai Bentar misalnya. Ditambah, saya sendiri belom pernah ke sana juga :D
Setelah sempet nyasar dikit
(gara-gara salah baca GoogleMaps),
saya pun tiba di rumah @ariretna. Pas udah ketemuan, kami juga masih bingung
nentuin tujuan. Si @ariretna ternyata pengennya ke BJBR (BeeJay Bakau Resort)—yang emang lagi ngehits juga di kalangan
remaja Probolinggo. Dia belum pernah masuk sama sekali, katanya. Kalo saya
sendiri udah pernah ke sana, dulu tapi, waktu belum terlalu dibangun. Hmm..
yaudah lah, karena udah siang juga, sekalian pengen tau BJBR yang sekarang,
kami berdua mutusin buat kesana ajah. And there we go, to BJBR!
(via beejaybakauresort.com)
Diberdayakan oleh Blogger.